Penelitian medis herpes zoster memiliki dua tujuan untuk mengatasi herpes zoster, yaitu membuat obat untuk untuk melawan penyakit dan untuk mencegah atau mengobati komplikasinya.
Yang kedua adalah memahami penyakit dengan cukup baik untuk mencegahnya, terutama pada orang yang berisiko tinggi. Untuk mencapai target ini tercapai, para ilmuwan berusaha dan belajar tentang VZV dan efeknya [10].
Daftar isi
Herpes zoster, yang juga biasa disebut shingles (cacar api) adalah ruam vesikular menyakitkan yang diakibatkan oleh aktivasi virus Varicella Zoster (VZV) [3].
Biasanya, ruam akan hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 4-5 minggu. Namun, rasa sakitnya dapat bertahan hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (disebut Postherpetic neuralgia) [3].
Di daerah yang tidak terdapat program vaksinasi varicella, risikonya dapat meningkat hingga lebih dari 95% [7].
Perbedaan cacar air dan cacar api (herpes zoster)
Cacar air dan herpes zoster (cacar api) disebabkan oleh virus yang sama yaitu Varicella Zoster Virus (VZV).
Perbedaan keduanya yaitu cacar air mempunyai gejala yang lebih ringan dari herpes zoster. Oleh karena itu, herpes zoster akan muncul setelah pasien sudah pernah terkena cacar air[4].
Virus ini adalah virus DNA yang termasuk dalam kelompok virus herpes (Herpesviridae) [7]. Selain di sebabkan oleh virus yang sama dengan cacar air, cacar api atau herpes zoster juga di sebabkan oleh bakteri S. Aureus atau S. pyogenes.
Berdasarkan dengan jenisnya, terdapat beberapa perbedaan gejala antara cacar api dan cacar air. Di antaranya adalah :
Gejala cacar air
Gejala cacar api
Cara Penularan Herpes Zoster
Herpez zoster paling sering ditularkan melalui jalur udara dari orang ke orang, atau melalui kontak langsung dengan lesi penderita [5].
Herpes zoster lebih rentan pada orang yang lebih tua dan pada mereka yang sistem kekebalannya melemah. Anak-anak juga sangat rentan tertular VZV [5].
Orang yang merupakan immunocompromised (pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh) harus menjaga kontak fisik dan lesi harus ditutup jika memungkinkan, agar tidak mudah menyebar [1].
Individu yang terkena herpes zoster dapat dengan mudah menularkan virus varicella zoster ke kontak seronegatif ( orang yang tidak memiliki antibodi terhadap patogen dalam darahnya) [5].
Setelah virus berhasil menempel pada tubuh manusia, virus akan masuk melalui lesi/pori-pori kulit ke aliran darah, mukosa mulut, dan kelenjar getah bening, sehingga menyebabkan ruam.
Setelah infeksi primer atau vaksinasi, virus varicella zoster tetap akan berada di dalam tubuh (sel ganglion) tetapi sifatnya tidak aktif.
Setelah infeksi sembuh akan menyebabkan terbentuknya induksi sel T memori spesifik terhadap virus varicella zoster. Namun imunitas sel T memori ini dapat menurun dari waktu ke waktu [4].
Imunitas memori terhadap virus varicella zoster dapat ditingkatkan dengan peningkatan eksogen (oleh paparan varicella) atau peningkatan endogen (reaktivasi subklinis dari latensi).
Tinjauan : Cacar air dan herpes zoster (cacar api) disebabkan oleh virus yang sama yaitu Varicella Zoster Virus (VZV) dengan beberapa perbedaan gejala yang hampir sedikit berbeda.
Herpes zoster adalah bentuk virus varicella zoster yang diaktifkan kembali setelah paparan Cacar air [3]. Jadi, herpes zoster bisa dikatakan sebagai kelanjutan cacar air.
Faktor yang mempengaruhi virus varicella zoster bisa aktif kembali adalah :
Usia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit herpes zoster, faktor lainnya adalah [1]:
Umur yang rawan terkena herpes adalah anak kecil dan orang tua.
Siapa saja yang bisa berisiko terkena Herpes Zoster ?
Dari beberapa orang bisa berisiko besar terkena herpes zoster. Orang tersebut termasuk orang :
Faktor risiko lainnya yang bisa menyebabkan herpes zoster adalah Stres dan trauma tentang masa lalu [8].
Lesi akan mucul pada 3 sampai 5 hari setelah terpapar. Ruam biasanya akan mengering dan membentuk kerak. gejala lain yang dapat muncul, yaitu [2]:
Dermatoma toraks, trigeminal, lumbar, dan serviks adalah tempat yang sering terjadi ruam walaupun area kulit mana pun dapat terlibat.
Ruam sering didahului dengan kesemutan, gatal, dan/atau nyeri selama 2 hingga 3 hari, yang bisa bersifat terus menerus (episodik). Tergantung pada lokasi dan tingkat keparahannya [2].
Presentasi herpes zoster umumnya melibatkan ruam unilateral yang dapat melingkar pada pinggang atau dada seperti korset.
Beberapa orang memiliki rasa sakit tanpa adanya ruam, keadaan ini sulit untuk didiagnosis dan dapat menyebabkan banyak tes atau prosedur yang tidak perlu.
Kapan harus periksa herpes zoster?
Pasien harus segera bertemu dengan dokter ketika terdapat tanda-tanda seperti [7]:
tinjauan Jangan biarkan gejala-gejala kecil karena jika tidak diobati, herpes zoster mudah sekali menyebar
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien herpes zoster adalah [2]:
Orang yang sistem kekebalan tubuhnya menurun (immunocompromised) berisiko memiliki komplikasi seperti [2]:
Efek Samping Penderita Herpes Zoster
Efek dari ruam herpes zoster dapat disertai dengan rasa sakit yang parah. Pada beberapa orang, nyeri tidak hilang setelah ruam hilang tetapi dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Nyeri terkait herpes zoster yang berkepanjangan ini, biasanya didefinisikan sebagai Postherpetic neuralgia (PHN) [6].
Postherpetic neuralgia (PHN) adalah rasa sakit yang ditimbulkan setelah ruam hilang, keadaan ini dapat mengganggu pola makan, mengganggu pola tidur dan dapat berisiko anoreksia [2].
Tinjauan: Rasa sakit dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun; mungkin parah dan mengganggu tidur serta aktivitassehari-hari, mengakibatkan anoreksia, penurunan berat badan, kelelahan, depresi, penarikan diri dari kegiatan sosial dan pekerjaan, dan hilangnya hidup mandiri.
Diagnosa Herpes Zoster
Sebagian besar kasus herpes zoster dapat didiagnosis secara klinis. Diagnosa yang dapat dilakukan adalah [2]:
Kondisi yang paling umum dikira sebagai zoster adalah virus herpes simpleks. Oleh karena itu, ketika pasien datang dengan “zoster berulang,” lesi atipikal, atau immunocompromised dengan lesi kulit yang disebarluaskan, tes khusus untuk VZV dan virus herpes simplex sering digunakan.
Deteksi Herpes Zoster
Untuk pendeteksian penyakit herpes zoster, dapat di lakukan dengan beberpa tes, yaitu [9]:
Pengobatan Herpes Zoster
Jika lesi kulit baru muncul atau komplikasi herpes zoster hadir, pengobatan harus dimulai, meskipun ruam muncul lebih dari 3 hari sebelumnya. Pengobatan biasanya diberikan selama 7 hari tanpa adanya komplikasi herpes zoster [1].
Beberapa pengobatan medis yang direkomendasikan oleh dokter diantaranya:
Antivirus dapat mempercepat resolusi lesi, mengurangi pembentukan lesi baru, mengurangi pelepasan virus, dan mengurangi keparahan nyeri akut
Pengobatan non medis yang dapat dilakukan di rumah adalah:
Vaksin Untuk Herpes Zoster
Terdapat dua vaksin yang telah di setujui oleh FDA, yaitu Shingrix dan Zostavax . Shingrix merupakan vaksin yang sangat efektif 90% untuk mengatas herpes zoster di bandingkan dengan zostavax. Obat ini sangat ocock untuk umur 50 tahun ke atas.
Perawatan non medis yang bisa dilakukan mandiri agar membantu pengobatan herpes [6]:
Pantangan dan Anjuran Herpes Zoster
Untuk mempercepat penyembuhan herpes zoster, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi beberapa jenis makanan. Diantaranya, meliputi [7]:
Ciri Herpes Zoster Mulai Sembuh
Ciri yang muncul pada saat luka/ruam herpes zoster mulai sembuh meliputi [7]:
Tinjauan hal yang harus diperhatikan saat luka mulai kering adalah jangan mengelopek luka karena hal ini dapat menyebabkan luka menjadi basah kembali
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mecegah penularan dan mecegah ruam semakin parah adalah [2]:
Tinjauan Kemanjuran vaksin untuk mencegah herpes zoster adalah 70% pada orang berusia 50 hingga 59 tahun, 64% pada orang berusia 60 hingga 69 tahun, dan 38% pada orang 70 atau lebih tinggi
1) I, Jeffrey. 2013. N. Engl J Med. Herpes Zoster.
2) Rimland D, Moanna A. Increasing incidence of herpes zoster among Veterans.
3) Srikant, Mali. 2012. Egyptian Journal of Oral & Maxillofacial Surgery. Herpes zoster: etiology, clinical features and treatment options, and case report
4) Gnann JW Jr., Whitley RJ. 2002. N Engl J Med. Clinical practice. Herpes zoster.
5) Koshy,Eslam. Et Al.. 2018. Journal of dermatology, pathology and leprology. Epidemiology, treatment and prevention of herpes zoster: A comprehensive review.
6) Anonim. Diakses 2020. webmd.com. Shingles
6) W, David. 2007. BMJ. Herpes zoster
7) Babamahmoodi, Farhang. Et Al.. 2013. Research Article. Baqiyatallah University of Medical SciencesClinical Manifestations of Herpes Zoster, Its Comorbidities, and Its Complications in North of Iran
8) Anonim. Diakses 2019. cdc.gov. Shingles
9) Observer extra: Herpes zoster. 2019. An internist’s guide to preventing, diagnosing and treating herpes zoster.
10) NIH. 2020. ninds.nih.gov. Shingles: Hope Through Research