Penyebab Pasien Dua Kali Positif Covid-19

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Seringkali kita dengar dari pasien yang sudah negatif dari covid 19 menjadi positif lagi. Padahal pasien yang telah sembuh dari infeksi covid 19 sebetulnya telah memiliki kekebalan terhadap virus tersebut,... namun memang belum diketahui kekebalan tersebut bisa bertahan berapa lama dalam tubuh kita. Faktor lain yang bisa menyebabkan seseorang bisa terinfeksi kembali covid 19 di antaranya karena false positive pada hasil tes swab RT PCR dan juga resurgence. False positif sendiri disebabkan karena metode pemeriksaan yang mendeteksi adanya sel-sel mati dari virus yang dilepaskan tubuh ketika proses penyembuhan berlangsung. Untuk resurgence sendiri adalah kondisi dimana sisa - sisa virus masih ada di dalam tubuh seseorang walaupun telah dinyatakan sembuh. Penelitian demi penelitian juga masih berlangsung untuk mendalami hal tersebuh Read more

Akhir-akhir ini muncul beberapa kasus yang menunjukkan bahwa orang yang pernah positif terinfeksi Covid-19 kembali positif setelah dinyatakan sembuh.

Di Korea Selatan, ada lebih dari 350 orang yang sembuh, dinyatakan negatif ketika dites, namun beberapa minggu kemudian kembali positif. Kejadian ini membuat pasien Covid-19 kuatir mereka akan terinfeksi kembali setelah sembuh. [2]

Tentang Infeksi Ulang (Reinfection)

Secara resmi, WHO maupun Penasihat Gugus Tugas Virus Corona Pusat menyatakan bahwa sejauh penelitian yang sudah ada, diyakini bahwa orang-orang yang sudah sembuh dari Covid-19 seharusnya memiliki kekebalan yang cukup untuk bertahan dari virus yang sama setidaknya selama beberapa bulan. [3, 4]

Namun, para peneliti masih belum tahu bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia bereaksi terhadap virus SARS-CoV-2 dan apakah orang yang sudah sembuh dari Covid-19 memiliki kekebalan jangka panjang atas virus ini.

CDC atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit juga menyatakan bahwa respon kekebalan tubuh manusia, termasuk durasinya, terhadap SARS-CoV-2 masih belum diketahui. [1]

Berdasarkan penelitian terhadap pasien MERS-CoV yang terdahulu, diketahui bahwa imunitas yang mereka dapatkan setelah sembuh mampu menjaga mereka agar tidak cepat terinfeksi kembali. Namun, masih belum diketahui apakah perlindungan kekebalan tubuh yang sama juga berlaku untuk pasien Covid-19. [3, 4]

Masih sulit untuk menentukan apakah orang-orang yang kembali positif Covid-19 setelah sembuh ini memang benar terinfeksi untuk kedua kalinya. Meskipun kemungkinannya ada, tapi lebih diyakini bahwa virus yang terdeteksi di tubuh pasien yang sudah sembuh itu sebenarnya hanyalah sisa dari infeksi sebelumnya.

False Positive

Dengan banyaknya pasien di Korea Selatan yang kembali terdeteksi positif, para tenaga medis dan ahli melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi tersebut.

Korea Selatan menggunakan tes RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) yang bisa mendeteksi zat genetik virus corona. Tes jenis ini bisa mengeluarkan hasil dengan cepat dan dianggap sebagai cara paling akurat untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak.

Tapi, pada beberapa kasus, tes RT-PCR juga mungkin hanya mendeteksi partikel sisa dari virus, yang artinya sudah tidak lagi membahayakan pasien sebagai inang maupun orang lain. Mesin RT-PCR tidak bisa membedakan apakah virus yang terdeteksi masih bisa menginfeksi atau tidak. Tes ini hanya berfungsi untuk mendeteksi keberadaan komponen viral dalam tubuh. [2]

Hasil seperti ini disebut “false positive” atau hasil positif yang salah, dan inilah kasus yang terjadi di Korea Selatan, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan. [2]

Pernyataan ini kemudian didukung juga oleh Dr. Maria Van Kerkhove, pimpinan peneliti WHO untuk kasus Covid-19. Ia mengatakan bahwa dari data terakhir yang dimiliki WHO, pasien-pasien yang kembali positif setelah sembuh sebenarnya sedang melepaskan sel mati dari paru-paru mereka sebagai bagian dari pemulihan. [5, 6]

Ketika paru-paru sedang memulihkan diri, ada bagian-bagian yang berupa sel mati yang kemudian muncul ke permukaan. Sel-sel inilah yang menyebabkan hasil tes Covid-19 menjadi positif. Virus yang terdeteksi pada tahap ini sudah tidak menulari dan tidak aktif kembali, namun adalah bagian dari proses penyembuhan. [6]

Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan karena status pandemi Covid-19 pun masih terus berlangsung di berbagai belahan bumi.

Resurgence

Seorang virologis dari Texas, Dr. Benjamin Neuman, mengatakan bahwa kasus “positif dua kali” ini bukanlah virus yang aktif kembali, namun lebih kepada munculnya sisa virus dalam tubuh. [4]

Bukti dari Hong Kong dan Cina menunjukkan bahwa virus masih terus bisa dideteksi keberadaanya di paru-paru bawah dan usus dalam rentang waktu dua minggu hingga satu bulan. [4]

Sebuah penelitian di Hong Kong menemukan bahwa kehadiran partikel dan sisa virus masih ada di kotoran pasien hingga 33 hari setelah pertama kali terinfeksi oleh SARS-CoV-2, tanpa adanya deteksi di sampel saluran pernafasan. [4, 6]

Ini artinya, jejak atau fragmen virus masih akan menempel di beberapa bagian tubuh, meskipun tidak terdeteksi melalui swab nasal atau tenggorokan.

Pada penyakit seperti herpes dan HIV, virus bisa aktif kembali karena ada periode dorman dimana virus berintegrasi dengan DNA inang. Setelah beberapa waktu, bila terpicu oleh suatu sebab – misalnya stress – virus bisa kembali aktif, seperti pada cacar air atau herpes zoster. [4]

Tapi, virus corona, yang menyebabkan SARS, Covid-19, dan MERS tidak memiliki fase dorman dan tidak berintegrasi dengan DNA manusia, sehingga tidak memungkinkan terjadinya aktivitas kembali. [4]

Peran Sistem Imun Tiap Pasien

Masih dibutuhkan lebih banyak data untuk menentukan mengapa dan mungkinkah virus corona kembali “hidup” di tubuh orang yang pernah terinfeksi Covid-19, tapi dari hasil yang sudah ada, kondisi ini bisa dihubungkan dengan fungsi sistem imun tiap-tiap orang. [1]

Sistem imun satu orang mungkin bisa membersihkan virus dengan cepat, namun pada tubuh orang lainnya mungkin dibutuhkan lebih dari 2 minggu sebelum virus benar-benar bisa dikalahkan.

Kesimpulan

Dari data dan hasil penelitian yang sudah ada, hanya ada dua sebab yang memungkinkan seseorang bisa dua kali terdeteksi positif Covid-19:

  • Tubuh masih dalam masa pemulihan total, dan sisa virus sedang melepaskan diri dari paru-paru dan naik ke permukaan, sehingga ketika dilakukan rapid tes hasilnya positif.
  • Virus corona masih akan menempel di beberapa bagian tubuh pasien hingga beberapa waktu meskipun setelah dinyatakan sembuh.

Yang perlu dicatat adalah, virus yang terdeteksi untuk kedua kalinya ini belum terbukti aktif atau bisa menginfeksi inangnya kembali apalagi menulari orang lain.

Riset lebih lanjut masih harus dilakukan untuk memastikan bagaimana sistem imun pasien bisa bekerja melindunginya setelah sembuh, dan mengapa virus SARS-CoV-2 masih terdeteksi setelah sebelumnya pasien dinyatakan negatif Covid-19.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment