Dibandingkan orang dewasa, anak-anak cenderung banyak bergerak, mudah terganggu, dan penuh energi. Terkadang anak dapat menjadi sangat aktif, tapi biasanya anak akan menjadi lebih tenang saat diminta berhenti[1, 2].
Anak hiperaktif mengalami kesulitan untuk berhenti bergerak. Sering kali anak berlari dan berteriak terus menerus meski diminta berhenti[1].
Hiperaktif didefinisikan sebagai terus menerus aktif dengan cara yang tidak sesuai pada waktu dan tempat. Anak hiperaktif dapat disebabkan oleh berbagai alasan dan biasanya faktor usia berpengaruh dalam pengendalian sikap anak[1].
Anak hiperaktif memiliki ciri-ciri antara lain:
Daftar isi
- 1. Terus Menerus Bergerak
- 2. Kesulitan untuk Tetap Tenang
- 3. Perilaku Mementingkan Diri Sendiri
- 4. Gejolak Emosi
- 5. Rentan Melakukan Kesalahan
- 6. Kesulitan Mengorganisasi
- 7. Sering Bicara Berlebihan
- 8. Sulit Memfokuskan Perhatian
- 9. Tugas yang Tidak Diselesaikan
- 10. Kesulitan di Sekolah
- 11. Lebih Sering Mengalami Cedera
- 12. Sering Mengalami Masalah Tidur
1. Terus Menerus Bergerak
Anak hiperaktif sering kali tidak bisa duduk tenang. Mereka dapat mencoba bangun dan berlarian, bergerak dengan gelisah atau menggeliat di kursi saat dipaksa duduk, atau terus menerus mengetukkan tangan atau kaki mereka[2].
Anak perempuan hiperaktif dapat menjadi bersikap tomboi atau seperti anak laki-laki karena mereka menyukai aktivitas fisik dan tidak enggan melakukan hal biasanya disukai anak perempuan[3].
2. Kesulitan untuk Tetap Tenang
Keresahan dapat menyebabkan anak hiperaktif kesulitan untuk bermain dengan tenang atau melakukan aktivitas yang santai dan lebih tenang[2].
3. Perilaku Mementingkan Diri Sendiri
Salah satu ciri umum anak hiperaktif ialah lebih mementingkan diri sendiri dan terlihat tidak dapat mengenali keperluan dan keinginan orang lain. Hal ini dapat mengarah pada kebiasaan mengganggu orang lain, misalnya menyela pembicaraan atau permainan. Anak hiperaktif juga mengalami kesulitan menunggu giliran[2].
4. Gejolak Emosi
Anak hiperaktif dapat mengalami kesulitan untuk mengendalikan emosi. Mereka terkadang tiba-tiba marah pada waktu yang kurang tepat[2].
5. Rentan Melakukan Kesalahan
Anak hiperaktif dapat mengalami kesulitan untuk mengikuti petunjuk yang memerlukan perencanaan atau melaksanakan rencana. Hal ini dapat mengarah pada terjadinya kesalahan akibat kecerobohan. Meski demikian, kesalahan tidak mengindikasikan kemalasan atau kurangnya kecerdasan[2].
6. Kesulitan Mengorganisasi
Anak hiperaktif dapat mengalami kesulitan untuk mengikuti jadwal tugas dan kegiatannya. Hal ini dapat menyebabkan masalah di sekolah karena mereka kesulitan untuk memprioritaskan pekerjaan rumah, tugas sekolah dan tugas lainnya[2].
7. Sering Bicara Berlebihan
Anak hiperaktif dapat menjadi sangat talkative (banyak bicara) dan impulsif secara verbal. Mereka dapat bicara dengan berlebihan, mengganggu orang lain, atau mengganti topik terus menerus selama pembicaraan. Anak hiperaktif dapat mengucapkan kata-kata tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain[3].
8. Sulit Memfokuskan Perhatian
Anak hiperaktif dapat mengalami kesulitan untuk memperhatikan, bahkan ketika seseorang berbicara langsung padanya[2].
Untuk anak hiperaktif, memperhatikan tugas di depannya dapat menjadi tantangan yang besar. Mereka mudah terganggu dengan kejadian eksternal atau hanyut ke dalam dunia sendiri[3].
9. Tugas yang Tidak Diselesaikan
Anak hiperaktif dapat menunjukkan ketertarikan pada berbagai hal, tapi mereka dapat mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya. Misalnya mereka dapat memulai mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas, tapi segera ganti melakukan hal lain yang menarik perhatian sebelum menyelesaikan tugasnya[2].
10. Kesulitan di Sekolah
Anak hiperaktif dapat mengalami kesulitan di sekolah akibat gangguan fungsi akademis. Anak hiperaktif lebih berisiko mengalami kesulitan dengan matematika dasar dan kemampuan latihan membaca dibandingkan anak normal[4].
11. Lebih Sering Mengalami Cedera
Anak hiperaktif memiliki risiko lebih besar mengalami cedera fisik dan keracunan secara tidak disengaja. Risiko cedera lebih besar akibat perilaku anak yang terlalu aktif dan impulsif[4].
Pada suatu studi, 16% dari anak hiperaktif memiliki setidaknya 4 atau lebih luka cedera (tulang patah, luka gores, cedera kepala, memar berat, atau gigi patah) dibandingkan hanya 5% pada anak normal[4].
12. Sering Mengalami Masalah Tidur
Studi mengenai hubungan antara ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan gangguan tidur menemukan bahwa masalah tidur terjadi dua kali lebih sering pada anak ADHD dibandingkan dengan anak normal[4].
Gangguan tidur terutama disebabkan oleh masalah perilaku dan kesulitan untuk tenang. Anak hiperaktif cenderung memerlukan waktu lebih lama untuk tertidur dan durasi tidur yang tidak stabil. Selain itu anak hiperaktif dapat mengalami kelelahan saat bangun atau sering terbangun saat malam hari[4].