Syok kardiogenik adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini terjadi secara mendadak dan dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami syok kardiogenik harus segera mendapat penanganan yang tepat agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Syok kardiogenik pada ibu hamil ini biasanya terjadi pada masa-masa akhir kehamilan[1,2].
Syok kardiogenik memiliki gejala-gejala tertentu yang dapat diamati dan umumnya gejala yang timbul hampir serupa dengan serangan jantung. Berikut ini gejala syok kardiogenik pada ibu hamil, antara lain:
- Pusing
Pusing adalah kondisi ketika seseorang merasa kliyengan, berputar, atau ketika merasa akan pingsan dan kehilangan keseimbangan. Pusing sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja dan dapat diindikasikan sebagai salah satu gejala dari penyakit atau kondisi tertentu dalam tubuh.
Pusing juga menjadi salah satu gejala dari syok kardiogenik pada ibu hamil, meskipun tidak semua pusing adalah gejala dari syok ini. Penderita syok kardiogenik mengalami pusing karena penderita mengalami penurunan aliran darah ke jaringan-jaringan tubuh tertentu, terutama pada otak.
Apabila otak kekurangan darah maka dapat berakibat pusing. Maka dari itu, penderita syok kardiogenik mengalami gejala pusing karena jantung tidak dapat memompa darah hingga ke seluruh tubuh[1].
- Palpitasi
Palpitasi adalah kondisi ketika jantung berdebar dengan kencang, melompat-lompat, atau berdebar tidak teratur. Palpitasi dapat dialami oleh siapa saja dan tidak berbahaya, tetapi palpitasi juga dapat menjadi tanda adanya gangguan pada jantung.
Oleh karena itu, seseorang yang mengalami gejala ini juga harus waspada terhadap adanya gangguan pada kesehatan jantung. Palpitasi menjadi salah satu gejala yang dialami oleh penderita syok kardiogenik, biasanya palpitasi muncul disertai dengan sesak napas dan nyeri di dada.
Apabila ibu hamil mengalami palpitasi segera bawa ke dokter agar dapat ditangani dengan cara yang tepat[1].
- Dyspnea
Dyspnea atau sesak napas yaitu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan bernapas dan merupakan salah satu gejala jantung mengalami masalah. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami syok kardiogenik akan mengalami gejala ini, begitu pula yang terjadi pada ibu hamil.
Dyspnea sering terjadi ketika seseorang sedang beraktivitas dan dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari[1].
- Ortopnea
Ortopnea yaitu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan bernapas saat berbaring. Kondisi ini akan mereda ketika orang tersebut berpindah posisi, misalnya berpindah ke posisi duduk atau berdiri.
Ortopnea merupakan salah satu gejala adanya gangguan pada jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena banyaknya cairan yang menumpuk pada paru-paru sehingga membuat paru-paru kekurangan oksigen yang pada akhirnya akan mengganggu sistem pernapasan.
Orang yang mengalami ortopnea biasanya mengalami batuk hingga mengi karena kesusahan bernapas saat berbaring. Kondisi ini juga dialami oleh ibu hamil yang menderita syok kardiogenik, sehingga membuat sang bumil kesulitan untuk tidur[1].
- Edema Paru
Edema atau pembengkakan adalah kondisi dimana bagian tubuh tertentu mengalami pembengkakan yang disebabkan karena kelebihan cairan. Kelebihan cairan tersebut terperangkap dalam suatu jaringan tubuh sehingga terjadilah pembengkakan.
Sementara edema paru adalah kelebihan cairan di dalam paru-paru yang mengakibatkan penderita kesulitan bernapas. Edema paru merupakan salah satu gejala syok kardiogenik dan biasanya orang yang mengalami edema paru ditandai dengan lemas, batuk, dan detak jantung yang lebih cepat.
Edema paru ini merupakan kondisi yang serius dan dapat berakibat fatal sehingga harus segera ditangani dengan tepat[2].
- Edema Perifer
Edema perifer adalah menumpuknya cairan pada bagian tubuh tertentu hingga mengakibatkan adanya pembengkakan. Edema perifer umumnya terjadi di bagian tangan, kaki, atau bagian tubuh yang lain.
Edema perifer juga menyebabkan sulitnya pergerakan tubuh pada bagian yang mengalami bengkak. Kondisi ini menjadi salah satu gejala dari syok kardiogenik karena jantung tidak dapat mencukupi pasokan darah ke ginjal.
Sementara pemrosesan semua cairan yang masuk ke dalam tubuh terjadi pada ginjal. Apabila ginjal mengalami gangguan akibatnya terjadi penumpukan pada jaringan tubuh dan penderita syok kardiogenik mengalami edema perifer[1].
Kapan Harus Ke Dokter
Dikarenakan gejala syok kardiogenik yang muncul hampir serupa dengan gejala serangan jantung, maka ibu hamil yang mengalami gejala di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi yang dialami pasien, apakah serangan jantung atau syok kardiogenik.
Apabila ibu hamil terbukti mengalami syok kardiogenik maka dokter dapat memberi penanganan yang tepat dengan segera sehingga terhindar dari dampak yang membahayakan ibu hamil dan mengancam jiwa[1].