Bolehkah Mendidik Anak Dengan Keras? – Fakta, Tanda dan Dampak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Setiap orang tua pasti ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab [1,2].

Oleh karena itu, orang tua memiliki tugas penting untuk mendisiplin sekaligus menanamkan nilai-nilai di dalam kehidupan anak.

Pola asuh yang diterapkan oleh setiap orang tua pun bisa berbeda-beda, ada yang mendidik dengan lembut, tapi juga ada yang secara keras [3].

Bagi orang tua yang terbiasa atau ingin mendidik anak dengan keras, ketahui seberapa baik pengaruhnya untuk anak.

Bolehkah mendidik anak dengan keras?

Mendidik anak dengan keras, apalagi menggunakan kekerasan sama sekali tidak dianjurkan [4].

Pola asuh keras dapat menjadi bumerang bagi orang tua sendiri karena anak tidak diberi ruang dalam mengekspresikan dirinya.

Tegas dan keras adalah dua hal yang berbeda di mana orang tua yang terlalu keras justru menghasilkan kepribadian anak yang justru negatif [4].

Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk didikan orang tua yang tergolong keras terhadap anak.

  • Memberi Perintah dan Anak Harus Menurut

Orang tua dengan pola didikan keras biasanya hanya bisa memberi perintah kepada anak [4,5].

Anak pun harus menuruti semua perintah orang tua tanpa memberi anak kebebasan untuk berpendapat atau bahkan mengekspresikan perasaannya [4,5].

Pada pola didik seperti ini, orang tua bahkan tidak menerima protes dalam bentuk apapun dari anak [4,5].

  • Mengritik dan Mempermalukan Anak

Agar anak menuruti aturan yang sudah orang tua ciptakan, tak jarang orang tua kemudian mengritik dan mempermalukan sang anak [4].

Menegur anak dengan kalimat tanya seperti mengapa ia tidak pernah melakukan apapun dengan benar atau mengapa ia tidak paham juga walau sudah diberi tahu berkali-kali adalah contoh pola didik keras [4].

Orang tua meyakini dengan mengatakan hal tersebut kepada anak, anak akan termotivasi untuk melakukan segala hal lebih baik [4].

Namun alih-alih anak termotivasi, seringkali anak justru memiliki citra diri yang rendah dan cenderung rendah diri/minder [4].

  • Tidak Bisa Diajak Berkompromi

Orang tua dengan didikan keras sangat sulit untuk diajak bernegosiasi atau berkompromi untuk aturan yang sudah mereka buat [4,5].

Anak hanya perlu menurut segala apa yang dikatakan dan sudah diatur oleh orang tua [4,5].

Orang tua tidak akan meminta persetujuan maupun opini anak mengenai banyak hal karena keputusan harus orang tua yang membuatnya [4,5].

  • Tidak Memercayai Anak

Orang tua yang keras biasanya juga tidak mudah memercayakan pembuatan keputusan kepada anak [4].

Menurut orang tua dengan pola didik keras, anak tidak akan bisa membuat pilihan, keputusan atau pemecahan masalah yang benar [4].

Anak tidak memiliki kebebasan untuk menunjukkan perilaku baik atas inisiatif mereka sendiri [4].

Orang tua hanya ingin tahu bahwa anak melakukan terbaiknya tanpa setitik kesalahan [4].

Bila pun anak melakukan suatu kesalahan, orang tua tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menjelaskan kepada anak apa yang salah dan apa yang seharusnya benar [4].

  • Mengomel dan Menghukum Tanpa Menjelaskan

Orang tua yang menerapkan pola asuh keras juga biasanya tidak segan untuk menghukum anak saat melanggar aturan [4].

Beberapa contoh didikan keras mendisiplinkan anak adalah dengan cara mengunci anak di dalam kamar mandi, memukul atau bahkan menendang [4].

Setelahnya pun, orang tua tidak akan memberi penjelasan mengenai apa kesalahan yang anak perbuat [4].

Orang tua juga tidak akan menjelaskan kepada anak mengenai perilaku benar yang sebaiknya dimiliki anak [4].

  • Tidak Pernah atau Jarang Memuji Anak

Orang tua yang menganut didikan keras memberi kesan dingin dan menjaga jarak dengan anak [4,5].

Orang tua seperti ini biasanya cenderung cepat memberi hukuman kepada anak yang melanggar aturan, namun lambat dalam memberi pujian saat anak melakukan hal terpuji dan membanggakan [4,5].

Apakah didikan keras orang tua memberi dampak negatif pada anak?

Ya, tidak semua anak hasil didikan keras mengalami efek/dampak negatif [4,5].

Namun, sebagian anak berpotensi tumbuh dewasa dengan luka batin dan memiliki kekurangan dalam performa akademis maupun kemampuan sosialnya [4,5].

Biasanya, efek dari didikan keras orang tua justru menyebabkan anak [4,5,6,7] :

  • Hanya mampu menunjukkan perilaku agresif atau kasar kepada orang lain.
  • Cenderung pemalu dan mudah takut saat berhadapan dengan orang lain.
  • Memiliki pengendalian diri yang kurang.
  • Memiliki citra diri yang kurang baik dan lebih mudah merasa minder/rendah diri.
  • Merasa kesulitan saat harus berada di situasi sosial.
  • Merasa kesulitan dalam mengekspresikan dirinya, khususnya rasa sayang dan perhatian kepada orang lain.

Didikan keras menghasilkan anak yang patuh, namun tak sedikit pula yang kemudian justru membuat anak mudah membangkang atau melawan aturan [4,5].

Pada anak yang patuh terhadap setiap aturan yang orang tua tentukan, mereka tetap berpotensi kekurangan disiplin diri [4,5].

Mendisiplinkan diri menjadi lebih sulit karena anak tidak pernah belajar membuat batasan dan standar untuk dirinya sendiri (karena semuanya diatur oleh orang tua) [4,5].

Kesimpulan

Karena sisi dan dampak negatif dari pola didikan keras lebih banyak terjadi, khususnya di zaman modern ini, pola didik ini tidak dianjurkan.

Bukan berarti orang tua membebaskan anak tanpa aturan tertentu, namun orang tua dapat lebih fleksibel dalam hal ini.

Orang tua yang tegas namun tetap bisa menjaga hubungan dekat dengan anak akan membuat anak lebih segan, menghormati dan menghargai orang tuanya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment