Pyrimethamine adalah penghambat sintesis asam folat dan diketahui efektif sebagai agen profilaksis malaria pada ibu hamil. Di masa sekarang, pyrimethamine dikombinasikan dengan sulfadoxine yang juga memiliki peran yang sama. [1]
Kombinasi pyrimethamine dan sulfadoxine dijual dengan merek dagang Fansidar. Obat ini bersifat sebagai agen anti-malaria. [2]
Daftar isi
Di bawah ini adalah tabel yang berisi data tentang sulfadoxine + pyrimethamine seperti indikasi, kontraindikasi, peringatan dan sebagainya: [2,3,4]
Indikasi | Serangan akut pada malaria falciparum yang resisten terhadap chloroquine |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Anti-malaria |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | Gangguan fungsi ginjal dan hati yang parah. Kelainan darah. Hipersensitif terhadap komponen obat. Anemia megaloblastik akibat defisiensi folat. Kehamilan 37 s/d 42 minggu dan ibu menyusui. Bayi ≤ 2 bulan. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Sulfadoxine + Pyrimethamine: → Pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal atau hati → Pasien dengan defisiensi G6PD (gangguan metabolisme bawaan akibat kekurangan enzim G6PD) → Pasien yang defisiensi folat → Pasien yang mengalami alergi berat atau asma bronkial |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui PO (Diminum) Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Sulfadoxine + pyrimethamine adalah obat kombinasi. Keduanya digunakan untuk melawan malaria. Obat ini digunakan ketika pemberian obat anti malaria lainnya tidak efektif baik dalam penanganan maupun pencegahan. [3]
Sulfadoxine + pyrimethamine diberikan kepada pasien dewasa dan anak-anak. Berikut ini adalah dosis yang digunakan: [4]
Oral/Diminum: ⇔ Serangan akut malaria falciparum yang resisten terhadap chloroquine → Setiap tablet mengandung pyrimethamine 25 mg dan sulfadoxine 500 mg → Berikan 2 s/d 3 tablet sebagai dosis tunggal → Jangan ulangi pemberian obat paling tidak 7 hari |
Oral/Diminum: ⇔ Serangan akut malaria falciparum yang resisten terhadap chloroquine → Setiap tablet mengandung pyrimethamine 25 mg dan sulfadoxine 500 mg → < 2 tahun (5 s/d 10 kg): ½ tablet sebagai dosis tunggal → 2 s/d 5 tahun (> 10 s/d 20 kg): 1 tablet sebagai dosis tunggal → 5 s/d 10 tahun (< 20 s/d 30 kg): 1½ tablet sebagai dosis tunggal → 10 s/d 14 tahun (> 30 s/d 45 kg): 2 tablet sebagai dosis tunggal → Jangan ulangi pemberian obat paling tidak 7 hari |
Selain dapat melawan malaria, sulfadoxine + pyrimethamine juga dapat menimbulkan efek samping seperti berikut: [4]
Adapun gejala overdosis sulfadoxine + pyrimethamine sebagai berikut: [4]
Berikut ini adalah gejala efek samping yang perlu diketahui tenaga medis: [3]
Di bawah ini adalah informasi lebih rinci tentang sulfadoxine + pyrimethamine seperti penyimpanan, cara kerja dan sebagainya: [3,4]
Penyimpanan | Tablet → Simpan pada suhu ruangan → jangan simpan di freezer. → Lindungi dari panas, cahaya langsung dan kelembaban. |
Cara Kerja | → Deskripsi: pyrimethamine adalah antagonis asam folat, menghambat reduksi dihydrofolic acid menjadi tetrahydrofolic acid (folinic acid). Sulfadoxine, secara struktur kimia analog dengan p-aminobenzoic acid (PABA), dan bersaing menghambat sintesis dihydrofolic acid yang penting untuk melakukan konversi dari PABA menjadi asam folat. Kombinasi kedua obat ini menyebabkan aksi sinergis melawan plasmodia. Keduanya memperpanjang waktu paruh memungkinkan pemberian sebagai dosis tunggal. Farmakokinetik Penyerapan: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak pada plasma: 4 jam Penyebaran: volume distribusi 0,14 L/kg (sulfadoxine); 2,3 L/kg (pyrimethamine). Kedua obat terikat pada protein sebanyak 90%. Kedua obat melewati plasenta dan masuk ke dalam ASI. Metabolisme: Sulfadoxine: sebanyak 5% muncul dalam darah sebagai metabolit terasetilasi, sebanyak 2 s/d 3% sebagai glukuronida. Pyrimethamine dikonversi menjadi beberapa metabolit. Ekskresi: waktu paruh eliminasi: 100 jam (pyrimethamine) dan 200 jam (sulfadoxine). Dikeluarkan terutama melalui ginjal. |
Interaksi dengan obat lain | → Meningkatkan kadar obat halofantrine dan chlorpromazine → Meningkatkan efek dari obat warfarin → Meningkatkan resko mielosupresi dengan obat zidovudine, clozapine. |
Overdosis | ⇔ Gejala: sakit kepala, mual, anoreksia, muntah, perangsangan susunan sistem saraf pusat, anemia megalobalstik, leukopenia, trombositopenia, glositis, kristaluria ⇔ Cara Mengatasi: penanganan berdasarkan gejala. Pemompaan perut atau induksi muntah dilakukan untuk mengurangi penyerapan obat. Pastikan pasien dihidrasi dengan sesuai untuk mencegah kerusakan ginjal. Pantau ginjal, hati dan sistem hematopoietik paling tidak selama 1 bulan sejak mengalami overdosis. Folinic acid dapat diberikan untuk penuruanan jumlah keping darah dan kadar sel darah putih |
Apakah kombinasi sulfadoxine + pyrimethamine dapat digunakan untuk pencegahan malaria?
Disebabkan efek sampingnya yang serius, penggunaan sulfadoxine + pyrimethamine tidak dianjurkan sebagai bentuk pencegahan terhadap malaria. [1]
Apakah sulfadoxine + pyrimethamine harus dikonsumsi bersama makanan?
Konsumsilah sulfadoxine + pyrimethamine setelah makan. [3]
Apakah pemberian sulfadoxine + pyrimethamine dapat menyebabkan kencing batu?
Pemberian sulfadoxine + pyrimethamine dapat menyebabkan terbentuknya kristal di dalam urin (kristaluria). Selama minum obat ini, perbanyaklah konsumsi air dan cairan lainnya. [3]
Bagaimana cara mengkonsumsi sulfadoxine + pyrimethamine dengan benar?
Telan sluruhnya obat ini. Jangan mengunyah atau menghancurkannya. [3]
Apakah selama mengkonsumsi sulfadoxine + pyrimethamine tidak bisa terpapar sinar matahari?
Selama menjalani perawatan dengan obat ini hindari terpapar sinar matahari dan sinar UV buatan sebab obat ini memiliki efek samping fotosensitif. [3]
Berikut ini adalah merek dagang sulfadoxine + pyrimethamine di pasaran yaitu: [3]
Brand Merek Dagang |
Fansidar |
1. Hanneke Garbis, Margreet Rost van Tonningen dan Minke Reuvers. Anti-infective agents. Drugs During Pregnancy and Lactation; 2007.
2. Anonim. Fansidar. Rxlist; 2020.
3. Anonim. Pyrimethamine and Sulfadoxine. Drugs; 2020.
4. Anonim. Sulfadoxine + Pyrimethamine. Mims Indonesia; 2020.