Voyeurisme: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Voyeurisme adalah sesuatu yang didefinisikan sebagai kesukaan seseorang memperhatikan orang lain, biasanya wanita dewasa, melakukan aktivitas yang intim dan pribadi.

Apa itu Voyeurisme?

Voyeurisme dalam DSM-IV (buku panduan diagnostik gangguan mental), merujuk pada kelainan yang menyebabkan timbulnya fantasi, dorongan seksual, atau tindakan memperhatikan orang lain, tanpa sepengetahuan orang tersebut, ketika sedang melakukan kegiatan yang bersifat intim dan pribadi, misalnya membuka baju, mandi, atau melakukan aktivitas seksual. [2, 3, 4, 5]

Pelaku voyeurisme biasanya lebih menikmati kegiatan memperhatikan diam-diam ini dan bukan karena tertarik pada objek yang diintipnya. Pelaku voyeurisme disebut voyeur, tetapi sering juga disebut peeping Tom atau tukang intip.

Elemen utama dari voyeurisme adalah fakta bahwa orang yang sedang diperhatikan tidak tahu bahwa mereka sedang diintip. Korban biasanya berada di tempat-tempat yang memang dirasa nyaman untuk privasi, seperti di rumah atau tempat-tempat pribadi lainnya. [2, 4]

Voyeur bisa melihat langsung, menggunakan kamera, binokular, cermin, atau merekam dengan kamera untuk memperhatikan korbannya.

Untuk bisa disebut sebagai voyeurisme, aktivitas ini harus sudah berjalan selama setidaknya enam bulan dan berusia 18 tahun ke atas. [4]

Voyeurisme adalah gangguan yang termasuk ke dalam parafilia, yaitu gangguan yang merujuk pada ketertarikan, kesukaan, fantasi, dorongan, dan tindakan seksual yang berada di luar norma.

Tetapi, voyeurisme baru dianggap kelainan bila menyebabkan gangguan atau kerugian terhadap diri pelaku atau orang lain, terutama pihak yang tidak tahu sedang diperhatikan.

Penyebab Voyeurisme

Belum ada faktor spesifik yang telah ditentukan sebagai penyebab voyeurisme. Tetapi, beberapa faktor risiko cenderung berhubungan dengan seseorang yang kemudian terbukti mengalami gangguan ini, termasuk penggunaan narkoba, pernah mengalami pelecehan seksual, dan hiperseksual.

Beberapa hal menyebutkan bahwa, bila diberi kesempatan, banyak orang yang sebetulnya memiliki kecenderungan menjadi voyeur tetapi takut untuk mengakui atau tertangkap.

Voyeurisme bisa berasal dari ketidaksengajaan melihat seseorang yang sedang telanjang, membuka pakaian, atau melakukan aktivitas seksual. Hal ini kemudian berlanjut dan menyebabkan tindakan pelaku sampai pada titik yang sudah diluar kewajaran dan menjadi kebiasaan. [5]

Pria dewasa yang mengalami gangguan ini seringkali menyadari ketertarikannya mengintip orang lain timbul ketika ia memasuki usia remaja.

Tetapi, usia minimal untuk bisa didiagnosa sebagai pengidap voyeurisme adalah 18 tahun karena ada kesulitan untuk membedakan aktivitas dan rasa penasaran yang berhubungan dengan pubertas dari gangguan mental.

Keberlanjutan voyeurisme seiring waktu masih belum diketahui. Tetapi, gangguan ini membutuhkan satu atau lebih faktor kontribusi yang bisa berubah seiring waktu baik itu dengan atau tanpa perawatan, termasuk:[5]

  • Gangguan subjektif (rasa bersalah, malu, frustrasi seksual, kesepian)
  • Penyakit psikiatri
  • Hiperseksualitas
  • Dorongan seksual

Gejala Voyeurisme

Untuk bisa didiagnosa mengalami gangguan voyeurisme, seseorang harus mengalami rangsangan seksual yang intens dan terus menerus dari fantasi atau tindakan memperhatikan orang lain selama setidaknya enam bulan.

Si pelaku biasanya akan mengintip sambil berfantasi seksual dan melakukan masturbasi, tetapi tidak tertarik untuk berhubungan seksual dengan orang yang diintipnya.

Kriteria voyeurisme termasuk: [2, 4, 5]

  • Mengalami rangsangan seksual yang intens dan berulang dari mengintip orang lain yang sedang tidak berpakaian, membuka pakaian, atau melakukan aktivitas seksual selama enam bulan sebagai manifestasi dari fantasi, dorongan atau tindakan.
  • Si pelaku sudah melakukan tindakan berdasarkan dorongan seksualnya dan menyebabkan gangguan atau disfungsi sosial, pekerjaan, atau area lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pelaku berusia setidaknya 18 tahun.

Voyeurisme Sebagai Tindak Kejahatan

Ketika seseorang secara diam-diam memperhatikan atau mengintip orang lain di tempat-tempat yang seharusnya adalah ruang pribadi, maka pelaku bisa dianggap sebagai voyeur dari berbagai sisi.

Tetapi, ruang pribadi ini haruslah tempat yang memang dimaksudkan untuk privasi, seperti rumah atau hotel.

Hubungan spesifik antara voyeurisme dengan tindak kejahatan tergantung dari tujuan si pelaku dan apa yang dilihatnya.

Jika tujuannya adalah mengintip orang lain untuk rangsangan seksual atau sesuatu yang bersifat seksual tanpa dirinya menjadi partisipan dan hanya sebagai penonton, maka ia bisa dikatakan melakukan tindak kriminal. [1, 2]

Voyeurisme Sebagai Penyimpangan

Jika seseorang terangsang oleh pikiran tentang mengintip orang lain sedang membuka pakaian atau berhubungan seks, maka ia bisa jadi memiliki kecenderungan voyeurisme. Tetapi, sampai pada titik ini, voyeurisme masih ada dalam batas wajar.

Namun, voyeurisme yang wajar tadi bisa menjadi bermasalah dan berubah menjadi penyimpangan bila pelaku mengambil langkah-langkah yang melanggar privasi dan hak orang lain untuk tidak diganggu.

Ketertarikan ini juga bisa menjadi bermasalah bila si pelaku tidak bisa mengendalikan hasratnya. Voyeurisme bisa mulai dianggap sebagai penyimpangan bila pelaku: [2]

  • Melanggar privasi orang lain di rumahnya, di ruang ganti pakaian, atau tempat-tempat pribadi lainnya
  • Memperhatikan orang lain melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuan orang tersebut
  • Mulai merekam atau memotret orang lain tanpa ijin
  • Masuk ke tempat-tempat pribadi secara ilegal untuk mengintip orang lain
  • Merasa frustrasi atau tertekan bila tidak bisa melakukan kegiatan voyeurisme
  • Mengalami rasa bersalah setelah melakukan tindakan voyeurisme
  • Tidak bisa terangsang secara seksual bila tidak mengintip orang lain
  • Tidak bisa menolak aktivitas-aktivitas voyeurisme, bahkan bila hal-hal tersebut bisa merusak kesehatannya

Apakah Voyeurisme Bisa Diobati?

Seperti kebanyakan gangguan kesehatan mental, voyeurisme juga bisa diobati. Kuncinya ada pada pelaku, apakah ia merasa membutuhkan bantuan atau tidak, karena kebanyakan penderita parafilia tidak sadar bahwa dirinya mengalami kelainan.

Orangtua, pasangan, teman, atau pihak berwajib biasanya adalah orang-orang pertama yang menyarankan perawatan bagi pelaku.

Terapis bisa membantu voyeur untuk bisa kembali mengendalikan berbagai aspek dalam hidupnya dengan cara: [2, 5]

  • Mengembangkan kontrol atas impuls yang terjadi
  • Mencari dan menemukan penyaluran rangsangan dan rasa penasaran yang lebih sehat
  • Membalikkan pola pikir negatif
  • Mengenali lokasi dan situasi yang bisa meningkatkan kemungkinan bagi mereka untuk kembali terjebak dalam kebiasaan voyeurisme

Bergabung dalam terapi berkelompok juga bisa membantu. Bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain yang mengalami masalah yang sama bisa menciptakan ruang untuk membicarakan tentang kesulitan yang dihadapi, bagaimana cara mengendalikan diri, dan perawatan apa saja yang bisa dilakukan. [2, 5]

Perawatan dengan obat-obatan juga bisa dilakukan, seperti dengan menggunakan antidepresan yang bisa menyeimbangkan zat kimia di otak dan menekan tindakan impulsif. [5]

Obat-obatan antiandrogen juga bisa dilakukan untuk menekan dorongan seks yang biasanya digunakan untuk mengobati penyimpangan seksual sadisme. [5]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment