Obesitas adalah kondisi dimana terlalu banyak lemak dalam tubuh yang diukur dengan body mass index (BMI) melalui perbandingan antara tinggi dan berat badan. Seseorang dikatakan obesitas jika angka BMI nya berada di atas 30.[1]
Obesitas merupakan masalah kesehatan serius yang dapat diderita oleh seluruh kalangan usia. Berat badan yang berlebih dapat memicu timbulnya berbagai penyakit bahkan sampai mempengaruhi sistem kerja otak.[2]
Penyakit yang ditimbulkan dari obesitas tak ubahnya seperti mata rantai yang saling berhubungan satu sama lain. Tidak hanya menyebabkan masalah secara fisik, obesitas bahkan juga berdampak pada sistem kerja otak yang nantinya akan menimbulkan gangguan pada perilaku dan pola pikir penderitanya.[2]
Pengaruh lain yang muncul akibat penumpukan lemak itu kemudian menyebabkan kerusakan pelindung saraf pada otak. Hal ini lah yang menyebabkan gangguan pada memori dan kemampuan untuk merespon situasi.[2] Berikut efek kerusakan pada otak yang dapat terjadi pada penderita obesitas :
1.Perilaku Impulsif
Tindakan ini dintandai dengan periaku tanpa rencana atapun pemikiran yang matang, tergesa-gesa, serta tanpa pertimbangan akan resiko yang mungkin terjadi dari tindakan yang diambil. Perilaku impulsif yang dilakukan orang dengan kondisi obesitas berkaitan dengan jumlah makanan yag dikonsumsi, penambahan berat badan dan stres pada kondisi fisik yang berubah dalam keadaan obesitas.[3]
2. Kecanduan Makanan
Perilaku impulsif juga dapat terjadi karena kebiasaan yang berlangsung lama dan berkaitan dengan kondisi kecanduan makan pada penderita obesitas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa antara pencandu narkoba dan orang yang obesitas sama-sama memicu sifat impulsif pada otak karena mekanisme kontrol kognitif yang buruk sebagai efek samping dari kebihan berat badan.
Makanan dengan kandungan lemak, garam dan gula yang tinggi dapat menimbulkan rasa ketagihan yang oleh otak kemudian dijadikan sebagai keinginan untuk merasakan makanan tersebut secara berulang-ulang.[4]
Kondisi kecanduan makanan pada dasarnya dapat diderita oleh siapa saja, namun pada orang dengan gangguan obesitas hal ini menjadi lebih buruk. Kerusakan pada jaringan otak dan kondisi hormon yang tidak seimbang menyebabkan dorongan untuk bertindak impulsif lebih kuat sehingga menimbulkan kecanduan pada makanan.[4]
3. Kemampuan Mengatasi Stres
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengatasi stres. Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa makanan yang mengandung lemak dan gula tinggi memiliki efek adiktif yang dianggap cukup efektif untuk meredakan stres dan meningkatkan hormon kebahagiaan.[5]
Stres yang tidak terkendali dapat mengubah pola makan dan menyebabkan kecanduan hingga menyebabkan obesitas. Stres yang berlebihan dapat mempengaruhi dopamin pada otak. Yaitu zat kimia di dalam otak yang akan meningkat saat seseorang merasakan sensasi yang menyenangkan.[5]
Saat menghadapi tekanan atau kondisi psikis yang buruk secara otomatis otak akan lebih sensitif untuk mencari hal-hal yang dapat mengalihkan pikiran dari kondisi tersebut yang dapat berupa penghargaan kepada diri sendiri atau keinginan untuk mencari makanan yang sangat enak.[5]
Kebiasaan ini yang akan membuat otak secara otomatis memberi sinyal lapar dan keinginan untuk makan dengan banyak sebagai upaya mengatasi stres.[5]
4. Demensia
Demensia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kemampuan untuk mengingat dan merasakan emosi sehingga berdampak pada kelangsungan hidup sehari-hari.[6]
Lemak berlebih pada tubuh menyebabkan kerusakan pada otak sehingga massa otak menjadi lebih kecil dan terjadi penurunan kemampuan kognitif. Penderita obesitas beresiko lebih besar mengalami demensia bahkan di usia yang masih relatif muda.[7]
Obesitas dan segala dampak yang ditimbulkannya pada kesehatan otak tidak ubahnya seperti lingkaran setan yang menjadi sebab akibat satu sama lain. Perlu adanya keinginan yang kuat dan konsistensi untuk menjalani pola hidup sehat dan terbebas dari obesitas.[8]
Cara Mengatasi Obesitas
Dimulai dengan konsumsi makanan sehat dan tidak berlebihan serta diimbangi dengan latihan fisik secara bertahap. Obesitas sama halnya dengan penyakit kronis yang apabila dibiarkan akan semakin merusak tubuh setiap hari.[8]
Hal lain yang tidak kalah penting untuk menurunkan berat badan adalah dengan menjaga waktu tidur yang teratur. Istirahat yang cukup dapat membantu otak bekerja dengan lebih baik. Seringkali kondisi kelelahan dan kurang tidur memicu otak untuk bersikap impulsif dan menjadikan makanan sebagai jalan pintas untuk membuat perasaan lebih baik.[9]
Waktu tidur yang cukup dan berkualitas juga penting untuk meningkatkan metabolisme dan membantu tubuh untuk memproses insulin menjadi energi sehingga tidak terjadi penumpukan lemak berlebihan dari makanan yang dikonsumsi.[9]
Kondisi obesitas menjadi masalah yang sangat penting untuk diperhatikan karena dampaknya yang besar pada kesehatan mental dan kualitas hidup. Lingkungan dalam hal ini turut berperan menjadi pemicu timbulnya obesitas.[9]
Stres dan pola hidup tidak sehat secara tidak langsung mengarahkan otak untuk membentuk prilaku mengkonsumsi makanan secara berlebihan sebagai bentuk pertahanan psikologis. Kebiasaan yang nantinya membentuk pola prilaku yang sulit dihilangkan hingga berdampak pada kesehatan otak.[2]
Dampak obesitas bagi kesehatan otak bermula ketika terjadi ketidak seimbangan antara hormon leptin dan ghrelin. Yaitu hormon yang berperan megatur nafsu makan dan mengendalikan rasa lapar.[2]
Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan hormon leptin sehingga otak akan mengirimkan sinyal lapar yang menyebabkan dorongan untuk makan semakin besar.[2]
Kebiasaan ini apabila dibiarkan akan menyebabkan penderita obesitas semakin tidak bisa mengendalikan nafsu makan sehingga terjadi penimbunan lemak yang semakin banyak.[2]