Psikopat dan sosiopat pada dasarnya merupakan dua jenis gangguan kepribadian antisosial yang tampak mirip namun sebenarnya tentu berbeda dari beberapa sisi [1,2].
Keduanya memiliki perbedaan dari segi otak, kepribadian, dan perilaku [1,2,5,6].
Daftar isi [Show]
1. Pengertian
Mulai dari pengertiannya, psikopat dan sosiopat adalah dua hal berbeda.
Psikopat adalah istilah untuk seseorang yang tidak berperasaan, tidak memiliki hati nurani dan cenderung tak memiliki emosi [1,2,3].
Sementara itu, sosiopat adalah istilah untuk seseorang yang memiliki sikap atau perilaku antisosial karena memiliki kecenderungan tak menunjukkan empati [1,2,4].
Sosiopat bersikap manipulatif, impulsif, serta sama sekali tidak memedulikan benar dan salah [1].
2. Penyebab
Penyebab seseorang menjadi seorang psikopat belum diketahui secara pasti, namun gangguan kepribadian yang dialami saat masih usia anak-anak dapat menjadi faktor risiko utama [3,5]].
Faktor lain seperti riwayat pelecehan, kekerasan hingga penelantaran sewaktu masih anak-anak pun dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi psikopat [3,5].
Laki-laki lebih rentan menjadi seorang psikopat daripada perempuan, terlebih dengan riwayat anggota keluarga yang juga memiliki gangguan mental atau gangguan kepribadian antisosial [3,5].
Umumnya pun, seseorang menjadi psikopat karena faktor reaksi senyawa kimiawi otak serta genetik yang tak seimbang [3,5].
Faktor lingkungan dan pengalaman traumatis memang seringkali menjadi faktor risiko, namun terjadinya masalah pada otak dapat memengaruhi cara berpikir seorang psikopat [3,5].
Dalam hal moral dan etika, psikopat memiliki kerangka berpikir yang rata-rata tidak tepat karena pada dasarnya memiliki otak yang berbeda dari orang lain pada umumnya [3,5].
Ketika pada bagian otak terdapat lesi, terutama bagian otak yang berfungsi sebagai pengatur rasa takut, penyesalan dan penghakiman, maka seseorang akan kehilangan kemampuan untuk merasa takut, menyesal, dan merasa bersalah [3,5].
Hal ini berpengaruh pada seseorang yang kemudian menjadi psikopat, melakukan tindak kejahatan secara keji tanpa takut dan sedikit pun rasa bersalah [3,5].
Belum diketahui juga penyebab pasti seseorang menjadi sosiopat, namun pengalaman traumatis (kekerasan atau pelecehan) sewaktu anak-anak serta faktor keturunan (anggota keluarga memiliki gangguan mental atau gangguan kepribadian antisosial) dapat menjadi faktor peningkat risiko [6].
Seseorang menjadi sosiopat selain karena faktor pengalaman traumatis, cacat otak bawaan seringkali dapat menjadi alasan yang mendasari [6].
Bahkan seseorang yang sedari kecil tidak diasuh dengan pola asuh benar oleh orang tuanya, maka semakin tumbuh dewasa, hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan karakter serta kepribadiannya [6].
3. Kepedulian dan Kemampuan Bersosialisasi
Dari segi kepedulian terhadap orang lain serta cara bersosialisasi, biasanya seorang psikopat lebih pandai berpura-pura [1,2,3,5].
Psikopat dapat memainkan emosi lawan bicaranya atau orang-orang di sekitarnya dengan bersandiwara, berpura-pura peduli kepada mereka [1,2,5].
Itulah mengapa psikopat tampak seperti orang normal karena pandai berbaur dan kemampuan penempatan diri di masyarakat sangat tinggi [1,2,5].
Karena kecerdasan seorang psikopat dan sifatnya yang manipulatif, orang-orang yang berinteraksi dengan seorang psikopat akan lebih mudah lengah dan terpikat [1,5].
Sedangkan pada orang-orang sosiopat, biasanya mereka akan secara terus terang mengatakan bahwa mereka tidak peduli terhadap perasaan orang lain [1,6].
Sosiopat sulit untuk berbaur di lingkungan sosial dan akan terlihat lebih menarik diri [1,6].
Sosiopat mementingkan diri sendiri dan menganggap orang lain tidak penting sehingga terkadang perbuatan jahat sosiopat sebenarnya adalah demi kepentingan mereka sendiri [1,6].
4. Keterikatan Emosional
Psikopat sangat pandai dalam menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya, termasuk diri yang sebenarnya tak peduli dengan orang lain [1,2,3,5].
Biasanya, psikopat mengalami kegagalan dalam menciptakan keterikatan emosional dengan orang yang ada di dekatnya [1].
Ini karena psikopat tidak mampu melihat dan juga menyadari kesulitan yang orang lain rasakan [1].
Sementara pada sosiopat, walau mereka secara jujur menyatakan ketidakpedulian mereka, mereka mampu membentuk keterikatan emosional [1].
Sosiopat membutuhkan waktu lebih lama karena kesulitan dalam menciptakan keterikatan emosional dengan orang-orang di sekitarnya; namun hal ini masih memungkinkan [1].
5. Perilaku
Psikopat seringkali menunjukkan perilaku yang normal seperti orang lain pada umumnya meskipun seringkali tampak berhati dingin.
Sementara itu, sosiopat lebih terang-terangan dalam berperilaku temperamen, mudah marah dan cenderung impulsif.
Sosiopat lebih mudah marah dan akan menunjukkannya secara meluap-luap, berbeda dari psikopat yang lebih dingin.
Sosiopat bahkan menyadari tindakan dan perilakunya yang demikian, namun menganggapnya sebagai hal normal dan biasa.
6. Kehidupan Sehari-hari
Psikopat dari luar tampak memiliki kehidupan normal dan mereka dapat menjaganya tetap demikian [1].
Kehidupan normal ini juga sebenarnya psikopat gunakan sebagai kedok untuk mereka bisa berbuat kriminalitas [1].
Sementara itu, sosiopat cenderung tidak mampu menjaga kehidupan normalnya karena terjadi ketidakseimbangan antara kehidupan keluarga dan pekerjaan [1].
7. Arogansi
Psikopat identik dengan tindak kejahatan yang dilakukan tanpa perasaan dan dengan naluri predator [1,2,3,5].
Hanya saja, mereka dengan mudah mengendalikan diri, merupakan pengontrol emosi yang handal [1,2,3,5].
Sementara pada sosiopat, mereka di kehidupan sehari-hari akan cenderung tidak ingin terlalu dekat apalagi terikat dengan orang lain [1,6].
Sosiopat lebih suka menyendiri atau mengasingkan diri, namun juga lebih sering sembrono, kehilangan kesabaran, bersikap spontan, dan labil [1,6].
Demikian sejumlah perbedaan secara umum antara psikopat dan sosiopat yang dapat dipahami; namun untuk pemahaman dan diagnosa lebih dalam mengenai kedua kondisi tersebut, diperlukan konsultasi dan diskusi dengan seorang psikolog [1,2].