Amantadine adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus seperti influenza A dan herpes zoster.[1]
Daftar isi
Amantadine merupakan suatu antivirus yang digunakan untuk perawatan profiaktik atau simptomatik pada influenza A. Obat ini juga digunakan sebagai agen anti-parkinson [2].
Berikut informasi mengenai amantadine[1]:
Indikasi | Infuenza A, profilaksis influenza A, herpes zoster, penyakit Parkinson, gejala ekstrapiramidal terinduksi obat |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Antivirus/Anti-Parkinson |
Bentuk | Kapsul |
Kontraindikasi | Hipersensitif terhadap amantadine. Riwayat epilepsi atau gangguan kejang lain, riwayat ulserasi lambung. Gangguan ginjal berat (CrCl <15 ml/menit). Laktasi (menyusui). |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima pengobatan amantadine: → Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskuler → Pasien dengan eksim kambuh → Pasien dengan kelainan psikiatrik → Pasien dengan glaukoma sudut tertutup tidak terawat → Pasien dengan gangguan ginjal rendah hingga sedang → Pasien dengan gangguan hati → Pasien berusia lanjut dan anak-anak → Pasien yang sedang mengandung Peringatan untuk tenaga medis: → Hindari penghentian obat secara tiba-tiba |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Obat amantadine dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi berikut [1]:
Influenza atau flu disebabkan oleh infeksi virus menular yang menyerang sistem pernapasan. Virus influenza yang menginfeksi manusia dapat dibedakan menjadi 3, yaitu influenza A, B, dan C.
Infeksi oleh influenza jenis A dapat menjadi serius dan menyebabkan wabah penyakit. Gejala infeksi influenza A menyerupai gejala flu lain, biasanya meliputi batuk, hidung tersumbat, bersin, tenggorokan serak, demam, sakit kepala, fatigue, menggigil, tubuh terasa sakit[4].
Profilaksis merupakan istilah untuk tindakan pencegahan. Dalam pengobatan, istilah profilaksis digunakan untuk mendeskripsikan berbagai prosedur dan perawatan yang mencegah suatu kondisi terjadi.
Perawatan profilaksis tidak hanya bertujuan untuk mencegah suatu penyakit, namun juga diterapkan untuk mencegah suatu penyakit bertambah buruk atau meminimalkan tingkat keseriusan suatu penyakit[5].
Penyakit ruam saraf merupakan infeksi virus yang menyebabkan ruam-ruam menyakitkan pada kulit. Ruam saraf disebabkan oleh virus varicella zoster, virus yang menyebabkan penyakit cacar.
Penyakit ini timbul akibat reaktivasi virus penyebab cacar yang tetap berada di dalam jaringan saraf di sekitar korda spinal dan otak dalam bentuk inaktif.
Gejala meliputi rasa sakit, sensasi terbakar, mati rasa atau menyengat, sensitif terhadap sentuhan, ruam kemerahan yang muncul beberapa hari setelah sakit, blister tonjolan berisi cairan yang pecah dan terbuka, gata-gatal[6].
Penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan pada sistem saraf progresif yang mempengaruhi pergerakan. Gejala muncul secara bertahap, terkadang dimulai dengan gemetar pada satu tangan yang tidak disadari.
Beberapa gejala penyakit Parkinson meliputi gemetaran, bradikinesia (gerakan tubuh menjadi lambat), kekakuan otot, gangguan keseimbangan, kehilangan kemampuan refleks, perubahan cara bicara dan kesulitan saat menulis[7].
Gejala ekstrapiramidal, disebut juga sebagai gangguan gerak terinduksi obat, mendeskripsikan efek samping yang disebabkan oleh antipsikotik tertentu dan obat-obatan lain. Efek samping tersebut meliputi gerakan yang tidak terkontrol atau tidak disengaja, gemetar, dan kontraksi otot[8].
Obat amantadine digunakan untuk pasien dewasa dengan rincian dosis sebagai berikut[1]:
Oral (Diminum) ⇔ Influenza A → 100 mg per hari selama 5 hari → Pasien lanjut usia >65 tahun: <100 mg per hari atau diberikan dengan interval > 1 hari. ⇔ Profilaksis Influenza A → 100 mg per hari hingga selama 6 minggu → Jika digunakan bersamaan dengan vaksinasi influenza: hanya sampai 3 minggu setelah vaksinasi. → Pasien lanjut usia >65 tahun: < 100 mg per hari atau diberikan dengan interval > 1 hari. ⇔ Herpes Zoster (Shingles) → 100 mg dua kali sehari selama 14 hari, dapat dilanjutkan untuk 14 hari berikutnya jika masih sakit. ⇔ Penyakit Parkinson → Dosis awal 100 mg per hari, ditingkatkan hingga 100 mg dua kali sehari setelah satu minggu atau lebih. → Dosis maksimal: 400 mg per hari → Pasien lanjut usia >65 tahun: Dosis terendah yang masih efektif. ⇔ Gejala ekstrapiramidal terinduksi obat → 200 mg per hari dalam 2 dosis terpisah, ditingkatkan hingga 300 mg per hari jika diperlukan. |
Obat amantadine dapat digunakan untuk pasien anak-anak dengan dosis sebagai berikut[1]:
Oral (Diminum) ⇔ Influenza A → Usia 10-15 tahun: 100 mg per hari ⇔ Profilaksis influenza A → Usia 10-15 tahun: 100 mg per hari |
Berikut beberapa efek samping amantadine yang memerlukan pertolongan medis segera[3]:
Berikut beberapa efek samping amantadine yang memerlukan pertolongan medis jika berlangsung dalam jangka waktu lama atau terus menerus[3]:
Info Efek Samping Amantadine untuk Tenaga Medis[3]
Untuk mengetahui penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, interaksi dengan makanan, dan overdosis amantadine beriktu informasinya[1]:
Penyimpanan | → Simpan pada suhu 20-25°C. → Lindungi dari kelembaban. |
Cara Kerja | Deskripsi: Amantadine merupakan agonis dopamin lemah yang memiliki sifat antimuskarinik. Obat ini mengubah mempengaruhi pelepasan dan pengambilan kembali dopamin. Selain itu, amantadine juga bersifat antagonis secara non-kompetitif terhadap N-methyl-D-aspartate. Sebagai obat antivirus, amantadine menghambat replikasi virus influenza tipe A. → Onset: antidiskinetik: dalam 48 jam Farmakokinetik: → Absorpsi: Diserap dengan baik melalui saluran pencernaan, Waktu konsentrasi plasma puncak: dalam ± 4 jam → Distribusi: Melalui plasenta dan barrier darah-otak, memasuki ASI → Volume distribusi:3-8 liter/kg → Pengikatan protein plasma: ± 67%, dengan jumlah substantial berikatan dengan eritrosit (sekitar 2,7 kali lebih tinggi daripada dalam plasma) → Metabolisme: Dimetabolisme menjadi minor extent, terutama oleh N-acetylation → Ekskresi: Melalui urin (80-90% sebagai obat tidak diubah dan sejumlah kecil metabolit ter-asetilasi → Paruh waktu eliminasi: ± 15 jam |
Interaksi dengan obat lain | → Peningkatan risiko kebingungan, halusinasi, mimpi buruk, gangguan pencernaan, atau efek samping menyerupai atropine dengan agen antikolinergik atau levodopa → Gejala psikotik dapat bertambah buruh dengan penggunaan bersamaan pengobatan neuroleptik → Toksisitas sistem saraf pusat adiktif dengan obat-obat yang berkerja ada sistem saraf pusat → Penurunan kejernihan ginjal dengan quinine atau quinidine |
Interaksi dengan makanan | → Peningkatan pengaruh sistem saraf pusat dengan alkohol |
Overdosis | ⇔ Gejala: Psikosis akut, hiperrefleksia, aktivitas motorik berlebih, gerakan tidak terkendali, gejala ekstrapiramidal, spasme torsion, dystonic posturing, dilatasi pupil, difagia, kebingungan, disorientasi, delirium, halusinasi visual, mioklonus, hiperventilasi, edema pulmoner, masalah respirasi, serangan jantung dan mati jantung dadakan, takikardi sinus, aritmia, hipertensi, mual, muntah, mulut kering, penurunan urin, disfungsi ginjal termasuk peningkatan BUN dan penurunan CrCl. ⇔ Cara Mengatasi: Induksi muntah dan/atau aspirasi gastrik (dan lavage jika pasien sadar), arang aktif atau cathartic salin dapat digunakan. Jaga fungsi ginjal dan lakukan diuresis berlebihan (forced diuresis jika diperlurkan) untuk penghilangan efektif dari aliran darah. Asidifikasi meningkatkan laju ekskresi. Pemberian antikonvulsan (seperti IV diazepam, IM atau per rektum paraldehyde, IM phernobarbital) untuk mengatasi gerak tidak terkendali dan aktivitas motorik berlebihan. Gejala psikotik akut, igauan, postur distonik posturing, manifestasi mioklonik dapat ditangani dengan physostigmine. |
Pengaruh pada hasil lab | → Dapat menimbulkan hasil positif palsu pada tes urin untuk amphetamine/methamphetamine |
Bagaimana jika terlupa satu dosis amantadine?
Sebaiknya lewatkan dosis yang terlupa dan gunakan dosis berikutnya pada waktu yang dijadwalkan. Hindari penggunaan dua dosis obat sekaligus[3].
Apa saja yang harus dihindari ketika menerima pengobatan amantadine?
Pasien yang menerima pengobatan amantadine tidak boleh menerima vaksin flu nasal untuk setidaknya 48 jam setelah dosis terakhir. Hindari konsumsi alkohol karena dapat meningkatkan risiko muncul efek samping yang berbahaya. Aktivitas seperti mengemudikan kendaraan dan mengoperasikan mesin sebaiknya dihindari. Selain itu pasien sebaiknya menghindari mengkonsumsi obat diet, kafein, atau stimulan lain tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu [3].
Bolehkah menghentikan konsumsi obat setelah merasa baikan?
Tidak. Penghentian pengobatan amantadine dilakukan bertahap, sebaiknya konsultasikan dengan dokter [3].
Apakah amantadine aman untuk ibu hamil?
Cukup aman. Amantadine termasuk kategori C dalam kategori kehamilan. Tapi sebaiknya konsultakan dengan dokter sebelum mengonsumsinya [1].
Berikut beberapa obat dengan kandungan amantadine[3]:
Brand Merek Dagang |
Gocovri |
Osmolex ER |
Symmetrel |
PK-Merz |
Symadine |
1. Anonim. Amantadine. MIMS; 2020.
2. Anonim. Amantadine. Drugbank; 2020.
3. Cerner Multum. Amantadine. Drugs; 2020.
4. Kiara Anthony, reviewed by Stacy Sampson, DO. Signs and Symptons of Type A Influenza. Healthline; 2020.
5. Jennifer Whitlock, RN, MSN, FN, reviewed by: Scott Sundick, MD. Types of Prophylaxis in Medicine. Verywell Health; 2020.
6. Anonim. Shingles. Mayo Clinic; 2020.
7. Anonim. Parkinson’s Disease. Mayo Clinic; 2020.
8. Crystal Raypole, reviewed by: Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline; 2020.