Penyakit Peyronie merupakan suatu kelainan yang diderita oleh laki-laki, di mana terdapat jaringan parut (plak) yang terbentuk di bawah kulit penis [1].
Plak tersebut diketahui dapat berkembang di mana saja di daerah penis, khususnya tertumpuk di membran elastis tebal yang disebut dengan tunika albuginea [1].
Membran tersebut berperan penting dalam menjaga penis tetap kaku selama ereksi, sehingga keberadaan plak akan mengganggu fungsi tersebut [1].
Mengingat, ketika berkembang, plak akan menarik jaringan di sekitarnya hingga penis mungkin akan melengkung atau bengkok ketika ereksi [1].
Penyebab Penyakit Peyronie hingga kini masih belum benar-benar diketahui. Namun, para ahli meyakini bahwa, beberapa hal berikut ini berkaitan dengan terjadinya Penyakit Peyronie [1]:
- Cedera Pada Penis
Cedera penis dapat terjadi jika penis dipukul maupun ditekuk. Mengingat, hal ini dapat melukai jaringan di dalam penis itu sendiri.
Selain itu, penis juga dapat cedera ketika berhubungan seksual, kecelakaan maupun cedera lainnya yang membuat jaringan parut terbentuk di membran tunika albuginea. Dengan demikian, Penyakit Peyronie dapat terjadi.
- Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel penis hingga menyebabkan peradangan mungkin saja terjadi.
Jika ini terjadi, maka jaringan parut atau plak akan terbentuk dan berkembang pada penis hingga menyebabkan Penyakit Peyronie terjadi.
Pengobatan Penyakit Peyronie mungkin akan bergantung pada fase penyakitnya. Berikut ini merupakan pengobatan Penyakit Peyronie untuk fase akut dan fase kronis [2]:
Daftar isi
Pengobatan untuk Fase Akut
Pada fase akut ini, plak penyakit Peyronie akan terbentuk dan bertahan hingga 18 bulan lamanya. Pada fase ini, penis mungkin akan mulai melengkung. Kemudian, penis dapat terasa sakit tanpa ereksi. Dan rasa sakit mungkin akan semakin parah ketika ereksi jika bekas luka berkembang.[1]
Pengobatan untuk Penyakit Peyronie fase akut mungkin meliputi dua jenis metode antara lain [2]:
1. Pengobatan Traksi Penis
Jika Penyakit Peyronie masih dalam fase akut, maka pengobatan yang mungkin akan disarankan oleh dokter salah satunya adalah terapi traksi penis.
Terapi ini bertujuan untuk membantu mencegah penis kehilangan panjang dan mengurangi tingkat kelengkungannya.
2. Terapi Medis dan Injeksi
Terapi medis dan injeksi mungkin akan menjadi salah satu jenis terapi opsional yang lebih efektif daripada terapi opsional lainnya.
Pengobatan Untuk Fase Kronis
Fase kronis merupakan stadium yang dimulai 12 hingga 18 bulan setelah gejala pertama terjadi. Pada fase ini, plak yang terbentu cenderung stabil dan kelengkungan penis tidak bertambah parah. Rasa sakit di penis pun mungkin akan berkurang. Namun, disfungsi ereksi akan berkembang menjadi lebih buruk.[1]
Jika Penyakit Peyronie telah memasuki fase kronis, maka perawatan yang potensial harus dilakukan. Adapun perawatan yang mungkin direkomendasikan oleh dokter dapat berupa salah satu atau kombinasi dari beberapa metode pengobatan berikut ini [2]:
1. Perawatan Injeksi
Perawatan injeksi mungkin akan menjadi salah satu metode perawatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengurangi kelengkungan dan rasa sakit pada penis.
Pada perawatan ini, laki-laki akan memperoleh beberapa suntikan ke penis selama beberapa bulan. Perawatan injeksi ini dapat dikombinasikan dengan terapi traksi penis. Adapun obat injeksi tersebut mungkin akan termasuk kolagenase, verapamil dan interferon.
Pertama, kolagenase atau clostridium histolyticum (Xiaflex) telah disetujuan oleh FDA untuk digunakan mengobati Penyakit Peyronie. Adapun manfaatnya antara lain [2]:
- Memperbaiki kelengkungan penis
- Mengurangi gejala Penyakit Peyronie yang mengganggu
Kolagenase ini diketahui dapat mememcah penumpukan kolagen yang menjadi penyebab pelengkungan penis. Adapun efektivitasnya akan meningkat jika dikombinasikan dengan metode permodelan.
Metode permodelan ini akan membuat penis menuju ke arah berlawanan dari tekukan yang terjadi akibat Penyakit Peyronie.
Perlu diketahui juga bahwa, kolagenase ini umumnya akan disarankan untuk digunakan oleh penderita Penyakit Peyronie yang mengalami kelengkungan sedang hingga parah dengan nodul yang teraba.
Obat injeksi kedua yaitu verapamil. Obat ini sebenarnya adalah obat yang digunkana untuk mengobati tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi dinilai dapat menyebabkan beberapa masalah yang memicu terjadinya Penyakit Peyronie, seperti mengganggu produksi kolagen.
Verapamil ini dinilai dapat secara ampuh mengurangi rasa sakit pada penis yang ditimbulkan oleh Penyakit Peyronie.
Ketiga, interferon merupakan jenis protein pengganggu dan pemecah produksi jaringan fibrosa. Interferon diketahui telah terbukti ampuh mengurangi nyeri pada penis akibat Penyakit Peyronie.
2. Terapi Traksi
Terapi traksi penis diketahui dilakukan dengan menggunakan perangkat mekanis yang membantu meregangkan penis hingga panjang, kelengkungan dan deformitasnya menjadi lebih baik.
Pelaksanaan terapi traksi penis ini akan beragam, namun waktu pelaksanaannya mungkin akan berkisar antara 30 menit hingga 3-8 jam dalam satu harinya. Adapun, efektivitasnya cenderung bergantung pada alat atau perangkat yang digunakan.
Pada fase kronis, terapi traksi penis ini akan dikombinasikan dengan perawatan lain. Dokter mungkin juga baru akan merekomendasikan terapi traksi penis ini setelah pasien menjalani operasi. Hal ini dinilai akan dapat menghasilkan efektivitas yang tinggi.
3. Operasi
Pada fase kronis, mungkin kondisi penis akan berada pada tingkatan yang parah. Untuk memperbaiki kelengkungan atau kelainan penis yang parah tersebut, dokter mungkin akan menyarankan operasi.
Namun, kasus yang dinyatakan parah dan membutuhkan operasi, setidaknya harus telah terjadi selama sembilan hingga 12 bulan. Dan, kelengkungan penis telah berhenti meningkat setidaknya selama tiga hingga enam bulan lamanya.
Adapun metode atau prosedur operasi yang umum dilakukan dalam perawatan Penyakit Peyronie akan meliputi [2]:
- Memperbaiki sisi yang tidak terkena untuk menghasilkan pelurusan penis, (terbatas pada lengkungan yang tidak terlalu parah)
- Insisi atau eksisi dan okulasi, di mana ahli bedah membuat satu atau lebih luka di jaringan parut hingga dapat meregangkan selubung dan penis bisa menjadi lurus (pengangkatan jaringan parut mungkin dilakukan)
- Metode cangkok jaringan untuk menutupi lubang di tunika albuginea (jaringan yang digunakan adalah jaringan dari tubuh pasien sendiri, hewan atau sintetis)
- Implan penis yang ditempatkan ke dalam jaringan spons yang terisi darah selama ereksi (dapat disesuaikan secara manual, ditekuk ke atas untuk melakukan hubungan seksual)
- Metode implant skrotum, diketahui sebagai jenis lain yaitu implan yang ditanamkan di skrotum (khususnya untuk penderita Penyakit Peyronie yang mengalami disfungsi ereksi)
- Prosedur tambahan untuk meningkatkan kelengkungan penis dan membantu pemasangan implan
Pencegahan Penyakit Peyronie
Mengingat penyebab Penyakit Peyronie secara pasti belum diketahui, maka pencegahannya pun bukan merupakan hal yang mudah. Hingga kini para peneliti sedang berusaha untuk mengetahui lebih jauh terkait Penyakit Peyronie, termasuk cara pencegahannya [1].
Dengan demikian, kualitas hidup dari pasien akan dapat ditingkatkan juga. Untuk itu, uji coba masih terus dilakukan para ilmuan [1].
Adapun hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan mungkin akan berfokus pada faktor risiko Penyakit Peyronie. Dalam hal ini orang orang yang sebaiknya menghindari faktor risiko Penyakit Peyronie berikut ini [1]:
- Aktivitas seksual atau nonseksual yang kuat
- Cedera penis
- Kelainan autoimun
- Diabetes
- Disfungsi ereksi
- Kanker prostat
Selain itu, orang-orang yang telah berusia tua atau memiliki riwayat keluarga dengan Penyakit Peyronie harus lebih berhati-hati dan cepat melakukan deteksi dini jika muncul gejala Penyakit Peyronie. Mengingat, kedua hal tersebut termasuk dalam faktor yang meningkatkan risiko Penyakit Peyronie juga [1].