Ketidaksuburan adalah salah satu kekhawatiran yang tidak jarang dialami oleh pasangan suami istri yang sedang berusaha memiliki keturunan namun tidak kunjung membuahkan hasil.
Mungkin ada yang bertanya, kapan sebenarnya tes kesuburan sebaiknya dilakukan pada kondisi seperti ini dan siapa yang harus melakukannya. Penjelasan dibawah akan menguraikan jawaban dari pertanyaan ini.
Daftar isi
Memahami Ketidaksuburan
Sulit untuk mengetahui apakah seseorang subur atau tidak. Seringkali tidak ada tanda-tanda ketidaksuburan yang terlihat atau terasa, kecuali tidak terjadinya kehamilan. Satu-satunya cara untuk mengetahui kondisi ini dengan pasti adalah dengan memeriksakan diri ke dokter dan melakukan tes kesuburan.
Menurut sebuah penelitian, 25% dari kasus ketidaksuburan terjadi karena satu faktor atau lebih. Misalnya, 40% kasus ketidaksuburan disebabkan oleh masalah pada pihak pria sementara 25% kasus disebabkan oleh ovulasi yang tidak normal. [2]
Saat yang Tepat Untuk Melakukan Tes
Setiap pasangan suami istri punya rencana masing-masing dalam rumah tangganya, termasuk soal memiliki anak. Rencana ini juga bisa menjadi penentu kapan tes kesuburan perlu dilakukan.
Setelah menikah
Satu tahun masih termasuk waktu yang normal bila pasangan suami istri masih belum mendapat keturunan meskipun menjalankan program kehamilan. Tetapi bila lebih dari satu tahun masih belum juga berhasil, maka ini mungkin waktu yang tepat untuk melakukan tes kesuburan. [1, 2, 3]
Tetapi, tidak sedikit juga pasangan yang berhasil hamil memasuki tahun kedua tanpa bantuan medis apapun. [3]
Jadi, waktu yang tepat untuk melakukan tes kesuburan bisa berbeda bagi tiap pasangan. Mengingat ini adalah salah satu tes yang cukup sensitif, maka harus ada kesepakatan dari kedua belah pihak untuk melakukannya bersama dan ketika keduanya sudah merasa siap.
Tes kesuburan harus dilakukan oleh suami maupun istri, karena kehamilan bukan hanya tentang apa yang terjadi pada tubuh wanita tetapi juga proses pembuahan yang melibatkan pihak suami.
Sebelum menikah
Ketidaksuburan juga bisa terjadi karena masalah mental. Mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan setelah menikah adalah salah satu cara untuk mengurangi beban mental ini, salah satunya adalah melakukan tes kesuburan sebelum pernikahan terjadi.
Melakukan tes kesuburan jauh sebelum mulai menjalankan program kehamilan bisa sangat membantu dari sudut pandang kesehatan mental calon suami dan istri.
Salah satu manfaat dari mendapatkan informasi yang cukup mengenai kesuburan masing-masing pihak sebelum menikah adalah kemampuan untuk membuat rencana yang lebih baik untuk masa depan.
Dari sudut pandang fisik, melakukan tes kesuburan sebelum menikah bisa membantu mendeteksi ada atau tidaknya gangguan kesehatan yang berpotensi mengganggu kesuburan (misalnya PCOS atau endometriosis), yang akan sangat bermanfaat juga bagi wanita yang belum menikah agar bisa diobati seawal mungkin. [4]
Faktor usia
Salah satu faktor penting yang bisa menjadi digunakan untuk mempertimbangkan perlu atau tidaknya melakukan tes kesuburan adalah usia. Bagi wanita, sekitar usia 25 tahun adalah masa yang paling subur.
Ketika mencapai usia 38, kemungkinan untuk hamil secara alami hanya mencapai 15% setiap bulannya. [1]
Jadi, semakin tua usia suami dan istri ketika menjalankan program hamil, semakin disarankan pula bagi keduanya untuk melakukan tes kesuburan.
Garis Besar Pemeriksaan dan Tes Kesuburan
Jika suami dan istri sudah sepakat untuk melakukan tes kesuburan, maka bisa diawali dengan membuat janji temu dengan dokter kandungan atau dokter spesialis kesuburan.
Dokter akan memulai dengan pertanyaan seputar riwayat kesehatan dan kebiasaan. Meskipun beberapa pertanyaan mungkin akan terasa memalukan atau tidak nyaman untuk dijawab, tetapi penting untuk mengevaluasi masalah yang mungkin sedang terjadi. [1, 2, 3]
Pada banyak kasus, ketidaksuburan adalah akibat dari gabungan sejumlah masalah, kadang-kadang dari salah satu pihak, yang menjadi alasan mengapa pemeriksaan yang menyeluruh penting untuk dilakukan.
Tes kesuburan bagi wanita akan meliputi pemeriksaan panggul, ultrasound untuk melihat indung telur dan rahim, serta tes darah untuk memeriksa hormon. Tergantung dari hasil tes, pemeriksaan lanjutan mungkin perlu dilakukan. [1, 2, 3, 4]
Bagi pria, tes kesuburan biasanya berupa pemeriksaan fisik dan analisis sperma. Semen akan dites untuk menentukan: [1, 3]
- Jumlah sperma (berapa banyak sperma yang terdapat dalam semen)
- Seberapa cepat sperma bergerak
- Ukuran, bentuk, serta kualitas sperma
- Jumlah cairan semen
Dokter juga mungkin melakukan tes darah untuk melihat apakah ada masalah dengan hormon yang menyebabkan pembuahan sulit terjadi.