Daftar isi
Hipokalemia adalah salah satu gangguan elektrolit yang umum terjadi pada praktik klinis [1].
Hipokalemia merupakan gangguan elektrolit yang ditandai dengan konsentrasi serum kalium yang lebih rendah dari batas normal yaitu sekitar 3,5-5,0 mEq / L [2].
Kondisi di mana kadar atau konsentrasi kalium yang lebih rendah dari <2,5 mEq / L dapat disebut sebagai hipokalemia yang parah dan bahkan dapat mengancam jiwa [2].
Kalium sendiri adalah kation yang paling melimpah dan terlibat dalam regulasi sel dan beberapa proses seluler [1].
Penurunan asupan kalium, pergeseran transeluler (peningkatan penyerapan intraseluler) atau peningkatan kehilangan kalium ini diketahui dapat memunculkan kondisi yang dinamakan Hipokalemia [1].
Berikut ini merupakan beberapa fakta tentang hipokalemia yang menarik untuk diketahui [2] :
Berikut ini merupakan tiga jenis hipokalemia berdasarkan kadar kalium [2] :
Hipokalemia dapat dikategorikan ringan dengan kadar kalium sekitar 3.0 mEq/L hingga 3.4 mEq/L.
Hipokalemia dapat dikategorikan sedang ketika kadar kalium berada pada kisaran 2.5 mEq/L hingga 2.9 mEq/L.
Hipokalemia dapat dikategorikan parah atau berat ketika kadar kalium berada pada kisaran kurang dari 2.5 mEq/L.
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan hipokalemia [1]:
Asupan kalium yang berkurang, dalam isolasi, jarang menyebabkan hipokalemia karena kemampuan ginjal untuk secara efektif meminimalkan ekskresi kalium.
Malnutrisi (kondisi kekurangan gizi) atau terapi diuretik diketahui dapat menjadi penyebab hipokalemia [1].
Peningkatan pengiriman natrium dan / atau ion yang tidak dapat diserap akibat terapi diuretik, defisiensi magnesium, sindrom genetik ke nefron distal juga dapat menyebabkan pemborosan kalium [1].
Pengambilan kalium seluler dipromosikan oleh alkalemia, insulin, stimulasi beta-adrenergik, aldosteron dan xanthines, seperti kafein dapat menjadi salah satu penyebab hipokalemia [1].
Sebagian besar kasus hipokalemia terjadi akibat kehilangan gastrointestinal (GI)[1].
Kehilangan kalium gastrointestinal adalah penyebab umum hipokalemia dengan diare berat atau kronis menjadi penyebab hipokalemia ekstrarenal yang paling umum [1].
Adapun kehilangan gastroinstestinal yang dapat menimbulkan hipokalemia antara lain [2] :
Kehilangan kalium ginjal diketahui merupakan penyebab pada banyak kasus hipokalemia [1,2].
Adapun kehilangan kalium ginjal dapat terjadi akibat [2] :
Selain itu, pada penderita COVID-19, koreksi hipokalemia menjadi tantangan tersendiri karena kehilangan kalium ginjal secara terus menerus akibat degradasi enzim pengubah angiotensin [3].
Prevalensi hipokalemia tinggi pada penderita COVID-19 menunjukkan adanya gangguan aktivtas sistem rennin angiotensin karena enzim pengubah angiotensin diikat oleh coronavirus sindrom [3].
Pergeseran intraseluler diketahui dapat menjadi penyebab dari munculnya kondisi hipokalemia [2].
Adapaun pergeseran intraseluler yang dapat menyebabkan hipokalemia antara lain [2] :
Penggunaan obat obatan berikut ini, diketahui dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia [2] :
Adapun faktor risiko hipokalemia antara lain [1, 4]:
Gejala hipokalemia ini dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh, khususnya sistem ginjal, sistem syaraf, sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular [2].
Adapun gejala hipokalemia untuk masing masing sistem tubuh tersebut antara lain [2] :
Selain itu hipokalemia diketahui juga menunjukkan gejala merasa lemah, kelelahan, sembelit, kram otot, palpitasi, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah [4].
Peningkatan risiko kematian diamati pada anak-anak ketika hipokalemia parah dikaitkan dengan diare dan malnutrisi parah [1].
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi akibat pengobatan hipokalemia redistributif dan adanya kelumpuhan yaitu hiperkalemia rebound [1].
Di mana, penambahan kalium pada pasien dengan kelumpuhan periodik membawa risiko tinggi hiperkalemia rebound [1].
Selain itu, hipokalemia ringan diketahui dapat menyebabkan irama jantung menjadi tidak normal [4].
Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan kadar kalium sekitar 4 mmol / L jika memiliki kondisi medis seperti gagal jantung kongestif, aritmia, atau riwayat serangan jantung [4].
Irama jantung yang tidak normal (aritmia) adalah komplikasi yang paling mengkhawatirkan dari kadar kalium yang sangat rendah, terutama pada orang dengan penyakit jantung [5].
Jika hal itu terjadi maka sangat disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter khususnya terkait dengan hasil tes darah dan kemungkinan penggantian obat yang mempengaruhi kadar kalium [5].
Pengobatan hipokalemia dapat dilakukan dengan focus utama pada empat tujuan yaitu [1]:
Langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan pengobatan dengan cara penghapusan faktor penyebab seperti [2] :
Selain itu, dalam pengobatan hipokalemia ini juga ada yang Namanya penambahan kalium oral atau intravena [2].
Keputusan penambahan kalium oral atau intravena ini diketahui harus sesuai dengan tingkat keparahan hipokalemia. Di mana, perlu diketahui bahwa setiap penurunan 1 mEq / L kalium serum, menunjukkan defisit kalium sekitar 200-400 mEq [2].
Berikut ini adalah pertimbangan yang perlu diketahui dalam memberikan keputusan penambahan kalium oral atau pada masing masing jenis hipokalemia [2] :
Selain itu, perlu diketahui bahwa pemberian kalium oral harus disertai dengan banyak cairan (antara 100 dan 250 mL air, tergantung pada bentuk tablet kalium) dan lebih baik diberikan dengan atau setelah makan [2].
Untuk pengobatan dengan terapi, natrium klorida 0,9% adalah cairan infus yang disukai, karena glukosa 5% dapat menyebabkan pergeseran transeluler kalium ke dalam sel [2].
Untuk mencapai pengobatan hipokalemia yang maksimal maka perbaikan kadar magnesium serum juga harus dilakukan [2].
Berikut ini merupakan tabel ringkasan pengobatan untuk masing masing jenis hipokalemia [2] :
Jenis Hipokalemia | Pengobatan |
Hipokalemia ringan | Tablet kalium (72 mmol / hari) atau infus kalium 25 mL (75 mmol / hari) |
Hipokalemia sedang | Tablet kalium (96 mmol / hari) atau infus kalium 25 mL (100 mmol / hari) |
Hipokalemia berat | Penggantian intravena 40 mmol KCl dalam 1 L 0,9% NaCl (glukosa 5% dapat digunakan) |
Hipokalemia diketahui dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang kaya mineral kalium. Makanan yang mengandung kalium diketahui dapat mencegah terjadinya kadar kalium yang rendah [4].
Adapun sumber makanan yang kaya akan kandungan kalium antara lain [4] :
Meskipun kurangnya konsumsi makanan mengandung kalium tidak menjadi penyebab umum terjadinya hipokalemia, mengonsumsi makanan tinggi kalium masih dapat menjadi alternatif pencegahan [4].
Mengingat, selain dapat mencegah hipokalemia, konsumsi sumber makanan kaya kandungan kalium ini juga penting untuk kesehatan fungsi tubuh [4].
Oleh karena itu, konsumsi makanan kaya kalium sangat disarankan, kecuali dokter mengatakan yang sebaliknya karena kondisi tertentu [4].
1. Danny Castro & Sandeep Sharma. Hypokalemia. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, Natiional Institutes of Health; 2020.
2. Kardalas, E., Paschou, S. A., Anagnostis, P., Muscogiuri, G., Siasos, G., & Vryonidou, A. Hypokalemia: a clinical update. Endocrine Connections; 2018.
3. Chen, D., Li, X., Song, Q., Hu, C., Su, F., Dai, J, Zhang, X. Assessment of Hypokalemia and Clinical Characteristics in Patients With Coronavirus Disease 2019 in Wenzhou, China. JAMA Network Open; 2020.
4. Amber Erickson Gabbey & Graham Rogers. Hypokalemia. Healthline; 2020.
5. Anonim. Symptoms Low potassium (hypokalemia). Mayo Clinic; 2020.