Fluorosis – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Hindari self-diagnosis jika mencurigai keadaan ini, segera periksakan ke dokter gigi. Ada beberapa keadaan lain yang menyerupai fluorosis dan penyebab serta penanganannya sangat berbeda dan ini perlu diwaspadai.... Di Indonesia sendiri beberapa penelitian berusaha mengonfirmasi mengenai kadar fluoride dalam air tanah, namun masih membutuhkan lebih banyak penelitian terkait. Jika kondisi fluorosis sudah terkonfirmasi penting untuk melihat apakah keadaan yang sama terjadi pada pasien lain dengan kondisi serupa (usia, jenis kelamin, konsumsi air, penggunaan produk berfluoride, sumber air minum, lokasi tempat tinggal, dll.) Read more

Apa Itu Fluorosis?

Fluorosis Gigi ( img : Style Italiano )

Fluorosis merupakan suatu kondisi perubahan pada permukaan email/enamel gigi yang rata-rata tidaklah menyebabkan rasa nyeri maupun mengganggu fungsi gigi [2,3,4,5,7].

Meski tidaklah terasa sakit ataupun berdampak pada fungsi gigi itu sendiri, fluorosis dapat menyebabkan rasa percaya diri pengidapnya turun.

Fluorosis dapat terjadi di tahap ringan, sedang hingga berat atau serius di mana pada kondisi yang sudah parah, fluorosis menunjukkan tanda bahwa gigi memiliki plak-plak keabuan atau kecoklatan [3].

Fluorosis adalah kondisi yang dapat terjadi sebagai efek dari sering mengonsumsi fluoride (pada anak-anak usia 8 tahun ke bawah) padahal giginya masih dalam masa tumbuh kembang [3,4,7].

Tinjauan
Fluorosis adalah efek dari paparan fluoride berlebih yang menyebabkan perubahan warna di bagian enamel gigi di mana anak-anak usia bawah 8 tahunlah yang memiliki tingkat kerentanan paling tinggi terhadap fluorosis.

Fakta Tentang Fluorosis

  1. Kasus fluorosis di Amerika Serikat cenderung pada tahap yang ringan dengan tanda adanya plak putih pada permukaan gigi yang bahkan tidak akan begitu nampak [5].
  2. Di Indonesia, prevalensi dental fluorosis bermacam-macam karena ditentukan oleh kadar rendah atau tingginya fluoride pada air tanah yang airnya biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat [1].
  3. Di wilayah endemik Asembagus, Indonesia, diketahui bahwa prevalensi fluorosis adalah 96% di mana kadar fluoride pada air minum adalah antara 0.41-3.25 ppm (part per million) di mana 1 ppm = 1 mg per liter [1].
  4. Fluorosis pertama kali dikenal justru di awal abad ke-20 pada penduduk asli Colorado Springs [2].
  5. Para peneliti di awal abad ke-20 menemukan prevalensi tinggi akan kasus Colorado Brown Stain yang dialami banyak penduduk asli Colorado Springs dengan tanda noda pada gigi akibat kadar fluoride dari air tanah yang sering penduduk minum cukup tinggi [2].
  6. 1 dari 4 orang di Amerika dapat mengalami fluorosis dengan rentang usia 6 sampai dengan 49 tahun [2].
  7. Dari penelitian yang ada, dari pertengahan tahun 1980-an, prevalensi fluorosis terjadi peningkatan khususnya pada anak-anak usia 12-15 tahun [2].
  8. Rata-rata kasus fluorosis di Amerika adalah ringan, sementara kurang lebih 1% kasus fluorosis tergolong serius atau berat dan kurang lebih 2% kasus fluorosis tergolong sedang [2].
  9. Fluorosis bukanlah golongan penyakit, namun dampaknya bagi penampilan seseorang cukup besar sehingga mampu memengaruhi secara psikologis, apalagi karena kondisi ini cukup sulit ditangani [2].
  10. Menurut rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), para orangtua diimbau untuk memberikan anak air dari sumber lain karena kadar natural fluoride pada air tanah umumnya mencapai 2 ppm [6].

Penyebab Fluorosis

Utamanya, fluorosis disebabkan oleh penggunaan berlebih akan produk perawatan gigi yang berkandungan fluoride tinggi.

Tanpa disadari, cairan pembersih mulut serta pasta gigi mengandung fluoride yang sangat tinggi di mana paparan berlebihan khususnya pada gigi anak bisa justru berbahaya.

Fluoride sendiri merupakan jenis mineral yang akan mendukung tumbuh kembang gigi sempurna khususnya bagi anak-anak.

Fluoride memiliki tugas untuk melindungi gigi dari bahaya bakteri dan gula dari makanan maupun minuman yang sehari-hari dikonsumsi [3,4,5].

Namun akibat dari berlebihannya fluoride yang didapat juga dapat merugikan, yaitu terjadilah fluorosis.

Terlebih pada anak-anak, biasanya sangat menyukai rasa dari pasta gigi ber-fluoride yang digunakan dan alih-alih membuangnya malah justru menelannya.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mampu memicu atau meningkatkan risiko seseorang terkena fluorosis selain dari penggunaan mouthwash (larutan pembersih mulut) serta pasta gigi [2,3,4,5,6,7] :

  • Mengonsumsi suplemen ber-fluoride yang dosisnya sangat tinggi atau berlebihan.
  • Mengonsumsi air minum yang diperkaya dengan fluoride berkadar tinggi
  • Mengonsumsi jus buah yang diperkaya dengan fluoride tinggi.
  • Mengonsumsi minuman ringan yang mengandung fluoride secara berlebihan.
  • Mengunyah tembakau.
  • Memiliki kondisi kekurangan kalsium atau malnutrisi.

Fluorosis lebih membahayakan bagi anak-anak dengan usia di bawah 8 tahun karena pembentukan gigi masih berlangsung.

Penggunaan fluoride terlalu banyak dapat menjadikan gigi anak lebih berisiko untuk mengalami fluorosis sehingga butuh pengawasan dari orangtua yang lebih baik.

Tak hanya penggunaan pada gigi, anak-anak yang menelan fluoride dan sampai terlalu sering pun mampu berakibat pada fluorosis, termasuk fluorosis tulang [6].

Namun saat gigi permanen sudah tumbuh dan juga kuat, umumnya fluoride tak lagi dapat mengancam tampilan fisik gigi [5,7].

Tinjauan
Penggunaan produk perawatan gigi ber-fluoride adalah sumber dari kondisi fluorosis, khususnya jika paparannya berlebihan. Namun, makanan maupun minuman berfluoride serta beberapa kondisi medis tertentu dapat pula menjadi alasan dibalik kemunculan fluorosis.

Gejala Fluorosis

Karena fluorosis bukanlah termasuk penyakit, maka orang-orang yang mengalaminya tidak akan merasakan sakit di bagian gigi ataupun sekitar mulut.

Normalnya, kondisi gigi yang tidak mengalami fluorosis adalah dalam kondisi mengilap dan mulus dengan warna putih krem pucat.

Namun dari segi penampilan, terutama anak-anak dengan fluorosis akan menunjukkan sejumlah tanda seperti [2,7] :

  • Enamel gigi mengalami perubahan, seperti terdapat noda atau bercak putih.
  • Enamel gigi mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan bila sudah tergolong parah.
  • Terdapat lubang pada enamel gigi pada kasus fluorosis parah.
  • Enamel gigi mengalami kerusakan permanen jika sudah pada tahap kondisi yang serius.

Meski demikian, sebagian besar kasus fluorosis adalah ringan sehingga sangat jarang gigi sampai mengalami kerusakan secara permanen.

Ketika gigi mengalami perubahan warna dan diikuti gejala lainnya, maka segeralah ke dokter untuk memeriksakan sekaligus memperoleh penanganan yang tepat bagi gigi.

Tinjauan
Noda pada permukaan gigi adalah tanda paling utama dan awal dari fluorosis. Namun ketika sudah cukup parah, maka bercak atau noda akan meluas pada permukaan gigi ditambah dengan timbulnya lubang serta kerusakan permanen.

Pemeriksaan Fluorosis

Pemeriksaan fluorosis dilakukan oleh dokter gigi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keparahan fluorosis.

Orangtua perlu membawa anak-anak mengecek kesehatan gigi secara rutin yang dimulai saat usianya baru 1 tahun.

Berikut ini adalah tingkat keparahan fluorosis yang perlu diketahui oleh pasien [2] :

  • Dipertanyakan : Pada kondisi ini, enamel gigi berubah sangat sedikit, namun sebenarnya terdapat sejumlah bintik putih pada gigi. Pada beberapa kasus, bintik yang sangat putih akan dapat terlihat jika mengeceknya secara seksama.
  • Sangat Ringan : Pada kondisi ini, permukaan gigi terlihat berbeda dengan penampakan bercak putih yang lebih jelas sekitar 25%.
  • Ringan : Pada kondisi ini, penampakan bercak putih meluas dan kurang lebih mencapai 50% menutupi permukaan gigi.
  • Sedang : Pada kondisi ini, penampakan bercak putih atau kecoklatan dapat mencapai 50% lebih dan akan lebih terlihat pada permukaan gigi.
  • Parah : Pada kondisi ini, permukaan enamel gigi telah terpengaruh seluruhnya oleh bercak putih kecoklatan. Bahkan lebih serius lagi, terdapat lubang pada enamel gigi atau nampak terdapat pengeroposan di sana.

Karena fluorosis pada kondisi yang sangat ringan tidak menampakkan gejala yang menonjol pada perubahan warna enamel gigi, maka sedari awal orangtua perlu membawa anak ke dokter gigi untuk pengecekan gigi secara rutin [3,7].

Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan gigi sekaligus mengidentifikasi fluorosis maupun jenis-jenis penyakit gigi dan mulut lainnya secara dini.

Tinjauan
Pemeriksaan gigi dilakukan untuk mengetahui seberapa parah fluorosis yang terjadi dan ada 5 tahapan tingkat keparahan fluorosis. Dari yang tak nampak hingga paling parah bercak putih maupun kecoklatan ditambah lubang dapat dialami pasien fluorosis.

Penanganan Fluorosis

Rata-rata fluorosis terjadi sangat ringan atau bahkan dialami khususnya di gigi belakang sehingga tak memerlukan penanganan medis.

Namun untuk kasus fluorosis tahap sedang hingga parah, berbagai penanganan berikut inilah yang biasanya perlu didapat oleh pasien fluorosis [2,6] :

  • Pemutihan Gigi : Untuk menghilangkan atau menutup noda atau bercak pada enamel gigi, prosedur pemutihan gigi dapat ditempuh. Namun hati-hati, konsultasikan lebih jauh dengan dokter gigi mengenai hal ini karena gejala fluorosis dapat menjadi lebih buruk akibat pemutihan gigi.
  • Veneer Gigi : Veneer adalah prosedur yang juga dapat diandalkan untuk menutupi bercak pada enamel gigi tanda fluorosis. Veneer sendiri adalah cangkang buatan yang berperan sebagai penutup permukaan gigi dan dapat dipertimbangkan sebagai solusi fluorosis parah.
  • Pasta Gigi MI (Minimal Intervention) : Untuk mengatasi sekaligus mencegah perubahan warna gigi lebih jauh dan lebih serius, ada baiknya mempertimbangkan pula produk kalsium fosfat yang terkadang kombinasi dengan mikroabrasi bisa sangat berguna.
  • Bonding Gigi : Tujuan bonding gigi adalah melapisi permukaan gigi di mana dokter gigi akan memberikan resin keras yang berhubungan atau menempel dengan enamel gigi.
Tinjauan
Penanganan yang umumnya diberikan pada orang-orang dengan fluorosis adalah menutupi gigi-gigi yang telah berubah warna. Karena tidak memengaruhi fungsi gigi itu sendiri, maka umumnya perawatan diberikan hanya sekadar mempercantik kembali gigi-gigi pasien dengan memutihkannya atau menutupi.

Komplikasi Fluorosis

Walau pada sebagian besar kasus fluorosis tidaklah sampai membahayakan orang-orang yang mengalaminya, paparan atau penerapan fluoride oleh tubuh secara berlebihan dalam jangka panjang berisiko komplikasi.

Berikut ini merupakan kondisi gangguan kesehatan yang berkaitan dengan fluorosis dan penggunaan fluoride berlebihan [6,8] :

  • Fluorosis tulang atau skeletal fluorosis : Paparan fluoride berkadar tinggi secara jangka panjang pada gigi maupun pada tubuh (dengan menelan atau mengonsumsi makanan maupun minuman berfluoride) dapat menimbulkan akumulasi fluoride pada tulang. Hal ini menyebabkan kekakuan pada tulang serta nyeri pada sendi.
  • Kerusakan Otot : Pada kasus yang jauh lebih berat, struktur tulang bahkan dapat mengalami perubahan begitu juga dengan kalsifikasi ligamen sehingga nyeri pada otot terjadi lebih sering dan otot cenderung mengalami kerusakan.
  • Nyeri Perut : Kadar fluoride yang terlalu tinggi tak hanya bisa menyebabkan fluorosis pada gigi, sebab dari fluorosis, hal ini bahkan dapat menyebabkan area perut bermasalah. Hal ini kemungkinan besar ditandai dengan mual serta muntah.
  • Kejang Otot : Bukan hanya berakibat buruk bagi penampilan gigi dan kesehatan tulang, paparan fluoride bagi tubuh dapat memicu pula kejang pada otot.
  • Produksi Air Liur Berlebihan : Paparan fluoride berlebihan yang terkadang berawal dari fluorosis dapat kemudian memicu produksi berlebih pada air liur.

Pencegahan Fluorosis

Risiko fluorosis paling tinggi adalah pada anak-anak yang usianya belum mencapai 8 tahun.

Namun setelah berusia 8 tahun, umumnya risiko fluorosis berkurang dan itu artinya fluorosis dapat selalu dicegah.

Peran orangtua dalam pencegahan fluorosis pada anak seharusnya cukup besar dengan menerapkan hal-hal berikut [4,5,7] :

  • Untuk anak di bawah usia 2 tahun, konsultasikan dengan dokter gigi lebih dulu mengenai penggunaan pasta gigi ber-fluoride sebelum memberikannya langsung pada anak supaya lebih aman.
  • Pada usia balita, pastikan untuk memberikan sedikit saja pasta gigi dan hindari menyamakannya dengan pasta gigi yang digunakan oleh orang dewasa.
  • Pada usia balita, orangtua perlu membersihkan gigi anak menggunakan sikat gigi yang kecil dengan bulu-bulu halus tanpa pasta gigi dan cukup dibasahi dengan air biasa saja.
  • Untuk anak usia 2-6 tahun, orangtua perlu mengawasi penggunaan pasta gigi dan sebisa mungkin batasi sekacang polong saja yang ditaruh pada sikat gigi.
  • Orangtua perlu mengajari dan membimbing dengan benar agar anak-anak usia 6 tahun ke bawah agar tidak menelan pasta gigi atau air kumur.
  • Selalu berikan pengawasan anak-anak yang usianya masih balita maupun usia bawah 8 tahun saat sedang menggosok gigi, khususnya saat berkumur. Pastikan mereka membuangnya dan bukan menelan.
  • Simpanlah larutan pembersih mulut serta pasta gigi di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak supaya mereka tidak mudah mengambil apalagi mengonsumsinya.
  • Mintalah petunjuk dokter gigi mengenai penggunaan pasta gigi yang tepat untuk anak-anak balita serta anak yang lebih besar namun pertumbuhan giginya belum sempurna.
Tinjauan
Orangtua perlu memiliki pengetahuan akan kadar fluoride tepat bagi anak-anaknya, maka untuk balita dan usia anak bawah 8 tahun, penggunaan produk perawatan gigi perlu dibatasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment