Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sefalosporin adalah kelompok antibiotik beta laktam spektrum luas, semi-sintetik, yang dibuat dari jamur Cephalosporium. Mekanisme kerja sefalosporin adalah mirip dengan penisilin yaitu mengganggu pembentukan
Bakteri yang ada didalam darah disebut dengan bakteremia. Penyakit ini terjadi disaat kuman yang terdapat dari infeksi pada tubuh mengalir ke dalam darah. Juga dapat disebabkan karena kateter atau saluran pembuangan yang dimasukkan ke dalam tubuh dan dibiarkan pada tempatnya[1].
Bakteremia didiagnosis dengan tes darah dan urin yang akan memberikan informasi tentang kesehatan secara keseluruhan, mengenai infeksi dan fungsi organ. Juga akan menunjukan kuman yang menyebabkan infeksi terjadi[1].
Daftar isi
Sefalosporin merupakan sekelompok besar antibiotik yang berasal dari kapang Acremonium. Cara kerja sefalosporin sama dengan penisilin, yaitu dengan mengganggu sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin bekerja dengan membuat aktivitas enzim yang bertanggung jawab untuk membuat peptidoglikan, komponen penting dari dinding sel bakteri terikat dan terblokir. Karena keefektifannya dalam melawan bakteri, sekelompok obat ini disebut antibiotik berspektrum luas[2].
Sefalosporin generasi ketiga digunakan dalam[2]:
Sefalosporin ditemukan pertama kali pada tahun 1945, agar efektif dalam melawan lebih banyak lagi jenis bakteri, para ilmuwan telah memperbaiki struktur dari sefalosporin. Generasi baru dari sefalosporin akan dibuat setiap kali struktur berubah. Terdapat lima generasi sefalosporin, sefalosporin generasi ketiga merupakan sefalosporin yang dikembangkan[2].
Beberapa penyakit yang di atasi dengan sefalosporin generasi ketiga, meliputi[2]:
Hal yang dapat meningkatkan risiko terkena bakteremia yaitu adanya infeksi yang baru terjadi seperti luka yang terinfeksi, pneumonia, memiliki kondisi jangka panjang seperti gagal jantung juga diabetes, lemahnya sistem kekebalan tubuh, cedera atau luka bakar, baru saja menjalani prosedur bedah atau gigi, dan penyalahgunaan pada obat intravena[1].
Lalu, tanda juga gejala dari bakteremia antara lain demam dan menggigil, pusing, lemah, kebingungan, ruam bintik ungu atau kemerahan, iritabilitas, dan mual juga muntah serta nyeri atau kesulitan dalam bernapas[1].
Cara kerja sefalosporin sama dengan penisilin, yaitu dengan mengganggu sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin bekerja dengan membuat aktivitas enzim yang bertanggung jawab untuk membuat peptidoglikan, komponen penting dari dinding sel bakteri terikat dan terblokir. Karena keefektifannya dalam melawan bakteri, sekelompok obat ini disebut antibiotik berspektrum luas[2].
Melalui ceftibuten sebagai sefalosporin generasi ketiga, obat ini akan mengikat satu atau lebih protein pengikat penisilin (PBP) yang melalui sintesis peptidoglikan di dinding sel bakteri akan membuat langkah transpeptidasi akhir menjadi terhambat. Sehingga biosintesis terhambat dan perakitan sinsing sel yang mengakibatkan kematian sel bakteri terhenti[3].
Pada saluran gastrointestinal obat ini diserap dengan cepat, dengan tingkat penyerapannya diturunkan melalui makanan dan plasma puncaknya mencapai 2 jam. Ke dalam cairan tengah dan sekret bronkial obat ini berdistribusi. Dengan volume distribusinya kisaran 0,21 L / kg dan pengikatan protein plasma antara 65-77%. Pengeluarannya melalui urin kisaran 56% dan feses dalam 39% denagn paruh waktu mencapai 2-2,3 jam[3].
Sefalosporin generasi ketiga tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, cairan oral, bubuk, larutan injeksi. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, dan ada yang dihentikan.
Beberapa contoh sefalosporin generasi ketiga dengan resep dokter dan dihentikan termasuk[2]:
Ceftazidime Anhydrous merupakan bentuk anhidrat ceftazidime, generasi ketiga, beta-laktam, antibiotik sefalosporin dengan aktivitas bakterisidal. Obat ini memiliki peran sebagai obat antibakteri, penghambat, dan alergen obat[5].
Cefdinir dikenal sebagai Omnicef, yang merupakan antibiotik dengan spektrum luas semi-sintetis. Efektif terbukti dalam mengobati infeksi bakteri umum pada telinga, sinus, tenggorokan, paru-paru dan kulit. Pada tahun 1997 obat ini disetujui oleh FDA dalam pengobatan infeksi ringan hingga sedang[6].
Sefalosporin generasi ketiga dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari sefalosporin generasi ketiga termasuk[2]:
Pada umumnya sefalosporin generasi ketiga aman digunakan dengan toksisitas rendah juga kemanjuran yang baik dalam melawan bakteri. Berikan obat ini seperti yang sudah diarahkan oleh dokter. Dapat berakibat fatal dengan aritmia sudah dilaporkan, setelah bolus cepat sefotaksim, sefalosporin generasi ketiga diberikan[2].
Akibat obat telah dilaporkan dengan anemia hemolitik dengan penggunaan beberapa sefalosporin, termasuk dalam generasi ketiga. Segera konsultasikan ke dokter bila anemia terus berkembang selama juga setelah pengobatan[2].
Apabila ceftibuten digunakan bersama dengan aminoglikosida, akan terjadi peningkatan nefrotoksisitas. Dan apabila digunakan bersama dengan probenesid peningkatan pada konsentrasi serum pun akan terjadi, serta penurunan konsentrasi serum juga terjadi, apabila digunakan bersama dengan garam seng[3].
Diare dapat terjadi dengan obat antibiotik, yang akan menjadi tanda infeksi yang baru. Bila mengalami dire dengan berair atau berdarah, segera periksakan diri ke dokter. Jangan gunakan obat anti diare, kecuali dari resep dokter[4].
1) Anonim. Drugs.com. Bacteremia. 2021
2) Anonim. Drugs.com. Third generation cephalosporins. 2018
3) Anonim. Mims.com. Ceftibuten. 2014
4) Cerner Multum. Drugs.com. Cefotaxime. 2020
5) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Ceftazidime. 2021
6) Anonim. Drugbank.com. Cefdinir. 2021