2 Perbedaan Utama Antisosial dan Fobia Sosial

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Dalam gangguan kesehatan jiwa dan mental, terdapat gangguan kepribadian yang terdiri dari beberapa jenis.

Salah satu gangguan kepribadian dan perilaku yang kini banyak dikenal adalah antisosial [1].

Namun, banyak orang masih bingung atau justru keliru mendefinisikan istilah antisosial [1].

Antisosial kerap dianggap sebagai seseorang yang anti bersosialisasi atau bahkan lebih sering dianggap introvert atau seseorang yang pemalu atau pribadi yang kurang pintar berinteraksi dengan orang lain [2,3,4].

Beberapa orang mungkin juga mengira bahwa antisosial dan fobia sosial adalah hal yang sama atau setidaknya mirip [4].

Padahal, antisosial dan fobia sosial adalah dua kondisi berbeda; berikut adalah deretan perbedaan antisosial dan fobia sosial yang perlu dipahami.

1. Pengertian

Antisosial bukan suatu kondisi di mana seseorang anti terhadap aktivitas sosial dan cenderung menghindari banyak orang.

Antisosial adalah gangguan perilaku seseorang yang suka melanggar dan menyimpang dari normal, nilai dan aturan yang berlaku di masyarakat [1,4].

Perilaku seorang antisosial biasanya tidak sesuai dengan lingkungan, seperti tidak peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitar [1,4].

Seorang antisosial suka berkelahi di mana hal ini kerap kali tidak didasari oleh suatu sebab [1,4].

Antisosial kerap disingkat sebagai “ansos” dan digunakan oleh seseorang ketika menggambarkan kondisinya yang lebih senang menyendiri, enggan bergaul, dan/atau tidak memiliki banyak teman [4].

Padahal, “ansos” atau antisosial lebih dari itu; antisosial bukan introvert karena antisosial adalah gangguan kepribadian dengan perilaku menyimpang dan suka melanggar aturan [2,3,4].

Sementara itu, fobia sosial berbeda dari antisosial karena fobia sosial lebih kepada gangguan kecemasan sosial umum [5,6].

Seseorang yang menderita fobia sosial akan mengalami kecemasan dan ketakutan berlebih untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang [5,6].

Penderita fobia spesifik satu ini kerap berkembang menjadi lebih serius karena penghindaran dari aktivitas sosial terus-menerus sehingga cenderung jarang atau tidak berinteraksi dengan orang lain sama sekali [5,6].

2. Gejala

Dari segi gejala dan ciri-ciri, antisosial dan fobia sosial cukup berbeda.

Seseorang dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya memiliki gejala dan ciri sebagai berikut.

  • Tidak memiliki empati

Seorang antisosial biasanya tidak dapat merasakan apa yang orang lain rasakan sehingga ia akan sulit untuk menghargai orang tersebut.

  • Manipulatif

Antisosial ditandai pula dengan sifat manipulatif; biasanya hal ini demi mencapai keinginan orang tersebut dan memperoleh keuntungan dari orang lain [1,4].

Dengan memanipulasi orang lain, terdapat rasa kepuasan tersendiri yang dialami seorang antisosial sekalipun orang tersebut rugi karenanya [1,4].

  • Sering bohong

Seorang antisosial cenderung suka berbohong supaya orang lain mudah memercayainya [1,4].

Setelah orang lain percaya, maka seorang antisosial dapat memperoleh keuntungan dari orang tersebut [1,4].

  • Sering mengancam atau mengintimidasi

Selain memanipulasi, keahlian seorang antisosial adalah mengintimidasi atau mengancam orang lain agar mendapatkan apa yang ia inginkan [1,4].

  • Tidak mampu membedakan baik dan buruk

Seorang antisosial cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain karena ketidakmampuannya dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk [1,4].

Tindakannya selalu tanpa perhitungan dan tanpa memedulikan perasaan maupun situasi orang lain [1,4].

  • Sering ingin menang sendiri

Antisosial juga kerap ditandai dengan sifat sombong serta mau menang sendiri (enggan mau mengalah) [1,4].

Selain dari yang telah disebutkan, antisosial juga dicirikan dengan beberapa hal ini [1,4] :

  • Tidak memiliki etika atau sopan santun.
  • Berperilaku agresif.
  • Tidak memiliki rencana masa depan dan tidak bisa membuatnya.
  • Tidak memiliki rasa bersalah atau penyesalan usai melakukan hal buruk terhadap orang lain.
  • Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang sudah ia lakukan.
  • Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Sementara itu, fobia sosial ditandai dengan beberapa hal seperti berikut [5,6] :

  • Menghindari aktivitas yang mengharuskan bertemu sedikit maupun banyak orang.
  • Menghindari interaksi dengan orang lain.
  • Tidak makan di depan orang lain.
  • Enggan berinteraksi dengan orang asing.
  • Menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Menghindari pertemuan dan berbagai macam pesta.

Ketika harus berinteraksi dengan orang asing atau berbicara di depan banyak orang, berikut ini adalah tanda penderita fobia sosial tidak nyaman, cemas dan takut [5,6] :

  • Pusing
  • Otot tegang
  • Bicara pelan atau bahkan tidak bisa berbicara tiba-tiba
  • Wajah memerah
  • Perut mual
  • Tubuh kaku
  • Detak jantung jauh lebih cepat daripada normalnya
  • Sulit bernapas
  • Berkeringat secara berlebihan

Ketakutan dan kecemasan tersebut pada beberapa orang berlangsung sebentar atau jangka pendek [5,6].

Namun, ada pula sebagian orang yang menderita gejala dan tanda-tanda tersebut dalam waktu lama [5,6].

Maka ketika penghindaran dari kegiatan sosial dengan gejala-gejala fisik yang menyertai tersebut berlangsung selama 6 bulan atau lebih, sudah saatnya penderita ke dokter atau psikolog [5,6].

Terlebih mengingat gejala yang semakin buruk akan membuat penderita bahkan enggan untuk pergi ke sekolah dan tempat kerja [5,6].

Ketika interaksi dengan orang lain benar-benar sepenuhnya dihindari, hal ini akan mengganggu performa dan produktivitas sehari-hari [5,6].

Apakah penyebab dan penanganan antisosial dan fobia sosial berbeda?

Tidak, sebab faktor-faktor yang mendasari keduanya kurang lebih sama.

Seseorang menderita antisosial dan fobia sosial dapat disebabkan oleh faktor genetik/riwayat gangguan mental/gangguan kepribadian pada anggota keluarga maupun pengalaman-pengalaman traumatis di masa lalu (khususnya pada masa kanak-kanak) [1,5].

Pola asuh orang tua, ketidakharmonisan dalam keluarga, serta perubahan struktur otak sama-sama dapat meningkatkan risiko keduanya [1,5].

Pengobatan keduanya juga sama-sama menggunakan metode psikoterapi dan obat-obatan [1,5].

Jadi, bisa disimpulkan bahwa inti perbedaan antisosial dan fobia sosial utamanya terletak pada pengertian dan tanda-tandanya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment