6 Jenis Vaksin Wajib untuk Bayi yang Penting Diketahui Orang Tua

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Dalam tubuh, sudah ada sistem kekebalan tubuh yang membantu dalam melindungi kita dari kuman yang menyebabkan infeksi atau penyakit. 

Untuk sebagian besar waktu, sistem kekebalan tubuh sangat membantu dalam melindungi kita dengan melacak kuman dan menyingkirkannya. 

Tapi, ada saat di mana kuman dan virus terlalu banyak dan membanjiri sistem kekebalan tubuh kita, membuatnya menjadi kewalahan. 

Saat hal seperti itu terjadi, tubuh kita bisa terkena penyakit serius karena sistem kekebalan tubuh tidak bisa menyingkirkannya. 

Dari sinilah vaksin mulai berguna. Vaksin akan mengajarkan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali penyakit baru.[1] 

Dengan begitu, tubuh akan terangsang dalam membuat antibodi untuk menghadapinya. Itu juga akan membuat sel-sel kekebalan untuk mengingat jenis antigen yang menyebabkan penyakit.[1] 

Itu sebabnya kita semua dianjurkan untuk melakukan vaksinasi agar tubuh kita bisa terus terlindungi dari penyakit, mulai dari yang bisa ditangani sampai yang mematikan.[1] 

Tidak hanya pada orang dewasa, vaksin juga sangat berguna untuk bayi. Meski bayi terlahir dengan sistem kekebalan yang bisa menangkal penyakit, tapi ada beberapa jenis penyakit yang tidak bisa mereka tangani.[1] 

Bayi membutuhkan bantuan vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka. Untuk orang tua, sudah sebaiknya memberikan vaksin pada bayi. 

Bila orang tua masih tidak tahu jenis vaksin apa saja yang wajib untuk bayi dan kapan bayi harus mendapatkannya, bisa dilihat di bawah ini: 

Hepatitis B adalah vaksin paling awal yang diberikan, yaitu kepada bayi yang berusia kurang dari 24 jam. Fungsinya untuk mencegah penyakit hepatitis B pada bayi.[2] 

Hepatitis B adalah penyakit peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Penyakit ini bisa bertahan dalam waktu yang berbeda-beda untuk setiap orang dan menular.[3] 

Bagi sebagian orang, penyakit ini bisa hilang dengan sendirinya. Tapi ada juga yang mengalami hepatitis B kronis, di mana penyakitnya bertahan lebih dari 6 bulan.[3] 

Penyakit hepatitis B juga bisa berujung pada kegagalan fungsi hati, kanker hati atau sirosis. Sirosis adalah kondisi yang meninggalkan bekas luka permanen di hati.[3] 

Kebanyakan orang dewasa bisa pulih sepenuhnya dari penyakit ini meski mereka memiliki gejala dan tanda yang parah.[3] 

Bayi dan anak-anak biasanya lebih rentan terhadap hepatitis B yang kronis sehingga pencegahan terhadap hepatitis B dengan vaksin harus cepat dilakukan.[3] 

  • BCG 

Selanjutnya, vaksin yang diberikan adalah vaksin BCG. Vaksin ini diberikan pada bayi yang menginjak usia 1 bulan. Fungsi dari vaksin ini yaitu melindungi tubuh dari penyakit tuberkulosis.[2] 

Vaksin BCG terbuat dari strain bakteri TB yang sudah dilemahkan. Karena bakteri TB pada vaksinnya lemah, mereka akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membuat perlindungan terhadap infeksi tanpa memberi penyakit TB.[4] 

Mereka juga memberikan perlindungan uang konsisten terhadap banyak bentuk penyakit tuberkulosis yang parah. Contohnya seperti meningitis TB pada anak.[4] 

  • Polio (1, 2, 3, 4) 

Pemberian vaksin polio diberikan kepada bayi secara bertahap. Vaksin ini berfungsi mencegah dari penyakit polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan.[2] 

Tahapan pemberian vaksin polio pada bayi diberikan pada usia 1 bulan (Polio 1), 2 bulan (Polio 2), 3 bulan (Polio 3) dan 4 bulan (Polio 4).[2] 

Polio termasuk penyakit yang menular. Kebanyakan orang yang terkena virus polio tidak menunjukkan tanda sehingga bisa menyebarkannya kepada orang lain tanpa disadari.[5] 

Untuk itulah pencegahannya harus tanggap dilakukan agar tidak terjadi penyebaran virus polio dengan memberikan vaksin pada bayi.[5] 

Jenis vaksin Oral Polio Vaccine (OPV) diberikan secara oral atau diteteskan ke dalam mulut bayi. Vaksinnya bisa memberikan perlindungan jangka panjang dan menghentikan penularan virus polio.[5] 

  • DPT-HB-Hib (1, 2, 3) 

Sama seperti vaksin polio, pemberian vaksin ini juga dilakukan beberapa kali agar bisa memberi perlindungan yang maksimal pada tubuh.[2] 

Vaksin DPT-HB-Hib diberikan pada bayi guna mencegah 6 penyakit, yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, radang paru (pneumonia) dan radang selaput otak (meningitis). Penyakit-penyakit itu disebabkan oleh infeksi kuman Hib.[2] 

Urutan pemberian vaksinnya adalah bayi usia 2 bulan (DPT-HB-Hib 1), 3 bulan (DPT-HB-Hib 2) dan 4 bulan (DPT-HB-Hib 3).[2] 

  • IPV 

Selain vaksin polio yang tetes saja, vaksin polio juga ada yang diberikan kepada bayi lewat suntikan. Vaksin polio yang diberikan lewat suntikan ini disebut dengan IPV (Innactivated Poliovirus Vaccine).[2] 

IPV diberikan pada bayi sebanyak 1 kali pada saat usia mereka 4 bulan. Hal ini dilakukan agar kekebalan tubuh yang sudah terbentuk menjadi lebih sempurna lagi.[2] 

Untuk membuat vaksin ini, virus polio dimurnikan dan dibunuh dengan bahan kimia formaldehida.[6] 

IPV lalu memunculkan antibodi dalam aliran darah dan bukannya dalam usus. Mereka akan mencegah virus menyebar melalui darah ke otak atau sumsum tulang belakang.[6] 

Pada bayi yang sudah berusia 9 bulan, vaksin yang diberikan adalah vaksin campak atau vaksin MR.[2] 

Penyakit campak dapat menyebabkan radang paru berat (pneumonia), diare atau bisa juga menyerang otak. Penyakit ini termasuk penyakit yang sangat menular.[2] 

Ketika seseorang yang terkena campak batuk, bersin, atau berbicara, tetesan yang terinfeksi itu akan menyebar di udara dan bisa terhirup oleh orang lain.[7] 

Tetesan itu juga dapat mendarat di permukaan dan tetap aktif menular selama beberapa jam. Seseorang yang menyentuh permukaan yang terinfeksi itu dapat tertular virus mereka meletakkan bagian yang tersentuh itu di mulut, hidung, atau saat menggosok mata.[7] 

Sedangkan vaksin MR diberikan untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella.[2] 

Untuk anak, rubella merupakan penyakit ringan yang ditandai dengan ruam kemerahan yang di mulai dari wajah ke bagian tubuh lain. Hal ini bisa berlangsung selama 3 sampai 5 hari.[8] 

Namun, bila rubella menular ke ibu hamil, terutama pada periode awal kehamilan, rubella akan menjadi berbahaya.[2] 

Rubella ini akan menyebabkan keguguran atau berdampak pada bayi yang dilahirkan. Dampaknya yaitu bayi menderita cacat bawaan seperti tuli, gangguan jantung bawaan dan katarak.[2] 

Menteri Kesehatan Indonesia sudah mengimbau agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya vaksin dan tidak mudah terpengaruh isu-isu negatif mengenai vaksin.[2]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment