Ruam Popok pada Bayi: Gejala – Penyebab – Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Ruam popok adalah suatu kondisi peradangan kulit yang berwarna merah pada area bokong bayi. Seperti namanya, ruam popok biasa disebabkan oleh popok basah atau jarang diganti, kulit yang sensitif, dan dapat... menyebabkan lecet. Ruam popok dapat langsung dikenali pada area yang terkena popok, seperti bokong, paha, atau area kelamin. Bayi juga dapat menangis ketika area popok tersebut sedang dibersihkan atau disentuh. Konsultasikan kepada dokter jika ruam popok bertambah berat, berdarah, atau disertai dengan demam. Read more

Penggunaan popok dalam waktu lama ternyata dapat menimbulkan area bokong dan lipatan paha berwarna kemerahan dan bersisik atau disebut dengan ruam popok. Kulit bayi yang masih lembut dan tipis rentan mengalami iritasi dan infeksi akibat popok.

Hal ini tentu dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada bayi. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengenal lebih jauh seputar ruam popok serta cara penangannnya.  

Gejala Ruam Popok

Gejala utama pada ruam popok terjadi pada area kulit bayi yang ditutupi popok, yang diikuti dengan perubahan tingkah laku pada bayi. Berikut ini beberapa gelaja ruam popok yang perlu diperhatikan [4,5]:

  • Daerah bokong, paha, dan kelamin terdapat ruam kemerahan, terasa hangat, dan terlihat bengkak
  • Timbul luka lecet atau lepuh pada kulit yang menjadi area pemakaian popok
  • Bayi menjadi rewel dan menangis ketika bagian kulit yang tetutup popok dibilas atau disentuh

Penyebab Ruam Popok

  • Paparan Feses dan Urine dari Popok yang Lembap

Urine dan tinja yang menumpuk pada popok menyebabkan kondisi lembab. Area kulit bayi yang ditutupi popok menjadi rentan terinfeksi bakteri dan mengalami iritasi, akibat kontak yang terlalu lama dengan urine dan feses di popok.

Kondisi ini semakin parah apabila ini bayi terserang diare, karena paparan feses menjadi lebih intens [3].  

  • Iritasi Produk Kebersihan Bayi

Produk perawatan kulit bayi seperti tisu basah, lotion, minyak, bedak bayi mengiritasi kulit bayi.

Selain itu, produk pembersih yang digunakan seperti detergen, pemutih atau pelembut untuk mencuci popok kain juga bisa menjadi faktor pemicu iritasi kulit bayi [5].

  • Gesekan dengan Popok yang terlalu Ketat

Popok atau baju bayi yang kekecilan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya gesekan pada kulit, sehingga menimbulkan iritasi atau lecet yang dapat berubah menjadi ruam [2].

  • Konsumsi Makanan Baru

Bayi berusia 4 – 6 bulan yang mendapatkan menu makanan pendamping ASI dapat membuat buang air besar menjadi lebih sering, serta mengubah komposisi tinja, sehingga menimbulkan ruam popok [2].

  • Infeksi Bakteri atau Jamur

Kondisi yang lembab dan hangat pada bagian bokong, paha dan alat kelamin yang menyentuh popok, rentan mengalami infeksi.

Kondisi yang lembab dan hangat menjadi tempat ideal bagi jamur dan bakteri berkembangbiak. Ruam dan bintik merah dapat bermunculan terutama pada area yang memiliki lipatan kulit {5].

  • Bayi dengan Kulit Sensitif

Bayi yang memiliki masalah kulit akibat alergi seperti eksim atau dermatitis atopik memiliki resiko mengalami ruam popok [2].

Antibiotik bekerja dengan tidak pandang bulu dalam membasmi bakteri jahat maupun baik. Padahal bakteri baik juga dibutuhkan oleh tubuh untuk mencegah pertumbuhan jamur. Alhasil, bayi menjadi lebih rentan mengidap ruam popok akibat infeksi jamur [3].

Faktor Resiko

Satu dari setiap tiga bayi memiliki potensi terkena ruam popok, dengan resiko terbesar terjadi pada bayi berusia 3 bulan dan satu tahun.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang meningkatkan resiko terkena ruam popok [4,6]:

  • Konsumsi Susu Formula

Dibandingkan dengan susu formula, bayi yang mengkonsumsi ASI memiliki resiko lebih rendah mengalami ruam popok karena memiliki tingkat keasaman yang rendah dalam diet mereka dan feses bayi mengandung lebih sedikit bakteri penyebab infeksi [6].

  • Pola Makan Ibu Menyusui

Komsumsi makanan dan obat – obatan oleh ibu menyusui dapat mempengaruhi ASI yang diminum bayi. Contohnya apabila ibu menyusui yang sedang berada dibawah pengobatan antibiotik, hal tesebut dapat meningkatkan risiko ruam popok pada bayi [4].

  • Riwayat Medis

Bayi yang memiliki riwayat penyakit kulit seperti eczema atau mengalami kondisi immmunocompromised seperti HIV berpotensi besar terserang ruam popok [6].

Kapan harus ke Dokter?

Pada dasarnya, ruam popok dapat ditangani dengan merawat kulit bayi agar bersih dan kering. Akan tetapi, jika sudah menerapkan standar kebersihan yang ketat, kondisi kulit bayi semakin memburuk, saatnya bagi pihak medis untuk turun tangan.

Berikut ini tanda – tanda bayi perlu pemeriksaan ke dokter [1,2,3]:

  • Muncul ruam diiringi demam
  • Bayi terlihat kesakitan dan lesu saat buang air besar dan kecil
  • Gejala ruam popok bertambah parah dan menyebar ke bagian tubuh lain
  • Tidak menunjukan perubahan setelah diobati selama 4 – 7 hari
  • Bayi mengalami diare lebih dari 48 jam
  • Ada benjolan kuning dan mengeluarkan bintik-bintik cairan

Komplikasi Ruam Popok

Ruam popok dapat mengakibatkan komplikasi antara lain [1,5]:

  • Luka berdarah
  • Bayi menjadi rewel dan menangis karena rasa tidak nyaman dan gatal 
  • Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya
  • Kulit berkerak dan seperti terbakar

Cara Mengatasi Ruam Popok

Cara terbaik dan utama dalam mengatasi ruam popok adalah dengan menjaga kulit bayi pada area bokong, lipatan paha, dan kelamin agar tetap bersih dan kering.

Namun, apabila ruam popok masih membandel dan tak kunjung mereda, berikut ini adalah obat yang umum diresepkan oleh dokter:  

  • Salep antijamur (nystatin, clotrimazole, dan miconazole) jika bayi mengalami infeksi jamur [1,7]
  • Krim hidrokortisan untuk mengurangi peradangan [3]
  • Krim kortikostreroid
  • Antiobiotik topikal oles atau oral apabila bayi terkena infeksi bakteri [1]

Cara Mencegah Ruam Popok

Berikut ini adalah perawatan yang dapat dilakukan orangtua untuk menghindari ruam popok pada bayi:

  • Bersihkan bokong bayi dengan air hangat dan sabun bayi saat penggantian popok atau setelah BAB [5].
  • Mengeringkan bagian yang tertutup popok dengan kain lembut [5]
  • Gunakan popok dengan ukuran yang sesuai dan rutin mengganti popok yang sudah penuh
  • Mengoleskan krim yang mengandung zinc oksida atau petroleum jelly saat mengganti popok [1,7]
  • Menghindari produk yang mengandung parfum atau pewangi kimia [4]
  • Pilih produk hipoalergenik, bebas pewangi dan alkohol karena dapat memici iritasi terutama pada bayi berkulit sensitif [1]
  • Melepaskan popok untuk beberapa saat, agar kulit bayi mendapatkan sirkulasi udara dan terbebas dari popok [3]
  • Rajin mencuci tangan sebelum dan setelah pengganti popok [5]
  • Cuci popok kain 2- 3 kali untuk menghilangkan sisa sabun dan hindari pemakaian pewangi pakaian.

Ruam popok ditandai dengan timbulnya bercak merah muda dan kulit terlihat bersisik di sekitar alat kelamin dan bokong bayi.

Meskipun, ruam popok dapat ditangani dari rumah, namun segera periksakan ke dokter jika ruam popok telah menyebar ke daerah kulit lain dan menyebabkan luka berdarah. Ruam popok dapat dicegah dengan menerapkan standar kebersihan saat merawat kulit bayi.  

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment