Tidak semua anak remaja tumbuh menjadi anak yang penurut sebab sebagian remaja justru lebih suka sulit diberi arahan [1,2].
Anak remaja yang keras kepala biasanya merasa bahwa mereka tahu apa yang harus mereka lakukan tanpa bantuan orang tua maupun orang lain [1].
Mereka juga kerap merasa seolah tahu akan semua hal walau mereka sebenarnya belum mengerti.
Alhasil, anak remaja keras kepala biasanya sulit menuruti kata-kata orang tua dan banyak dari mereka justru melawan orang tua.
Perubahan hormon, fisik dan emosional pada remaja dapat menjadi faktor risiko mereka berubah lebih keras [2].
Dalam menghadapi anak remaja yang keras kepala, berikut ini adalah beberapa tips untuk orang tua yang bisa diperhatikan.
Daftar isi
1. Tetap Tenang dan Menghindari Kekerasan
Para orang tua kerap kehilangan kesabaran saat anak remaja mereka tidak memiliki pandangan yang sama, suka memaksakan opini, enggan mendengarkan dan tidak menuruti mereka [3,4].
Tidak mudah untuk menghadapi anak remaja sebab seringkali saat orang tua meluapkan emosi dan memarahi anak, anak justru akan semakin keras kepala dan membangkang [3,4].
Anak usia remaja cenderung tidak mau kalah, walau tidak semua demikian, beberapa diantaranya bisa berperilaku seperti itu terhadap orang tuanya.
Maka dari itu, orang tua perlu tetap tenang; hindari bicara dengan anak saat ia sedang memiliki suasana hati yang buruk [3,4].
Orang tua sendiri juga perlu menjaga hati agar tetap adem; tunggu sampai emosi mereda sebelum menasehati anak [5].
Penyampaian nasehat tidak perlu dengan kata-kata kasar, membentak, memukul, apalagi menendang anak [3,4,5].
Kekerasan fisik maupun verbal justru hanya akan melukai hati anak dan menyebabkan trauma emosional baginya [6].
Hindari pula menasehati anak dengan kata-kata mempermalukan, meremehkan dan menghina anak di depan orang lain [7].
Anak justru semakin tidak ingin mendengarkan orang tua yang bersikap demikian dan alih-alih menurutinya, anak berkemungkinan memiliki dendam [6,7].
2. Tidak Otoriter
Orang tua pada zaman dulu biasanya menerapkan pola asuh otoriter kepada anak-anaknya.
Namun untuk zaman sekarang, menaklukkan hati anak remaja yang keras kepala akan lebih sulit melalui cara tersebut [8].
Orang tua yang cenderung dominan dan menunjukkan bahwa dirinya berkuasa justru akan menimbulkan jarak yang semakin terbentang antara anak dan orang tua [7,8].
Dalam hal ini, anak bisa merasa tidak dihargai karena orang tua tidak pernah melibatkannya dalam pengambilan keputusan, terutama segala hal yang berkaitan dengan masa depan anak.
Semakin keras dan dominan, orang tua dapat membuat anak semakin keras kepala untuk memperoleh segala yang diinginkannya [7,8].
3. Mengenal dan Memahami Anak
Sebagai orang tua seringkali sudah merasa paling mengenal pribadi anak-anak mereka dengan baik.
Bukan sekadar mengenal apa saja makanan kesukaan anak, apa saja hobinya, siapa saja temannya, tapi orang tua perlu menggali lebih dalam [1,2,3,4,9].
Orang tua dapat membangun hubungan yang lebih dalam dengan anak untuk mengetahui apa saja kekhawatirannya saat ini, apa opininya tentang suatu hal, apa yang membuatnya sedih, apa yang ia takutkan, dan apa yang bisa membuatnya merasa malu [1,2,3,4,9].
Dalam memahami anak remaja memang tidak mudah, oleh sebab itu, dibutuhkan pendekatan dari hati ke hati [10,11].
Orang tua perlu secara sering mengobrol dan berdiskusi dengan anak supaya hubungan emosional antar kedua pihak semakin erat [10,11].
Kedekatan yang mendalam akan memudahkan orang tua nantinya dalam menghadapi anak, terutama saat anak bersikap keras kepala.
4. Tidak Mengungkit Masalah
Memiliki anak remaja, baik berhubungan dekat maupun tidak akan selalu ada perselisihan.
Dalam menghadapi anak remaja keras kepala, orang tua sebaiknya tidak gemar mengungkit masalah di depan sang anak atau mempermasalahkan hal-hal sepele [9].
Mengungkit-ungkit masalah yang sudah lalu adalah bentuk ketidaksenangan orang tua yang memang diharapkan bisa membuat anak belajar dari kesalahan [9].
Namun alih-alih membuat anak paham maksud orang tua, anak bisa menangkap hal tersebut sebagai tanda permusuhan.
5. Menanyakan Kebutuhan Anak
Anak memiliki sifat keras kepala memang bisa jadi adalah sifat turunan dari orang tua [12].
Namun selain itu, anak remaja yang keras kepala juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kekecewaan yang ia pernah alami [12].
Sebagai orang tua yang baik dan memerhatikan anak, tanyakan kepada anak apa saja yang mereka harapkan dan butuhkan [13].
Beri pengertian secara pelan-pelan kepada anak apabila kebutuhan yang menurut anak penting rupanya adalah sesuatu yang tidak benar [13].
Namun jika apa yang anak butuhkan adalah hal positif, orang tua dapat menunjukkan dukungan dan membantu mewujudkan itu [13].
6. Memberikan Perhatian
Terkadang orang tua merasa anak usia remaja sudah cukup besar untuk melakukan semuanya sendiri.
Perhatian tidak lagi mereka berikan kepada anak karena merasa anak sudah dewasa di mata mereka.
Padahal, anak remaja keras kepala mungkin sebenarnya sedang membutuhkan perhatian dari orang tuanya [3].
Istimewakan anak tanpa harus memanjakannya; beri perhatian-perhatian kecil, seperti mendengarkan ceritanya, membuatkan bekal, menemaninya pergi ke suatu tempat, dan lain-lain [3].
Atau jika anak lebih senang dipuji atau disemangati, berikan pujian dan semangat sebagai bentuk dukungan. Bila anak suka menerima hadiah, belikan hadiah yang anak pasti suka.
Jika anak lebih suka dipeluk, beri pelukan baik saat ia sedang bahagia maupun saat sedih atau tidak bersemangat.
Cara menghadapi anak remaja yang keras kepala perlu dengan ketenangan, kebijaksanaan, kesabaran, kelembutan, dan perhatian besar dari orang tua.