Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Anemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berkurangan jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah. Kurangnya sel darah merah akan menyebabkan kurangnya suplai nutrisi ke sel organ, akibatnya
Daftar isi
Anemia adalah sebuah kondisi ketika tubuh mengalami kekurangan darah karena kadar sel-sel darah merah sehat kurang serta tak berfungsi seperti normalnya [1,2,3,5].
Di dalam setiap tubuh manusia, aliran darah membawa oksigen dan nutrisi lalu menyuplainya ke seluruh jaringan tubuh.
Karena tubuh mendapatkan cukup darah, oksigen dan nutrisi, maka fungsinya dapat bekerja dengan baik.
Dapat dibayangkan apabila tubuh mengalami kekurangan darah, oksigen dan nutrisi yang seharusnya terkirim ke seluruh tubuh pun ikut berkurang.
Inilah kondisi yang disebut dengan anemia dan kerap ditandai dengan tubuh cepat lelah, letih, lesu, dan kulit pucat.
Tinjauan Anemia adalah kondisi tubuh yang kadar sel darah merah atau hemoglobinnya di bawah normal atau tergolong rendah. Hal ini umumnya ditandai dengan kulit pucat dan tubuh lelah dan lesu.
Anemia terdiri dari beberapa jenis kondisi yang diklasifikasikan menurut penyebabnya [2,3,4,5,6].
Anemia jenis ini adalah anemia yang terjadi saat sumsum tulang mengalami kerusakan sehingga sel darah merah tak dapat terproduksi secara maksimal.
Penyakit autoimun diketahui dapat menjadi penyebab anemia aplastik.
Namun, beberapa kondisi lain seperti penggunaan antibiotik, penyakit infeksi, obat artritis reumatoid, atau paparan zat kimia berpotensi menjadi penyebab anemia aplastik.
Mutasi gen adalah penyebab utama dari kondisi thalasemia sehingga produksi hemoglobin (Hb) menjadi terhambat dan tidak optimal.
Seseorang memiliki potensi lebih besar menderita thalasemia ketika salah satu atau kedua orangtuanya mengalami thalasemia.
Anemia jenis ini adalah kondisi anemia di mana hancurnya sel-sel darah merah lebih cepat daripada terbentuknya.
Pada kebanyakan kasus, anemia hemolitik adalah jenis kondisi yang terjadi karena faktor keturunan di mana seseorang akan mengalaminya bila kedua orangtuanya menderita penyakit ini.
Hanya saja, risiko anemia hemolitik sangat tinggi pula pada bayi baru lahir sebagai kelainan bawaan akibat penggunaan obat tertentu (penisilin, antimalaria, dan paracetamol), penyakit autoimun, infeksi virus, infeksi bakteri, dan/atau kanker darah.
Anemia jenis ini adalah kondisi anemia yang diwarisi oleh seseorang dari orangtuanya yang memiliki kondisi sama.
Anemia sel sabit adalah jenis anemia yang terjadi karena bentuk defektif/cacat dari hemoglobin di dalam tubuhnya.
Oleh sebab itu, sel-sel darah merah kemudian terbentuk secara tidak utuh dan berupa sabit.
Myelofibrosis dan leukemia adalah dua contoh kondisi yang berkaitan dengan sumsum tulang dan mampu meningkatkan risiko penderitanya mengalami anemia.
Karena hal ini, produksi sel darah merah pada sumsum tulang ikut terpengaruh dan memicu kekurangan darah dalam tubuh.
Perdarahan berat karena penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid, kanker usus, radang lambung, gangguan haid, kecelakaan/cedera, wasir, atau infeksi cacing tambang (pengisap darah dari dinding usus) dapat menjadi penyebab anemia.
Perdarahan yang terjadi terus-menerus atau bahkan perdarahan yang terjadi seketika mampu menyebabkan tubuh penderita kehilangan banyak darah.
Anemia jenis ini adalah salah satu yang paling umum dan banyak diderita di mana penyebab utamanya adalah ketika tubuh kekurangan mineral zat besi.
Zat besi adalah mineral penting yang dibutuhkan sumsum tulang dalam proses produksi hemoglobin.
Maka ketika asupan atau kadar mineral ini tidak memadai, produksi sel-sel darah merah tidak akan maksimal.
Penyakit radang dan infeksi seperti HIV AIDS, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, hingga penyakit Crohn dapat menjadi penyebab anemia.
Ini karena penyakit-penyakit ini mampu menjadi penghambat utama proses produksi sel-sel darah merah sehingga tubuh tak memiliki kadar sel darah merah yang cukup.
Para ibu hamil sangat rentan mengalami anemia karena kadar hemoglobin yang tergolong sangat rendah daripada sebelum hamil.
Padahal, kebutuhan tubuh akan hemoglobin selama kehamilan meningkat.
Dalam hal ini, jika ibu hamil tak mendapat cukup nutrisi (folat, vitamin B12, dan zat besi) secara cukup, maka anemia bisa berbahaya pada kondisi janin serta sang ibu.
Tinjauan Anemia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis kondisi menurut penyebabnya, yaitu meliputi anemia sel sabit, anemia aplastik, thalasemia, anemia selama kehamilan, anemia karena infeksi/radang, anemia akibat perdarahan, anemia defisiensi besi, anemia hemolitik, dan anemia yang berkaitan dengan penyakit sumsum tulang.
Selain mengenali jenis-jenis anemia menurut penyebabnya, penting untuk memahami apa saja faktor yang mampu meningkatkan risiko anemia [6].
Gejala pada penderita anemia tergantung dari faktor penyebabnya, namun pada umumnya tanda-tanda seseorang mengalami anemia antara lain adalah [2,3,4,5,6] :
Sementara itu, pada gejala anemia yang sudah lebih berat, beberapa tanda inilah yang sering terjadi :
Jika pasien menderita anemia, maka hasil pemeriksaan fisik pada umumnya akan menunjukkan sejumlah kondisi, seperti :
Tinjauan - Gejala utama dan umum dari anemia adalah kepala pusing, kulit pucat, tubuh gampang lelah, sembelit, tangan dan kaki dingin, serta sulit fokus. - Pada kondisi yang lebih serius, penderita dapat mengalami kuku rapuh, sesak nafas, detak jantung tak beraturan, nyeri dada, pingsan, hingga serangan jantung.
Untuk mendeteksi sekaligus mengonfirmasi bahwa gejala-gejala yang dialami pasien benar-benar mengarah pada anemia, dokter akan melakukan sejumlah metode pemeriksaan seperti berikut [2,3,4,5,6] :
Pemeriksaan fisik selalu diterapkan pertama kali oleh dokter bersama dengan pertanyaan-pertanyaan seputar riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien.
Dokter perlu tahu riwayat kesehatan keluarga pasien untuk mendeteksi adanya riwayat anemia sel sabit dan juga kelainan genetik lainnya bila ada.
Tes ini adalah tes lanjutan usai pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan dengan tujuan mengecek kondisi pasien secara lebih detil.
Tes darah pun berguna bagi dokter dalam menunjukkan ukuran serta jumlah sel-sel darah merah dalam tubuh pasien, termasuk juga kadar trombosit dan sel darah putih.
Pemeriksaan darah juga umumnya dapat mengetahui kadar zat besi dalam darah, vitamin B12, dan asam folat.
Dokter dapat mendeteksi adanya kondisi defisiensi salah satu nutrisi tersebut ketika menerapkan metode tes ini.
Tes ini perlu dilakukan apabila dokter ingin mengetahui apakah feses/tinja yang bercampur dengan darah (berkaitan dengan kondisi wasir).
Jika hasil pemeriksaan positif, dokter dapat mengartikan bahwa terdapat masalah pada saluran pencernaan hingga rektum pasien.
Melalui tes tinja, dokter dapat mendeteksi adanya penyakit-penyakit serius seperti kolitis ulseratif dan kanker usus.
Kedua penyakit pencernaan tersebut biasanya adalah penyebab buang air besar berdarah.
Setelah tes-tes tersebut dilaksanakan dan hasilnya telah keluar, maka dokter akan mempertimbangkan perlu tidaknya pasien menempuh tes lanjutan lainnya.
Jika dirasa hasil diagnosa dari tes-tes sebelumnya belum terlalu meyakinkan, maka rontgen dada dan CT scan perut kemungkinan besar akan direkomendasikan oleh dokter.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan umumnya dilakukan lebih dulu oleh dokter yang kemudian dilanjutkan dengan tes pemindaian, tes darah lengkap, serta tes tinja untuk mengonfirmasi kondisi anemia pada tubuh pasien.
Metode penanganan anemia disesuaikan dengan penyebabnya serta riwayat medis lain yang kemungkinan dimiliki oleh pasien [2,4,6].
Tinjauan Penanganan anemia biasanya disesuaikan dengan jenis atau penyebabnya, namun secara umum penderita anemia perlu menempuh transfusi darah, diet sehat, dan mengonsumsi obat resep dokter. Bila tergolong parah, operasi transplantasi sumsum tulang akan direkomendasikan oleh dokter.
Jika anemia tidak ditangani secepatnya dengan tepat sesuai penyebabnya, maka beberapa kondisi komplikasi berikut ini dapat terjadi [2,6] :
Anemia selain karena kondisi bawaan lahir dan genetik dapat dicegah melalui beberapa upaya seperti berikut [2,6] :
Tinjauan Pemenuhan gizi, khususnya vitamin B12, zat besi, asam folat dan vitamin C dari sumber makanan maupun suplemen dapat menegah anemia. Seseorang dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat anemia sel sabit atau thalasemia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ketika merencanakan kehamilan.
1) Nur Ia Kaimudin. Hariati Lestari, & Jusniar Rusli Afa. 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Skrining dan Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMA NEGERI 3 Kendari Tahun 2017.
2) Jake Turner; Meghana Parsi; & Madhu Badireddy. 2020. National Center for Biotechnology Information. Anemia.
3) Camila M. Chaparro & Parminder S. Suchdev. 2019. HHS Public Access. Anemia epidemiology, pathophysiology, and etiology in low- and middle-income countries.
4) Terri D. Johnson-Wimbley & David Y. Graham. 2011. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diagnosis and management of iron deficiency anemia in the 21st century.
5) Anonim. 2016. American Association for Clinical Chemistry. Anemia.
6) Anonim. National Heart, Lung, and Blood Institute. Iron-Deficiency Anemia.