Dentophobia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Dentophobia?

Dentophobia termasuk dalam jenis fobia spesifik di mana seseorang memiliki ketakutan berlebihan dan irasional terhadap dokter gigi [1,2,3,4,5,6,7,8].

Siapapun dapat mengalami fobia satu ini, baik anak-anak maupun orang dewasa, sehingga menjadikan dentophobia sebagai salah satu fobia umum.

Oleh karena itu, dentophobia memiliki keterkaitan dengan rasa takut berlebihan terhadap dokter (iatrophobia) dan rasa takut berlebihan terhadap jarum (trypanophobia).

Tinjauan
Dentophobia merupakan fobia spesifik di mana seseorang takut secara berlebihan dan irasional terhadap dokter gigi dan segala prosedurnya yang dapat dialami siapa saja.

Jenis-jenis Dentophobia

Dentophobia tidak sesederhana rasa takut irasional terhadap dokter gigi saja karena kondisi ini terklasifikasi menjadi beberapa jenis seperti berikut :

Ketakutan Terhadap Dokter Gigi

Kasus dentophobia lebih banyak dialami oleh orang-orang yang takut terhadap dokter gigi [1,4].

Profesi ini menjadi sumber ketakutan bagi sebagian orang di mana rasa takut tersebut terjadi tanpa alasan dan terkesan tidak masuk akal.

Hal ini dapat terjadi pada seseorang ketika pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan dokter gigi tertentu.

Baik itu pernah ditangani oleh dokter gigi yang mungkin mengalami kesalahan saat menangani atau dokter gigi yang misalnya kurang ramah; hal-hal seperti ini dapat menjadi pemicu seseorang merasa takut dan panik irasional ketika harus ke dokter gigi.

Ketakutan Terhadap Jarum

Dentophobia dapat berkaitan dengan fobia terhadap jarum sehingga seseorang enggan dan cenderung panik saat diminta ke dokter gigi [1,4].

Dokter gigi perlu menerapkan prosedur injeksi untuk memberikan anestesi atau bius pada mulut pasien.

Prosedur ini menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian orang sehingga takut pula bertemu dengan dokter gigi.

Ketakutan Terhadap Rasa Sakit

Rasa takut berlebihan terhadap dokter gigi juga dapat terjadi pada seseorang apabila ia memiliki ketakutan terhadap rasa sakit [1,4].

Menempuh prosedur medis untuk gigi hampir tidak mungkin menghindari rasa sakit.

Meski kini prosedur medis untuk gigi hanya menimbulkan sedikit rasa sakit, rasa sakit tetap ada dan tak dapat dihindari sama sekali.

Terdapat beberapa orang yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap nyeri mulut sehingga takut untuk merasakannya saat harus ke dokter gigi.

Ketakutan Terhadap Bau dan Suara

Pengalaman tak mengenakkan saat ke dokter gigi dapat menjadi salah satu pemicu dentophobia, seperti halnya berbagai bau dan suara yang berasal dari ruang dokter gigi [1,4].

Suara proses pemeriksaan dan penanganan gigi dapat menjadi hal menakutkan bagi beberapa orang.

Ketakutan Terhadap Mati Rasa

Beberapa orang mengalami dentophobia karena pengalaman tak menyenangkan di dokter gigi, seperti sulit bernapas dan mengalami sensasi seperti tercekik selama prosedur [4].

Sebagian orang ini dapat memiliki ketakutan berlebihan terhadap mulut yang menjadi mati rasa.

Mereka takut tak lagi dapat menelan apalagi bernapas sehingga akan mencoba sebisa mungkin menghindari dokter gigi.

Ketakutan Terhadap Anestesi

Walau umumnya orang tidak mudah takut terhadap anestesi, beberapa orang memiliki rasa takut terhadap obat bius [1,4].

Mereka cenderung mengkhawatirkan rasa sakit yang akan dirasakan kembali saat efek anestesi hilang.

Beberapa orang juga mengalami ketakutan berlebih karena memiliki alergi terhadap anestesi.

Tinjauan
Terdapat beberapa jenis kondisi dentophobia, yaitu ketakutan terhadap dokter gigi, ketakutan terhadap jarum, ketakutan terhadap bau dan suara di ruangan dokter gigi, ketakutan terhadap anestesi, ketakutan terhadap mati rasa, dan ketakutan terhadap rasa sakit.

Penyebab Dentophobia

Seperti telah disebutkan dalam berbagai jenis kondisi dentophobia, ketakutan berlebihan terhadap dokter gigi dapat disebabkan pengalaman buruk terkait dokter gigi dan berbagai prosedurnya [1,4].

Dentophobia dapat terjadi pada masa kanak-kanak yang kemudian berlanjut hingga seseorang tumbuh dewasa.

Rasa takut tak terkontrol ini juga kemungkinan timbul karena beberapa faktor lainnya, seperti [1,2,3,4,5] :

  • Faktor genetik, yaitu ketika seseorang memiliki anggota keluarga dengan riwayat fobia spesifik (khususnya dentophobia) maupun jenis gangguan mental lainnya maka seseorang tersebut memiliki risiko lebih tinggi mengalami dentophobia maupun gangguan kesehatan mental lain.
  • Suara peralatan dokter gigi, terutama saat digunakan untuk menangani pasien.
  • Alat-alat pembersih mulut dan gigi selama pemeriksaan.
  • Pengaruh lingkungan, seperti halnya mungkin seorang anak ditakut-takuti oleh orang tua, kerabat atau temannya mengenai dokter gigi yang “mengerikan”.
  • Takut terhadap hasil pemeriksaan yang berpotensi buruk karena sudah terlalu lama tidak memeriksakan diri ke dokter gigi sehingga khawatir ada ketidakberesan pada kesehatan gigi dan mulut.
  • Takut malu dan dipermalukan ketika mendatangi dokter gigi karena memburuknya kondisi kesehatan mulut dan gigi akibat terus-menerus menghindari dokter gigi.

Perbedaan Fobia dan Rasa Takut Biasa

Orang-orang dengan dentophobia mungkin tidak menyadari bahwa ketakutannya terhadap dokter gigi sebenarnya adalah jenis fobia spesifik dan bukan ketakutan biasa.

Rasa takut biasa umumnya dianggap sebagai ketidaksukaan yang terlalu besar dan kuat terhadap sesuatu atau seseorang sehingga memicu penghindaran.

Namun biasanya, rasa takut biasa hanya akan timbul ketika sesuatu atau seseorang tersebut ada di hadapan kita.

Selebihnya, hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku.

Sebaliknya pada kasus fobia, fobia justru memiliki tingkat ketakutan yang lebih kuat dari rasa takut biasa.

Fobia, apapun itu, tergolong sebagai gangguan kecemasan karena mampu menjadi penyebab utama seseorang mengalami tekanan dan melakukan penghindaran dari obyek yang membuatnya demikian.

Fobia adalah suatu kondisi yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan memicu isolasi diri.

Pada kasus dokter gigi, seseorang dengan rasa takut biasa hanya akan ke dokter gigi bila memang sangat penting.

Jika kondisi gangguan kesehatan mulut masih dapat ditangani secara mandiri, maka ia enggan ke dokter gigi.

Jika pun harus sampai ditangani oleh dokter gigi, setidaksuka apapun terhadap prosedurnya, seseorang akan tetap menjalaninya.

Sebaliknya pada dentophobia, penderita akan memiliki rasa khawatir, panik dan takut yang kuat terhadap dokter gigi.

Sebisa mungkin penderita fobia akan menghindari dokter gigi, termasuk menghindari membayangkan dan membicarakannya.

Penderita dentophobia dapat merasakan kecemasan berlebihan, gangguan panik, dan juga mimpi buruk walau hanya dengan memikirkan dan membicarakan dokter gigi.

Tinjauan
Rata-rata kasus dentophobia disebabkan oleh pengalaman traumatis atau pengalaman tak menyenangkan terkait dengan dokter gigi dan prosedurnya.
Namun selain itu, faktor genetik, suara peralatan dokter gigi, pengaruh lingkungan, ketakutan terhadap hasil diagnosa, dan 

Gejala Dentophobia

Berbagai gejala psikologis dan fisik dapat terjadi pada penderita dentophobia seperti berikut [1,5] :

  • Menghindar dari topik pembicaraan tentang dokter gigi sekaligus menghindari dokter gigi apapun kondisinya.
  • Mengalami gangguan panik dan takut berlebihan saat membicarakan, membayangkan, dan bertemu dengan dokter gigi.
  • Seperti ingin berteriak dan menangis ketika membayangkan, membicarakan, atau melihat dokter gigi.
  • Mual, berkeringat berlebihan, dan gemetaran ketika membayangkan, membicarakan atau melihat dokter gigi.
  • Ketegangan otot, sering buang air kecil, dan detak jantung berdetak lebih kencang.
  • Iritabilitas, hiperaktif, linglung, gugup, dan penurunan daya ingat.

Pemeriksaan Dentophobia

Pemeriksaan fisik menjadi salah satu metode diagnosa yang perlu ditempuh oleh pasien dengan gejala dentophobia.

Dokter perlu mengetahui apakah dentophobia yang dialami oleh pasien berkaitan dengan adanya luka atau cedera yang pernah dialami karena prosedur medis untuk mulut dan gigi.

Selain pemeriksaan fisik, evaluasi psikologis juga diperlukan untuk mengetahui apakah gejala-gejala pasien benar-benar mengarah pada dentophobia.

Dokter ahli kesehatan mental biasanya mendiagnosa berdasarkan kriteria diagnostik DSM-5 untuk kasus fobia spesifik, yaitu [6] :

  • Pasien mengalami rasa takut berlebihan yang irasional terhadap dokter gigi; rasa takut dan cemas cenderung bersifat intens dan persisten.
  • Reaksi takut dan panik terhadap dokter gigi seperti ketika menghadapi bahaya besar, terutama saat berhadapan dengan dokter gigi.
  • Pasien menghindari dokter gigi dan juga situasi yang berkaitan dengan dokter gigi setiap waktu. Jika pun pasien harus tetap bertemu dokter gigi, membicarakannya atau sekedar membayangkannya, maka ia akan mengalami stres ekstrem.
  • Tidak terdapat kondisi mental lain dengan gejala sama yang dialami pasien dentophobia.
  • Durasi gejala dentophobia yang telah disebutkan dialami oleh pasien setidaknya selama 6 bulan.
  • Gejala-gejala dentophobia memengaruhi rutinitas pasien sehari-hari sehingga pekerjaan, sekolah maupun hubungan sosial terhambat karena ketakutan berlebihan terhadap dokter gigi.

Penanganan Dentophobia

Penanganan dentophobia pada dasarnya sama seperti penanganan fobia spesifik lainnya, yaitu melalui perubahan gaya hidup, psikoterapi, dan juga obat-obatan.

Terapi eksposur adalah salah satu metode psikoterapi yang sangat umum digunakan dalam menangani fobia spesifik dan memiliki efektivitas yang cukup tinggi [1,2,3,4,5,6].

Penderita dentophobia dalam hal ini akan dibantu oleh terapis profesional untuk melakukan terapi eksposur.

Selama terapi, pasien akan diekspos kepada sumber ketakutannya secara langsung maupun tidak langsung.

Terapis akan memberikan gambaran secara langsung mengenai dokter gigi yang memang menjadi hal menakutkan bagi pasien.

Hanya saja, diyakini bahwa dengan eksposur beberapa waktu, pasien justru menjadi lebih terbiasa dan gejala fobia mereda dengan baik.

  • Obat-obatan

Selain psikoterapi, dokter kemungkinan besar juga meresepkan obat-obatan antidepresan hingga antihipertensi seperti beta-blockers [1,2,3,4,5,6].

Antidepresan dan anticemas adalah golongan obat yang akan meredakan gejala serangan panik dan gangguan kecemasan pasien.

Sementara itu, beta-blockers akan diberikan kepada pasien dentophobia yang mengalami peningkatan tekanan darah sebagai salah satu gejalanya.

Tips Menenangkan Diri saat Menemui Dokter Gigi

Pada prosedur terapi eksposur, tidak mudah untuk menemui dokter gigi sekalipun secara bertahap.

Penting untuk tetap tenang ketika harus bertemu dengan dokter gigi dan berikut ini sejumlah tips menenangkan diri yang dapat diterapkan [7] :

  • Menggunakan headphone atau ear buds untuk mendengarkan musik sehingga suara-suara “mengerikan” yang berasal dari peralatan dan prosedur medis di dokter gigi tidak terdengar.
  • Meminta anggota keluarga atau teman terdekat untuk menemani ke dokter gigi agar penderita dentophobia lebih nyaman dan tenang.
  • Melatih pernapasan dengan mengambil napas dalam-dalam hingga melakukan meditasi agar lebih rileks.
  • Menemui dokter gigi di waktu tertentu di mana dokter tidak terlalu sibuk, seperti misalnya bertemu di pagi hari sehingga kecemasan dapat sedikit teredakan. Semakin cepat pula menemui dokter gigi, rasa waspada, cemas dan antipasi semakin sedikit.

Tips Menemukan Dokter Gigi yang Tepat

Ketika seseorang memiliki ketakutan berlebihan terhadap dokter gigi, penting untuk mencari dokter gigi yang mampu memahami ketakutan tersebut.

Dokter gigi yang memiliki sifat perhatian dan mengerti rasa takut pasien adalah yang terbaik, terutama dokter gigi yang pernah bekerja sama dengan pasien dentophobia [8].

Beberapa dokter gigi tidak masalah ketika pasiennya secara terbuka menceritakan ketakutan berlebihnya terhadap dokter gigi dan justru membantu pasien untuk merasa lebih rileks.

Dokter gigi yang tepat adalah dokter gigi yang tidak akan meremehkan kondisi fobia spesifik pasiennya serta menganggap serius ketakutan tersebut dengan memenuhi kebutuhan pasien secara jauh lebih baik.

Tinjauan
Terapi eksposur dan pemberian obat-obatan anticemas, antihipertensi dan antidepresan adalah bentuk penanganan dentophobia secara umum.

Komplikasi Dentophobia

Ketika gejala dentophobia tidak segera mendapatkan penanganan, terdapat sejumlah risiko komplikasi yang bisa saja terjadi, yaitu antara lain adalah [1,5] :

  • Isolasi diri.
  • Terhambatnya kelangsungan hidup dan menurunnya kualitas hidup (termasuk dalam hal pekerjaan, sekolah, hingga hubungan sosial dengan orang lain).
  • Penyakit mulut dan gigi karena tidak pernah memeriksakan gigi ke dokter gigi.
  • Kondisi kesehatan mulut dan gigi yang buruk sehingga mampu menjadikan kondisi depresi lebih buruk pula.
  • Masalah kesehatan hati yang merupakan akibat dari adanya penyakit mulut dan gigi.

Pencegahan Dentophobia

Karena berhubungan dengan faktor genetik serta pengalaman traumatis, tidak terdapat cara pasti dalam mencegah dentophobia.

Hanya saja, pemeriksaan dan penanganan dini dentophobia akan membantu meminimalisir risiko komplikasinya.

Selain gangguan kecemasan dapat mereda karena ditangani dengan benar, kesehatan mulut dan gigi tetap terjaga dengan baik pada akhirnya.

Tinjauan
Tidak terdapat upaya khusus untuk mencegah dentophobia, namun menangani gejala sejak dini dapat meminimalisir risiko komplikasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment