Anak memiliki kepribadian, perilaku, dan cara pikir yang berbeda-beda dan tidak ada yang salah dengan semua perbedaan itu.
Hanya saja, memiliki anak yang memiliki pemikiran kritis biasanya lebih berpeluang besar dalam meraih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri [1,2,3].
Anak dengan pikiran kritis juga tidak akan mudah tertipu oleh berbagai kabar hoaks dan lebih mampu menyelesaikan berbagai masalahnya sendiri [1,2,3].
Untuk anak dapat memiliki pikiran kritis, peran orang tua tentu sangat dibutuhkan [4,5,6].
Berikut ini adalah beberapa cara melatih anak berpikir kritis yang walaupun tidak mudah namun tetap dapat diupayakan [4,5,6].
Daftar isi
- 1. Mendorong Anak Banyak Bertanya
- 2. Tidak Selalu Menjawab Pertanyaan Anak
- 3. Tidak Menghakimi
- 4. Membiarkan Anak Bertindak dengan Cara Sendiri
- 5. Menyuruh Anak Mencari Jawaban Sendiri
- 6. Memberi Pertanyaan Terbuka
- 7. Melatih Pikiran Terbuka
- 8. Mengajarkan Anak Mengambil Keputusan
- 9. Bermain dan Mencoba Hal Baru dengan Anak
- 10. Mengevaluasi Setiap Hal yang Anak Dapat
- 11. Menjadi Teladan
1. Mendorong Anak Banyak Bertanya
Saat di sekolah, kita akan sering menemukan anak-anak yang rajin dan tidak takut bertanya kepada guru apabila mereka tidak terlalu paham penjelasan guru.
Namun, ada pula beberapa anak yang memilih diam saja, entah karena takut bertanya atau tidak terlalu peduli dengan pelajaran tersebut.
Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk banyak bertanya daripada hanya diam dan menurut [3,4,5,6].
Pertanyaan yang diajukan oleh anak pun bisa bermacam-macam, mulai dari yang tingkat kesulitannya rendah (hal-hal kecil) hingga tinggi (hal-hal yang lebih berat) [4,5,6].
Orang tua sebaiknya tidak melarang anak untuk banyak bertanya hanya karena merasa terganggu supaya anak tetap berpikir kritis [4,5,6].
2. Tidak Selalu Menjawab Pertanyaan Anak
Sekalipun orang tua tahu jawaban dari segala pertanyaan anak, sekal-kali orang tua perlu bertanya balik kepada anak [4,5,6].
Tanyakan kepada si kecil kira-kira apa jawabannya menurut dia supaya ia juga ikut berpikir dan bertambah penasaran [4,5,6].
3. Tidak Menghakimi
Orang tua cenderung mudah memarahi dan menghakimi anak ketika mereka melakukan kesalahan.
Atau, seringkali orang tua segera menceramahi anak dengan tujuan supaya anak tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Namun agar anak bisa berpikir kritis, orang tua perlu menanyakan alasan anak mengapa ia melakukan itu [5].
Dengan mengetahui tujuan anak melakukan suatu hal yang salah, orang tua dapat menjelaskan secara logis apa yang salah dan seperti apa yang benar [5].
4. Membiarkan Anak Bertindak dengan Cara Sendiri
Membatasi anak hanya akan membuat anak kurang berkembang nantinya.
Walaupun orang tua bertugas membimbing dan mengarahkan, bukan berarti segala hal yang anak ingin lakukan dengan inisiatifnya sendiri harus dibatasi.
Biarkan dan beri anak kebebasan melakukan sesuatu dengan caranya sendiri agar anak tahu cara berpikir menyelesaikan masalah yang mereka hadapi secara mandiri [3,4,5,6].
Karena jika orang tua terlalu memberi batasan, anak menjadi kesulitan menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah di mana pada akhirnya biasanya orang tua yang akan memecahkannya [3,4,5,6].
Jadi, supaya anak berpikir kritis, berani sekaligus percaya diri dalam menyelesaikan masalah dan tidak bergantung pada orang tua, beri anak waktu untuk bereksplorasi dan percaya pada mereka [3,4,5,6].
5. Menyuruh Anak Mencari Jawaban Sendiri
Anak juga perlu didorong untuk mencari referensi sendiri untuk jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya [3,4,5,6].
Referensi bisa didapat dari mana saja, entah itu melalui buku bacaan internet, atau boleh juga bertanya kepada anggota keluarga lain jika ada [3,4,5,6].
Namun untuk tahap ini, pastikan orang tua mengajarkan anak menyaring informasi yang mereka dapatkan [3,4,5,6].
6. Memberi Pertanyaan Terbuka
Tidak sekadar menjawab pertanyaan anak, orang tua juga bisa memberi anak pertanyaan terbuka [3,4,5,6].
Selain bertanya balik saat mereka bertanya, orang tua dapat tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada anak berupa opini atau pendapat mereka mengenai suatu hal [3,4,5,6].
Ambil topik yang umum atau yang biasanya anak bahas bersama orang tua agar ia berpikir mencari jawabannya.
7. Melatih Pikiran Terbuka
Sejak dini, ajarkan anak berpikiran terbuka sehingga dapat berpikir kritis sekaligus bersikap obyektif terhadap suatu masalah [4,5,6].
Berpikiran terbuka dan obyektif sama dengan menyingkirkan opini atau penilaian pribadi dan melihat dari sudut pandang orang lain [4,5,6].
8. Mengajarkan Anak Mengambil Keputusan
Anak akan lebih berpikir kritis ketika ia mampu mengambil keputusan sendiri [4].
Anak akan semakin matang dalam hal mental dan pikiran ketika ia diberi kebebasan untuk menyelesaikan masalah dan bertanggung jawab dengan keputusan yang ia ambil [4].
Ajarkan anak juga dalam hal menolak suatu hal apabila ia tidak menyukai itu [4].
Berani berkata tidak terhadap sesuatu yang ia tidak suka juga tergolong sebagai pembelajaran berpikir kritis [4].
9. Bermain dan Mencoba Hal Baru dengan Anak
Kemampuan berpikir secara kritis pada anak juga dapat dikembangkan dengan cara orang tua meluangkan waktu bermain dengan anak [4,5].
Selain itu, bersedia mencoba banyak hal baru juga merupakan salah satu cara dalam memberi kesempatan kepada anak untuk meningkatkan sudut pandang dan cara pikirnya [4,5].
10. Mengevaluasi Setiap Hal yang Anak Dapat
Dengarkan anak baik-baik saat ia menceritakan atau bertanya banyak hal, lalu evaluasi itu [4,6].
Anak dapat mengatakan atau bertanya mengenai suatu hal di luar fakta dan bahkan bisa saja bersifat negatif [4,6].
Agar orang tua dapat mengarahkan anak berpikir kritis ke arah yang benar, selalu evaluasi informasi yang anak dengar dan lihat agar tidak ia serap [4,6].
11. Menjadi Teladan
Bagaimanapun juga orang tua perlu mencontohkan alih-alih hanya sekadar melatih dan membimbing anak berpikir kritis [4].
Dalam keseharian keluarga, orang tua dapat bertindak dan berperilaku menerapkan pemikiran kritis lebih dulu [4].
Anak secara lebih mudah dapat meniru itu dan orang tua juga lebih gampang dalam mengevaluasinya [4].
Cara melatih anak berpikir kritis tidak cukup mudah, namun orang tua yang dengan telaten melakukan sekaligus mencontohkannya akan membuat perkembangan signifikan pada anak.