Picky eater adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perilaku memilih-milih makanan. Perilaku ini sudah menjadi kebiasaan yang cukup umum ditemukan pada anak-anak, namun disarankan tidak untuk dibiarkan begitu saja. [1,3]
Berdasarkan berbagai penelitian, picky eater ini banyak ditemukan pada anak berusia 4 sampai 9 tahun. Lalu bagaimana cara mengetahui apakah seorang anak bisa dikategorikan picky eater atau tidak?
Daftar isi
Gejala Picky Eater
Walau lebih banyak ditemukan anak picky eater di usia setelah 4 tahun, namun ada juga bayi yang sudah mulai memilih-milih makanan. Itulah mengapa penting untuk segera memahami gejala picky eater untuk dapat segera juga diatasi. [2]
Berikut ini beberapa gejala picky eater : [2]
- Mendorong suapan atau menolehkan kepala saat disuapi makanan yang tidak disukai
- Menutup mulut rapat-rapat ketika tidak ingin makan sesuatu
- Memuntahkan kembali makanan yang sudah masuk ke mulutnya, jika tidak sesuai dengan seleranya
- Menangis terus menerus di waktu makan.
Penyebab Kebiasaan Picky Eater
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab seorang anak menjadi picky eater. Biasanya berbagai penyebab ini dipengaruhi dengan bagaimana kebiasaan perilaku makan dari si anak sejak bayi. [3]
- Pengaruh Perilaku Makan Ibu
Banyak ibu seringkali penuh kekhawatiran mengenai makanan apapun yang harus diberikannya pada anak yang baru menyapih. Kekhawatiran berlebihan, malah akan menyebabkan ibu menjadi memilih-milih makanan apa yang akan diberikan ke anaknya. [3]
Kebiasaan memilih makanan yang dilakukan si Ibu walau tidak sepenuhnya sadar, akan menjadi sumber informasi yang diingat oleh anak. Bahkan saat ini sudah banyak dijelaskan bahwa kebiasaan di mana si Ibu terus memilih-milih bisa menjadi contoh bagi si anak mengenai kebiasaan memilih makanan. [3]
- Terlambat Memperkenalkan MPASI
Tidak sedikit juga, anak picky eater terjadi akibat dari keterlambatan orang tua memperkenalkan MPASI. Walau anak masih menyusui dan sedang memasuki fase menyapih, bukan berarti memperkenalkan MPASI sedini mungkin tidak bermanfaat.
Faktanya, ada sangat banyak anak yang menjadi picky eater karena kurang mengenal makanan-makanan lain sedini mungkin. Jadi aturlah fase yang sesuai kapan MPASI harus mulai diberikan. [3]
- Tekanan Setiap Waktu Makan
Jika setiap jam makan adalah jam yang sama di mana anak meronta dan menangis, maka picky eater akan terbentuk karena kondisi ini. Anak akan merasa tertekan setiap mendekati waktu makan dan akhirnya memilih-milih makanan sebelum kembali ditegur. [3]
Apa Picky Eater Kebiasaan yang Membahayakan?
Beberapa orang tua mungkin melihat kebiasaan anak picky eater bukanlah suatu masalah. Namun ada juga orang tua yang khawatir mengenai resiko bahaya dari kebiasaan memilih-milih makanan yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Jadi apa faktanya?
Faktanya kebiasaan picky eater pada anak memang bisa membahayakan, pada suatu kondisi tertentu. Kondisi picky eater yang membahayakan adalah ketika sudah berada pada jenis memilih makanan yang sangat parah. [4]
Setidaknya dari suatu penelitian yang dilakukan tahun 2015, ada 3% anak picky eater yang mengalami gejala parah. Dampak negatif dari picky eater yang sudah parah adalah mengalami depresi dan kecemasan berlebih. [4,5]
Selain itu, depresi dan kecemasan ini juga bisa memicu berbagai gangguan kesehatan tubuh dan interaksi hubungan sosialnya. Dalam aspek kesehatan tubuh, anak yang picky eater akan mengalami berbagai hal di bawah ini: [5]
- Melemahkan sistem imunitas tubuh, sehingga anak jadi lebih mudah sakit
- Meningkatkan resiko masalah pada berat badan (bisa terlalu kurus atau terlalu gemuk)
- Menurunkan level energi dan fokus anak, sehingga tidak dapat maksimal mengeksplorasi diri
- Melemahkan fungsi kognitif otak anak
- Merusak kesehatan gigi
Waspadai juga resiko bahaya dari anak picky eater yang sudah parah, karena bisa mempengaruhi juga kehidupan sosialnya. Anak-anak picky eater biasanya akan merasa kebutuhannya tidak terpenuhi, sehingga dapat mengalami stress, frustasi, bahkan hingga lebih suka menyendiri. [5]
Cara Mengatasi Picky Eater
Semua orang tua tentu tidak ingin anaknya sampai mengalami efek membahayakan dari kebiasaan picky eater. Jika seperti itu, maka penting untuk tahu apa saja cara mengatasi picky eater yang tepat. Berikut ini ada beberapa cara yang menjadi tips mengatasi anak picky eater agar terhindar dari efek dan bahayanya.
- Berkreasi dengan Resep dan Penyajian Makanan
Cara yang pertama untuk membantu mengatasi anak picky eater adalah engan berkreasi. Jangan selalu membuat menu dari resep yang monoton. Perhatikan juga bagaimana cara menyajikan makanan dengan lebih menarik bagi anak.[2,6]
- Jadilah Contoh Bagaimana Kebiasaan Makan yang Baik
Orang tua juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk memastikan anak tidak meniru kebiasaan buruknya. Jadi cara mengatasi anak picky eater yang sangat wajib dicoba adalah dengan menjadi contoh. Dalam berbagai kesempatan, tunjukkanlah bahwa sebagai orang tua Anda sudah mencontohkan agar tidak selalu memilih makanan. [6]
- Buat Waktu Makan sebagai Waktu yang Menyenangkan
Makanan sebagai rutinitas yang dipaksakan, akan membuat anak merasa tertekan. Kondisi seperti ini menyebabkan waktu makan menjadi waktu yang tidak menyenangkan. Hal ini harus segera diatasi dengan mengubah waktu makan menjadi waktu yang menyenangka. [6]
- Mulai Kenalkan Makanan Perlahan-lahan
Walau terus mengalami penolakan oleh anak picky eater, Anda tidak boleh menyerah. Kenalkanlah terus makanan-makanan sehat yang harus dikonsumsi, karena pada akhirnya anak nanti akan tertarik juga untuk mencoba makanan sehat yang ditawarkan dengan cara menarik. [2,6]
- Berikan Apresiasi Setiap Menunjukkan Perkembangan
Setiap anak picky eater mau mencoba makan makanan lain yang bukan termasuk makanan favoritnya, maka Anda harus segera mengapresiasinya. Apresiasi bagi anak-anak adalah hal yang sangat penting dan juga efektif untuk mengubah cara pandangnya terhadap berbagai makanan yang selama ini dihindarinya. [6]
- Libatkan Anak dalam Perencanaan Makan Hingga Proses Memasak
Satu lagi cara mengatasi anak picky eater yang cukup ampuh adalah dengan melibatkan anak dalam prosesnya. Bahkan mulai dari ketika berbelanja, anak bisa dilibatkan untuk ditanya apa pendapatnya mengenai makanan yang akan dimasak hari ini. Proses melibatkan anak ini akan membuat anak merasa keberadaannya berarti dan penting, sehingga akan mau mencoba makanan lainnya lagi. [2,6]