Penyakit anemia pada umumnya dipicu oleh kurangnya zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membuat hemoglobin sehingga berakibat pada kurangnya kandungan oksigen yang dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh [1].
Munculnya anemia biasanya dikaitkan dengan tiga macam kondisi, antara lain kehilangan darah, kurangnya produksi sel darah merah, dan tingginya tingkat kerusakan sel darah merah [1,2].
Selain itu, anemia juga dapat timbul sebagai komplikasi dari beberapa penyakit kronis, khususnya penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease / CKD) [2].
Daftar isi
Epoetin alfa merupakan jenis obat yang diberikan untuk mengobati penyakit anemia, baik yang disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronis maupun pengobatan kemoterapi dan human immunodeficiency virus (HIV) [3].
Agar dapat lebih memahami terkait penggunaan epoetin alfa, berikut ini kami sajikan sederet informasi penting diantaranya [3,4,5,6]:
Indikasi | Meningkatkan produksi sel punca darah; mengobati anemia yang ditimbulkan oleh: gagal ginjal kronis, pengobatan menggunakan zidovudine pada pasien terinfeksi HIV, dan kemoterapi penyakit ganas; serta mengurangi kebutuhan transfusi alogenik |
Kategori | Harus dengan resep dokter |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Hematopoietic Agents |
Bentuk | Solusi |
Kontraindikasi | Hipersensitif terhadap albumin (manusia) atau produk derivatif sel mamalia; hipertensi yang tidak terkontrol |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Epoetin Alfa: → Pasien yang memiliki alergi terhadap epoetin alfa dan obat-obatan sejenis → Pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) atau pernah mengalami pure red cell aplasia (PRCA) → Pasien yang mengalami kejang dan hendak menjalani operasi → Pasien yang sedang atau pernah menderita penyakit kanker → Anak-anak, ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Epoetin alfa merupakan 165-amino-acid-glycoprotein yang diproduksi oleh teknologi DNA rekombinan (rDNA), dan memiliki efek biologis yang mirip dengan eritropoietin endogen [7].
Epoetin alfa memiliki beberapa manfaat dalam dunia pengobatan, antara lain:
Epoetin alfa dapat digunakan untuk mengobati anemia pada pasien dewasa maupun anak-anak dengan kondisi dan dosis sebagai berikut [4,5]:
Parenteral/Injeksi ⇔ Untuk meningkatkan produksi sel punca: → 600 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) dua kali seminggu → Dosis sekali minum Maksimal: 600 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 84 jam → Dosis Maksimum: 1200 unit/kg per minggu ⇔ Untuk mengobati anemia pada penderita HIV yang menjalani pengobatan dengan zidovudine: → Kadar eritropoietin ≤ 500 miliunit/mL dan menerima dosis zidovudine ≤ 4200 mg/minggu → 100 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau injeksi subkutan (SC) tiga kali seminggu → Dosis Sekali Minum Maksimal : 300 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 56 jam → Dosis Maksimum: 900 unit/kg per minggu ⇔ Untuk mengobati anemia pada penderita gagal ginjal kronis: → Predialisis → Dosis awal: 50 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau injeksi subkutan (SC) tiga kali seminggu → Dosis pemeliharaan: Maksimum 150 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau injeksi subkutan (SC) tiga kali seminggu atau 20.000 unit melalui injeksi subkutan (SC) setiap satu hingga dua minggu sekali → Dosis Sekali Minum Maksimal : 150 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 56 jam → Dosis Maksimum: 450 unit/kg per minggu melalui injeksi intravena (IV) atau 20.000 unit per minggu melalui injeksi subkutan (SC) → Hemodialisis → Dosis awal: 50 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau injeksi subkutan (SC) tiga kali seminggu → Dosis pemeliharaan: 25 hingga 100 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau injeksi subkutan (SC) tiga kali seminggu → Dosis Sekali Minum Maksimal : 100 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 56 jam → Dosis Maksimum: 300 unit/kg per minggu → Dialisis Peritoneal → Dosis awal: 50 unit/kg melalui injeksi subkutan (SC) dua kali seminggu → Dosis pemeliharaan: 25 hingga 50 unit/kg melalui injeksi subkutan (SC) dua kali seminggu → Dosis Sekali Minum Maksimal : 50 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 84 jam → Dosis Maksimum: 100 unit/kg per minggu melalui injeksi subkutan (SC) ⇔ Untuk mengobati anemia pada pasien yang menjalani kemoterapi: → Dosis awal: 150 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) tiga kali seminggu atau 40.000 unit/kg melalui injeksi subkutan (SC) satu kali seminggu. → Dosis pemeliharaan: Setelah 4 minggu, tingkatkan dosis menjadi 300 unit/kg tiga kali seminggu melalui injeksi intravena (IV) atau 60.000 unit/kg satu kali seminggu melalui injeksi subkutan (SC) → Dosis Sekali Minum Maksimal : 300 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 56 jam → Dosis Maksimum: 900 unit/kg per minggu melalui injeksi intravena (IV) atau 60.000 unit/kg per minggu melalui injeksi subkutan (SC) ⇔ Untuk mengurangi transfusi alogenik: → 600 unit/kg satu kali dalam seminggu melalui injeksi subkutan (SC) selama tiga minggu sebelum operasi dan hari berlangsungnya operasi; atau 300 unit/kg melalui injeksi subkutan (SC) setiap 24 jam selama 10 hari sebelum operasi hingga 4 hari setelah operasi → Dosis Sekali Minum Maksimal : 600 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 24 jam → Dosis Maksimum: 2.100 unit/kg per minggu melalui injeksi subkutan (SC). |
Parenteral/Injeksi ⇔ Untuk mengobati anemia pada pasien yang menjalani kemoterapi: → Usia 5 hingga 18 tahun → 600 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) setiap satu minggu sekali hingga pengobatan kemoterapi selesai → Dosis Sekali Minum Maksimum: 600 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 168 jam (satu minggu) → Dosis Maksimum: 600 unit/kg per minggu ⇔ Untuk mengobati anemia pada penderita gagal ginjal kronis: → Usia 1 bulan hingga 16 tahun → 50 unit/kg melalui injeksi intravena (IV) atau subkutan (SC) tiga kali dalam satu minggu → Dosis Sekali minum Maksimum: 50 unit/kg → Interval Dosis Minimum: 56 jam → Dosis Maksimum: 150 unit/kg per minggu |
Penggunaan epoetin alfa dapat menyebabkan efek samping sebagai berikut [3,6]:
Kendati anda mengalami efek samping tersebut, biasanya dokter akan tetap meresepkan obat ini dengan mempertimbangkan manfaat yang diberikan bagi tubuh anda. Oleh sebab itu, anda perlu mengonsultasikan pada dokter apabila anda mengalami efek samping yang serius, seperti [3]:
Pada beberapa kasus, penggunaan obat ini juga dapat berakibat pada [6]:
Sebagai informasi tambahan, berikut ini merupakan dampak penggunaan epoetin alfa menurut tenaga medis [5]:
Agar memahami dengan baik terkait detil epoetin alfa, berikut ini kami sajikan informasi penting untuk anda [3,4,5,7,8,9]:
Penyimpanan | → Simpan dalam lemari pendingin dengan suhu antara 2-8 ° C. → Jangan simpan di freezer. → Jangan dikocok atau diguncang |
Cara Kerja | → Deskripsi Epoetin alfa berikatan dengan reseptor pengikat JAK-STAT pada permukaan sel targetnya dan mengubah fosforilasi protein intraseluler serta mengaktifkan faktor transkripsi untuk mengatur ekspresi gen.Epoetin alfa menginduksi eritropoiesis tanpa mempengaruhi umur sel darah merah sehingga dapat merangsang proliferasi sel pembentuk koloni dari eritroid, menginduksi pembentukan hemoglobin dan pematangan eritroblast, serta merilis retikulosit dalam sirkulasi yang diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin. → Farmakokinetik -Penyerapan: Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak plasma berkisar antara 20 hingga 25 jam. Administrasi melalui injeksi subkutan biasanya membutuhkan waktu mencapai puncak plasma yang lebih lama sekitar 5% hingga 10% dibanding administrasi melalui injeksi intravena. Bioavailabilitas: Kira-kira 20% hingga 40%; bioavailabilitas pada injeksi subkutan lebih rendah dibanding injeksi intravena -Distribusi: Didistribusikan secara ekstravaskular pada hati, ginjal, dan sumsum tulang. Volume distribusi: Antara 40 hingga 63,80 mL/kg -Metabolisme: Pengikatan eritropoietin dan epoetin alfa pada EPO-R menyebabkan terjadinya internalisasi sel, yang mengakibatkan degradasi ligan. Eritropoietin dan epoetin alfa dibersihkan melalui penyerapan dan degradasi melalui sel yang mengekspresikan EPO-R serta melibatkan jalur seluler lain di interstitium dan sel-sel dalam jalur pengambilan retikuloendotelial atau sistem limfatik. -Ekskresi: Epoetin alfa sebagian besar diekskresikan melalui feses, dan sebagian kecil melalui urin dalam bentuk obat yang tidak berubah. Waktu paruh eliminasi: Rata-rata 4 jam pada pasien dewasa dan 6 jam pada pasien anak-anak (injeksi intravena / IV); antara 4 hingga 13 jam pada pasien dengan gagal ginjal kronis (injeksi intravena / IV); sekitar 16 hingga 67 jam pada pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi (injeksi subkutan) |
Interaksi dengan obat lain | → Penggunaan epoetin alfa bersama dengan carfilzomib, lenalidomide, pomalidomide, thalidomide, inhibitor C1 esterase, conestat alfa dapat meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan darah. → Penggunaan epoetin alfa bersama dengan cyclosportine dapat meningkatkan tekanan darah. |
Overdosis | ⇔ Gejala: Detak jantung cepat ⇔ Cara Mengatasi: Segera hubungi dokter untuk mendapatkan pertolongan medis |
Pengaruh pada hasil lab | Meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit |
Apakah Epoetin Alfa dapat meningkatkan tekanan darah?
Penggunaan epoetin alfa dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit (sel darah merah) [9]. Hal tersebut tentunya berdampak pada peningkatan tekanan darah pasien, khususnya pasien yang menderita gagal ginjal kronis [6].
Pemeriksaan apa saja yang harus saya lakukan sebelum menerima pengobatan Epoetin Alfa?
Sebelum dan selama menerima pengobatan menggunakan epoetin alfa, biasanya anda akan menjalani pemeriksaan darah lengkap dan tekanan darah [10].
Berapa lama waktu yang diperlukan bagi Epoetin Alfa untuk bekerja?
Lamanya waktu yang diperlukan bagi epoetin alfa untuk bekerja biasanya beragam, tergantung pada dosis yang diberikan dan respon tubuh pasien. Berdasarkan laporan, epoetin alfa dapat meningkatkan jumlah retikulosit (sel eritrosit yang belum matang) dalam 10 hari setelah dosis awal diberikan, kemudian diikuti oleh peningkatan jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit dalam kisaran dua hingga enam minggu [8].
Adakah jenis makanan yang harus saya hindari selama menerima pengobatan menggunakan Epoetin Alfa?
Berdasarkan penelitian tidak ditemukan adanya interaksi penggunaan epoetin alfa dengan jenis makanan [8]. Akan tetapi biasanya selama pasien menerima pengobatan dengan epoetin alfa, dokter akan meresepkan diet makanan tertentu guna mengontrol tekanan darah sekaligus membantu meningktkan kadar zar besi dalam darah [3].
Berikut ini merupakan beberapa contoh obat yang mengandung epoetin alfa di pasar [4,5]:
Brand Merek Dagang | |
Epogen | Procrit |
Eprex | Renogen |
Erykine | Retacrit |
[1] Anonim. MedlinePlus. Anemia. diakses 2020
[2] Gates B. Colbert, MD., FASN., Edgar V. Lerma, MD., FACP., FASN., FAHA., FASH., FNLA., FNKF., Robert Stein, MD., Francisco Talavera, PharmD., PhD., Emmanuel C Besa, MD. & Pradyumna D Phatak, MBBS., MD. Medscape Oncology. Anemia of Chronic Disease and Kidney Failure. 2020.
[3] Anonim. MedlinePlus. Epoetin Alfa. Revisi terakhir 2019.
[4] Anonim. Mims Indonesia. Epoetin Alfa. diakses 2020.
[5] Cerner Multum. Drugs.com. Epoetin Alfa. diakses 2020.
[6] Anonim. WebMD.com. Epoetin Alfa Injection. diakses 2020.
[7] Saumil Patel & Jayesh Patel. 2020. StatPearls Publishing. Epoetin Alfa.
[8] Anonim. diakses 2020. Drugbank.ca. Erythropoietin.
[9] Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya, Budi Suprapti & Bayu Dharma Susanti. 2019. Folia Medica Indonesiana. Effectivity of Erythropoietin Alpha Compared to Erythropoietin Beta in Patients with Chronic Kidney Disease-Anemia on Hemodialysis.
[10] Anonim. diakses 2020. Chemocare.com. Epoetin Alfa.