Penyakit & Kelainan

Kaki Dingin dan Kram : Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kaki dingin dan kram yang terjadi berulang atau bahkan terlalu sering bisa jadi menjadi tanda adanya gangguan kesehatan tubuh [1,2].

Kesehatan kaki yang terganggu bisa menjadi pertanda berbagai penyakit, mulai dari yang ringan hingga cukup serius dan berujung pada penyakit kronis lainnya [1,2].

Berikut ini adalah sejumlah kemungkinan penyebab kaki dapat mengalami dingin sekaligus kram yang perlu diwaspadai dan diatasi segera [1,2].

1. Sindrom Raynaud

Sindrom Raynaud adalah sebuah kondisi gangguan peredaran darah di mana aliran darah menuju bagian tubuh tertentu tidak pada kadar normalnya [1,2,3].

Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari pembuluh arteri yang menyempit [1,2,3].

Seringkali bagian tubuh yang terkena dampaknya adalah jari tangan atau jari kaki sehingga karena hal tersebut, jari tangan atau jari kaki dapat mengalami ketidakmampuan dalam merespon suhu dingin [1,2,3].

Tak hanya jari, bagian lidah, bibir, hidung dan telinga adalah bagian-bagian tubuh yang identik dengan sindrom Raynaud [1,2,3].

Gejala pada sindrom Raynaud pada dasarnya terjadi bertahap atau berkembang dari ringan menjadi lebih serius [1,2,3].

Berikut ini adalah tahapan gejala sindrom Raynaud, termasuk kondisi kaki yang dingin dan kram [3].

  • Pada tahap pertama, jari tangan atau jari kaki memucat setiap kali terkena paparan suhu dingin. Hal ini dikarenakan aliran darah yang terganggu sehingga darah tak mengalir secara cukup ke jari kaki atau jari tangan.
  • Pada tahap kedua, jari tangan atau jari kaki membiru karena oksigen yang seharusnya dibawa oleh darah menjadi lebih sedikit (akibat suplai darah sendiri menurun). Jari akan mulai merasakan dingin sekaligus mati rasa.
  • Pada tahap ketiga, peredaran darah justru lebih cepat dari normalnya sehingga jari tangan atau jari kaki mengalami kemerahan yang berpotensi disertai rasa kram, bengkak, dan denyutan.

Penyebab sindrom Raynaud sendiri terdiri dari dua jenis, yakni primer dan sekunder [3].

Pada sindrom Raynaud primer, penyempitan arteri memang belum diketahui jelas bagaimana bisa terjadi [3].

Hanya saja, faktor usia, keturunan, jenis kelamin, stres dan iklim dapat memengaruhinya [3].

Penyebab sindrom Raynaud sekunder adalah dari adanya kondisi penyakit lain yang kemudian berakibat pada timbulnya sindrom Raynaud [3].

Kondisi penyakit yang dimaksud antara lain adalah [3,4] :

2. Kejang Otot

Selain kaki dingin dan kram dapat terjadi karena sindrom Raynaud, kejang otot bisa menjadi faktor yang mendasari [2,5].

Kejang pada otot dapat terjadi karena berbagai macam faktor, namun biasanya penggunaan otot secara berlebihan bisa jadi sebab utama [2,5].

Berikut ini adalah contoh penggunaan otot terlalu berlebihan yang bisa berakibat pada gangguan kesehatan kaki [5] :

  • Penggunaan otot dilakukan berlebihan, baik itu otot kaki berada dalam posisi yang sama dalam waktu lama.
  • Penggunaan otot melalui aktivitas fisik atau olahraga di lingkungan atau cuaca panas; hal ini umumnya lebih sering dilakukan oleh para atlet dan tukak bangunan.
  • Penggunaan otot terlalu lama baik secara aktif maupun pasif mampu membuat sel-sel otot kehilangan energi dan cairan dan mudah memicu kontraksi/kejang.
  • Otot yang terpengaruh bisa saja otot yang paling sering digunakan saja atau bahkan menjalar hingga ke otot-otot lain di dekatnya.
  • Heat cramps dapat terjadi apabila penggunaan otot berlebih ini disertai dengan paparan suhu panas yang terus-menerus.

Beberapa faktor lain yang diketahui mampu menyebabkan kejang pada otot adalah [5] :

  • Olahraga tanpa pemanasan
  • Olahraga intensitas tinggi padahal sebelumnya jarang atau tidak pernah olahraga.
  • Kekurangan cairan dan elektrolit (dehidrasi)
  • Penyempitan arteri atau aterosklerosis
  • Penyakit sistem saraf

Selain kaki berisiko mengalami dingin dan kram, ada gejala lain yang memungkinkan terjadi apabila kejang otot adalah kondisi yang mendasarinya, yakni [5] :

  • Otot kencang
  • Otot kejang dan kencang bisa terjadi beberapa detik, menit hingga jam
  • Otot berkedut

3. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia adalah kondisi ketika tubuh mengalami kelebihan kadar mineral kalsium [1,2,7].

Kalsium sendiri memang dibutuhkan tubuh bagi kesehatan gigi dan tulang, namun perlu diketahui bahwa asupan kalsium per hari sudah ditentukan, yakni [6] :

  • 400 mg per hari untuk bayi baru lahir hingga usia 6 bulan.
  • 600 mg per hari untuk bayi usia 6-12 bulan
  • 800 mg per hari untuk anak-anak usia 1-5 tahun
  • 800-1200 mg per hari untuk anak-anak usia 6-10 tahun
  • 1200-1500 mg per hari untuk anak lebih besar dan dewasa muda usia 11-24 tahun
  • 1000 mg per hari untuk pria usia 25-65 tahun
  • 1000 mg per hari untuk wanita usia 25-50 tahun (termasuk wanita yang sudah menopause dan menjalani terapi hormon pengganti)
  • 1200-1500 mg per hari untuk ibu hamil dan menyusui
  • 1500 mg per hari untuk wanita yang sudah menopause namun tidak menjalani terapi estrogen
  • 1500 mg per hari untuk wanita dan pria usia 65 tahun ke atas

Lebih dianjurkan bagi orang dewasa untuk memiliki asupan kalsium 2000 mg per hari agar lebih aman [6].

Ketika tubuh mengalami kelebihan kalsium, normalnya kalsium berlebih ini akan dibuang melalui feses dan urine saat buang air besar dan kecil [7].

Namun ada kemungkinan kalsium berlebih yang masih di dalam tubuh tidak akan terserap ke dalam tulang; ini yang kemudian menjadi kondisi berbahaya bagi penderita [7].

Saat terjadi hiperkalsemia, beberapa gejala yang dapat timbul antara lain adalah [1,2,7] :

  • Kaki dingin dan berisiko kram
  • Tubuh cepat lelah
  • Sering buang air kecil atau buang air kecil dengan volume urine tinggi
  • Sering dan mudah haus
  • Sakit kepala
  • Tulang dan otot nyeri
  • Susah buang air besar
  • Turunnya nafsu makan
  • Perut mudah sakit
  • Perut mual dan dapat disertai muntah
  • Dehidrasi
  • Berat badan turun
  • Masalah pada detak jantung

Hiperparatoid atau hiperparatiroidisme merupakan penyebab utama hiperkalsemia [7].

Hormon paratiroid yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid memiliki peran utama sebagai pengatur kalsium dalam darah [7].

Selain kalsium, hormon tersebut juga berperan mengatur kadar mineral dan vitamin lain, seperti fosfor dan vitamin D dalam tubuh [7].

Saat terjadi gangguan pada kelenjar paratiroid dan hormon paratiroid terhasilkan secara berlebihan, hal ini memengaruhi peningkatan kalsium dalam darah juga [7].

4. Hipokalemia

Hipokalemia adalah sebuah kondisi ketika kadar mineral kalium dalam tubuh di bawah normal atau terlalu rendah [1,8].

Padahal, mineral ini berguna sebagai pengendali fungsi otot dan saraf, maka jika kadarnya sangat rendah tentu akan memengaruhi saraf dan otot penderita [8].

Untuk orang-orang usia di atas 14 tahun, asupan mineral kalium yang paling direkomendasikan adalah sebanyak 4700 mg per hari [9].

Namun bila kurang dari itu, beberapa gejala dapat terjadi seperti kaki kram dan dingin serta keluhan lain ini [1,8] :

  • Kaki kesemutan
  • Jantung berdebar
  • Tubuh melemah
  • Sembelit
  • Nafsu makan turun drastis
  • Perut mual dan dapat disertai muntah

Gejala-gejala yang lebih parah dapat terjadi apabila kadar kalium dalam darah sudah di bawah angka 2,5 mmol/L, yakni [1,8] :

Hipokalemia mampu berakibat fatal apabila kadarnya sudah terlampau rendah dan tidak segera memperoleh penanganan [8].

Penyebab hipokalemia sendiri beragam, mulai dari keluarnya kalium dari tubuh secara berlebihan karena diare, muntah, efek diuretik, atau penyakit ginjal hingga pola hidup tak sehat seperti merokok dan kecanduan alkohol [8].

5. Kolesterol Tinggi

Kolesterol tinggi juga berpotensi menimbulkan rasa dingin sekaligus kram pada kaki [10,11].

Kolesterol tinggi merupakan kondisi saat kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi [10,11].

Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh yang dihasilkan oleh hati maupun diperoleh dari asupan makanan yang akan mendukung fungsi tubuh normal dan maksimal [10,11].

Kolesterol pada dasarnya pun terdiri dari dua jenis, yaitu LDL (low-density lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein) [12].

LDL adalah kolesterol jahat, sedangkan HDL adalah kolesterol baik [12].

LDL memiliki peran sebagai pembawa kolesterol ke seluruh sel tubuh, sedangkan HDL memiliki peran sebagai penyuplai kolesterol berlebih ke organ hati [12].

LDL atau kolesterol jahat adalah yang paling dikhawatirkan apabila kadarnya sampai berlebihan dan jauh lebih tinggi daripada HDL [12].

Kolesterol tinggi sendiri sebenarnya pada awal kondisi tak menyebabkan gejala pada penderitanya [12].

Oleh sebab itu, seringkali kadar kolesterol yang tak dicek secara rutin lama-kelamaan berpotensi meningkat dan mulai menimbulkan sejumlah keluhan [12].

Keluhan yang dapat terjadi pada penderita kolesterol tinggi salah satunya adalah kaki kram dan dingin [10,11].

Pemeriksaan rutin kadar kolesterol sangat dianjurkan, terlebih bagi orang-orang dengan keadaan tertentu seperti ini [10] :

  • Memiliki kondisi diabetes
  • Memiliki kondisi penyakit jantung
  • Menderita gangguan pada pembuluh darah
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kolesterol tinggi
  • Merokok
  • Memiliki kondisi obesitas

Pemeriksaan kadar kolesterol lebih dianjurkan sekitar 4 tahun sekali, terutama untuk usia 20 tahun ke atas [13].

Namun 1 tahun sekali perlu memeriksakan kadar kolesterol jika tergolong sebagai salah satu orang dengan kondisi di atas [13].

Berikut ini adalah faktor-faktor yang paling kerap mendasari kenaikan kadar kolesterol dalam darah sehingga seharusnya dihindari [10]:

  • Mengonsumsi makanan berlemak jenuh tinggi.
  • Mengonsumsi makanan berlemak trans tinggi.
  • Jarang atau tidak pernah berolahraga
  • Merokok
  • Mengonsumsi minuman beralkohol terlalu sering

Selain dari beberapa kebiasaan tak sehat tersebut, kolesterol tinggi dapat pula dipicu oleh faktor-faktor berikut [10] :

  • Usia antara 45-55 tahun ke atas
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat hiperkolesterolemia, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi itu sendiri.
  • Menderita hipotiroidisme
  • Menderita diabetes
  • Menderita penyakit ginjal

Cara Mengatasi Kaki Dingin dan Kram

Mengatasi kaki dingin dan kram dapat dilakukan sesuai dengan penyebab yang teridentifikasi.

Berikut adalah cara-cara penanganan atau pengobatan kaki yang dingin dan kram menurut faktor yang mendasari :

  • Sindrom Raynaud

Sindrom Raynaud belum dapat disembuhkan karena belum tersedia pengobatan yang benar-benar efektif [3].

Pengobatan yang diberikan umumnya hanya untuk menjadi pereda gejala dan pencegah komplikasi [3].

Obat-obatan akan dokter resepkan bagi pasien sesuai gejalanya, dan obat yang dimaksud antara lain meliputi antagonis kalsium (pelancar aliran darah), botulinum toxin (melalui suntikan sebagai pelumpuh saraf supaya respon saraf tak berlebihan ketika terpapar dingin), dan vasodilator (pelebar pembuluh darah) [3].

Jika obat tak efektif, tingkat keparahan juga sudah sangat tinggi, dokter akan merekomendasikan operasi saraf [3].

  • Kejang Otot

Kejang otot dapat ditangani dengan mengistirahatkan kaki (jika kaki yang sering mengalami kram dan dingin) [5].

Pastikan kaki tidak digunakan beraktivitas secara berlebihan dan lebih banyak diistirahatkan [5].

Jika memungkinkan, lakukan peregangan dan pijat otot serta kompres dingin jika otot kaki terasa nyeri disertai bengkak [5].

  • Hiperkalsemia

Hipekalsemia umumnya ditangani melalui pemberian obat-obatan seperti calcimimetic, calcitonin, bisphosphonate, diuretik, prednisone, dan denosumbab [7].

Hanya saja, dokter akan menyarankan pasien menjalani operasi jika kelenjar paratiroid terlalu aktif dan obat-obatan kurang bisa membantu [7].

Jaringan yang memicu gangguan pada kelenjar ini perlu diangkat melalui prosedur bedah [7].

  • Hipokalemia

Pengobatan untuk pasien hipokalemia biasanya ditentukan menurut penyebabnya [8].

Namun biasanya, terapi pengganti kalium akan diberikan oleh dokter bisa dalam bentuk obat minum atau obat suntik [8].

Pada terapi ini, dokter perlu memantau kondisi fungsi jantung pasien melalui pemasangan alat rekam jantung, terutama bila hipokalemia sudah pada tahap berat [8].

  • Kolesterol Tinggi

Pada kolesterol tinggi, penanganan utama adalah melalui perubahan pola hidup menjadi lebih sehat [14].

Memperbanyak olahraga, tidak merokok, makan makanan beromega-3, mengonsumsi buah dan sayur, menghindari asupan makanan berlemak jenuh dan berlemak trans tinggi, dan menghindari minuman beralkohol [14].

Hal ini kerap dikombinasi dengan penggunaan obat penurun kadar kolesterol, seperti niacin, fenofibrate, simvastatin, atorvastatin, colesevelam, cholestyramine, dan ezetimibe [14].

Jika kaki dingin dan kram dialami terlalu sering serta diikuti beberapa gejala lain yang mengkhawatirkan, jangan ragu untuk mengecek kondisi kesehatan ke dokter secepatnya.

1. Sabrina Felson, MD. Cold Feet And Muscle Cramps Or Spasms (Painful). MedicineNet; 2020.
2. Carol DerSarkissian, MD. Cold Feet, Muscle Cramps Or Spasms (Painful) And Pain Or Discomfort. MedicineNet; 2020.
3. Rina Musa & Ahmad Qurie. Raynaud Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. M S Chung, H S Gong, & G H Baek. Raynaud's phenomenon in idiopathic carpal tunnel syndrome: postoperative alteration in its prevalence. Bone & Joint Journal; 2000.
5. Benjamin Wedro, MD, FACEP, FAAEM & William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. Muscle Spasms. MedicineNet; 2021.
6. National Institutes of Health Consensus Development Conference Statement. Optimal calcium intake. National Institutes of Health Consensus Development Conference Statement; 1994.
7. Nazia M. Sadiq; Srividya Naganathan; & Madhu Badireddy. Hypercalcemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Danny Castro & Sandeep Sharma. Hypokalemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Connie M. Weaver, PhD, Michael S. Stone, MS, Andrea J. Lobene, MS, RDN, Dennis P. Cladis, MS, & Joanna K. Hodges, PhD. What Is the Evidence Base for a Potassium Requirement?. Nutrition Today; 2018.
10. Stacy Sampson, D.O. & Jon Johnson. Causes and remedies for cold feet. Medical News Today; 2020.
11. Anonim. High cholesterol: Signs of dangerously high cholesterol levels present in your legs. Times of India; 2021.
12. Trevor Huff; Brandon Boyd; & Ishwarlal Jialal. Physiology, Cholesterol. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. Centers for Disease Control and Prevention. Getting Your Cholesterol Checked. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
14. Michael A. Ibrahim; Edinen Asuka; & Ishwarlal Jialal. Hypercholesterolemia. National Center for Biotechnology Information; 2021.

Share