10 Tanda Anak Mengalami Gangguan Mental

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Anak-anak sering mengalami perubahan mood yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya. Namun pada kasus tertentu, anak dapat tidak mengalami pemulihan mood setelah memburuk dan mulai mempengaruhi perilaku serta kegiatan sehari-hari[1].

Hal ini dapat menjadi tanda bahwa anak mengalami masalah kesehatan mental. Berikut tanda-tanda anak mengalami gangguan mental:

1. Penurunan Ketertarikan dalam Aktivitas

Anak-anak umumnya tertarik untuk melakukan berbagai aktivitas yang digemari anak seusianya seperti bermain dengan teman, membangun istana pasir, atau bermain boneka dan mobil-mobilan. Tidak jarang anak mengalami cedera ketika bermain, namun bagi anak bermain merupakan sarana belajar berbagai keterampilan yang dibutuhkan[2].

Akan tetapi, anak dengan gangguan mental dapat lebih jarang melakukan aktivitas semacam itu. Anak juga dapat mengalami penurunan pada beberapa aspek pertumbuhan[2].

Bertengkar dan menjaga jarak dari teman, menghabiskan lebih banyak waktu sendiri, dan ketidaktertarikan secara umum pada berbagai hal yang awalnya disukai merupakan tanda bahwa anak mengalami kesulitan yang lebih dalam[2].

2. Sering Bertengkar

Anak dengan gangguan mental dapat sering bertengkar dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini disebabkan anak memerlukan pelampiasan akan amarah dan emosi yang muncul akibat kesulitan yang dialaminya. Anak dapat menunjukkan perilaku agresif secara terus menerus[2].

Akibatnya, beberapa orang akan menganggap anak defensif, pembuat masalah dan mulai dipandang secara negatif. Namun sebenarnya anak biasanya tidak bermaksud menyakiti orang lain dengan kata-kata atau tindakannya. Perilaku negatif tersebut muncul sebagai gejala dari gangguan mental[2].

3. Mood yang Berubah-ubah

Mood yang berubah-ubah (mood swing) dialami oleh kebanyakan orang dari waktu ke waktu, tidak demikian pula pada anak. Perubahan dan fluktuasi hormon dapat menyebabkan berubahnya mood seseorang. Namun perubahan mood yang intens atau sering dapat menandakan adanya hal yang tidak normal[3].

Jika anak mulai mengalami mood yang berubah-ubah secara ekstrim, maka ada baiknya untuk memberikan perhatian lebih. Anak dengan mood yang tidak stabil dapat menjadi sering marah, sering menangis, atau pun mulai menunjukkan perilaku yang sudah tidak biasa bagi anak seusianya, misalnya menyedot ibu jari atau mengompol[1, 3].

Mood yang berubah-ubah dapat dipicu oleh adanya suatu konflik. Anak juga dapat mengalami perubahan mood siklis selama periode tertentu[2].

Memahami pemicu dan pola perubahan mood anak dapat membantu dokter untuk menentukan apakah anak mengalami gangguan mood terkait trauma atau perubahan mood tersebut hanya salah satu fase pertumbuhan normal[2].

Perubahan mood ekstrim pada anak dapat menandakan gangguan mental seperti bipolar atau depresi. Bipolar merupakan gangguan pada otak yang terjadi akibat ketidakseimbangan senyawa kimiawi di dalam otak[3].

Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan mood ekstrim, meliputi periode energi tinggi, mudah marah, rasa senang yang tidak biasa, atau kesedihan yang teramat[3].

4. Kurangnya Komunikasi

Beberapa anak dapat memiliki kesulitan untuk berkomunikasi karena mereka masih dalam proses mempelajari cara berkomunikasi. Namun, jika anak menunjukkan penurunan komunikasi yang signifikan, ada baiknya jika orang tua menaruh perhatian lebih, terutama jika anak memiliki kepribadian periang dan talkative[2].

Kurangnya komunikasi dapat menjadi tanda gangguan mental. Misalnya anak menjadi lebih jarang menceritakan tentang kegiatannya di sekolah, tentang teman, atau tentang apa yang dirasakan[2].

5. Takut akan Hal Baru

Anak yang biasanya menunjukkan sikap berani dan terbuka pada hal-hal baru lalu tiba-tiba terlalu takut untuk mencoba hal baru, maka terdapat kemungkinan anak mengalami masalah kecemasan. Kemungkinan ini lebih tinggi jika anak mulai merasa takut pada aktivitas sehari-hari yang sebelumnya biasa dilakukan tanpa masalah[2].

6. Terlihat Sedih dan Mengisolasi Diri

Anak cenderung senang bersosialisasi dan bersama dengan teman. Namun jika anak terlihat sedih terus menerus dan lebih sering menyendiri dari biasanya, maka dapat menandakan gangguan mental, terutama jika anak biasanya periang dan banyak teman[2, 3].

Anak yang terlihat sedih atau mengisolasi diri selama lebih dari dua minggu mengindikasikan adanya masalah mental seperti depresi. Depresi ditandai dengan perasaan sedih, mudah marah, dan isolasi diri yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan[3].

Depresi juga dapat disertai gejala lain seperti[3]:

  • sering sedih atau menangis
  • mood yang tidak stabil
  • mudah marah
  • menjauhkan diri dari teman dan keluarga

Depresi dapat mempengaruhi tingkat energi anak, pola tidur dan nafsu makan, serta membuat kegiatan sehari-hari menjadi lebih sulit dilakukan. Anak yang mengalami gejala depresi lebih dari dua minggu sebaiknya diperiksakan ke dokter[3].

7. Perubahan Kebiasaan Tidur

Perubahan pada pola tidur anak dapat menandakan adanya depresi, PTSD, atau gangguan kecemasan[3].

Perlu diwaspadai jika anak mengalami perubahan kebiasaan tidur yang disertai dengan gejala berikut[3]:

  • tidur lebih sering atau lebih jarang dari biasanya
  • kesulitan tidur
  • mimpi buruk
  • takut untuk tidur

8. Kesulitan dalam Melakukan Kegiatan Sehari-hari

Gangguan mental dapat menyebabkan kegiatan sehari-hari seperti berangkat sekolah dan mengerjakan PR menjadi sulit untuk dilakukan. Hal ini sering dialami oleh penderita gangguan mental terkait kecemasan, seperti gangguan kecemasan, serangan panik, dan fobia[3].

Anak dengan gangguan kecemasan dapat mengalami gejala seperti[3]:

  • kesulitan berkonsentrasi
  • mudah marah
  • penurunan nilai di sekolah
  • keletihan di siang hari
  • mengalami sakit kepala atau sakit perut

Anak yang mengalami kecemasan sering kali menghindari membicarakan mengenai perasaannya karena takut akan membuat orang lain khawatir. Jika orang tua yang menemukan tanda kecemasan pada anak, maka hendaknya mengajak anak bicara dengan cara yang suportif dan tidak menghakimi[3].

9. Perubahan Kebiasaan Makan

Berbagai perubahan pada kebiasaan makan anak dapat menandakan adanya masalah mental, antara lain[3]:

  • melewatkan makan
  • sering kali ke kamar mandi selama makan
  • makan dengan cepat dan lebih banyak daripada biasanya
  • sering mengeluhkan mengenai tubuhnya
  • penurunan berat badan atau berat badan tidak beratmbah seperti yang diharapkan

Perubahan kebiasaan makan anak dapat menandakan gangguan seperti kecemasan atau depresi[3].

Perubahan pada kebiasaan makan anak juga dapat mengarah pada terjadinya gangguan makan, yang mana dapat mengakibatkan kerusakan serius yang mempengaruhi fungsi berbagai sistem di dalam tubuh[3].

10. Melukai Diri Sendiri

Melukai diri sendiri mengacu pada tindakan yang disengaja untuk menimbulkan luka pada diri sendiri. Perilaku ini biasanya mulai muncul pada anak usia remaja, dan dapat berupa menyayat, memukul, atau membakar diri sendiri[3].

Melukai diri dapat mengindikasikan adanya gangguan mental seperti kecemasan, depresi, atau PTSD (post-traumatic stress disorder)[3].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment