Daftar isi
- Apa Itu Factitious Disorder (Gangguan Buatan)?
- Fakta Tentang Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Penyebab Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Gejala Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Pemeriksaan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Pengobatan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Komplikasi Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Pencegahan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Apa Itu Factitious Disorder (Gangguan Buatan)?
Factitious Disorder atau gangguan buatan adalah jenis gangguan kesehatan mental ketika seseorang mengelabui orang lain dengan bertindak seolah sedang mengidap penyakit serius [1,2,3].
Seseorang dengan kondisi gangguan buatan dengan sengaja menciptakan gejala penyakitnya sendiri atau memalsukan kondisi medis, dapat berupa penyakit fisik maupun mental [1,2,3].
Tujuan penderita gangguan buatan dalam hal ini rata-rata adalah untuk menerima perhatian dan perawatan medis [1,2,3].
Fakta Tentang Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
- Prevalensi global gangguan buatan sulit diperkirakan karena bervariasi menurut beberapa hasil studi berbeda [1].
- Sebuah hasil studi yang melibatkan 241 orang dokter Jerman, terdapat perkiraan bahwa prevalensi gangguan buatan adalah 1,3% [1].
- Studi lainnya dari hasil analisa terhadap 100 kasus rawat inap di rumah sakit jiwa di New York, ditemukan bahwa terdapat sekitar 6% pasien mengalami gangguan buatan [1].
- Gejala gangguan buatan yang dijumpai seringkali terjadi pada orang-orang dengan usia dewasa muda atau paruh baya [1,2].
- Penderita gangguan buatan lebih banyak ditemukan pada perempuan, belum/tidak menikah, dan bekerja di bidang kesehatan [1,2].
Penyebab Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Penyebab seseorang mengalami gangguan buatan belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko gangguan mental ini, seperti [1,3] :
- Penyakit serius yang pernah diderita saat masih kanak-kanak.
- Gangguan kepribadian
- Bekerja di bidang kesehatan
- Depresi
- Pengalaman pernah mengalami sakit dan memperoleh perhatian saat sakit tersebut.
- Kehilangan orang terkasih atau terdekat karena penyakit, kematian atau penelantaran.
- Trauma masa kecil (pelecehan seksual, kekerasan fisik, atau kekerasan emosional)
- Keinginan besar dan kuat untuk berhubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan medis dan tenaga medis.
Gangguan buatan sendiri adalah kondisi langka dan sama sekali berbeda dari mengada-adakan penyakit untuk keuntungan pribadi, seperti supaya menang di pengadilan atau supaya tidak masuk kerja [1,2,3].
Orang-orang dengan gangguan buatan ini sadar bahwa mereka membuat bahwa seolah-olah diri mereka mengalami gejala penyakit tertentu, namun seringkali mereka sendiri tak mengerti atas tindakan yang mereka buat tersebut [1,2,3].
Bahkan rata-rata dari penderita gangguan buatan sangat paham bahwa mereka sedang mengalami masalah dengan menciptakan sebuah penyakit [1,3].
Gejala Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Gejala utama gangguan buatan adalah ketika seseorang meniru perilaku orang sakit atau bahkan menciptakan penyakitnya sendiri [1,2,3].
Tidak hanya itu, biasanya penderita gangguan buatan akan melebih-lebihkan gejala seolah-olah penyakit yang dideritanya sangat serius agar orang lain terkelabui [1,2,3].
Penderita gangguan buatan sangat pandai “berakting” agar orang lain percaya pada penyakit yang sedang ia derita sehingga sangat sulit menyadari bahwa kepura-puraan ini merupakan tanda sebuah penyakit mental serius [1,2,3].
Beberapa tanda yang perlu dikenali dari gangguan buatan adalah [1,2,3] :
- Gejala penyakit tidak konsisten atau bahkan tidak jelas.
- Pengetahuan mengenai istilah medis dan berbagai penyakit sangat luas.
- Kondisi gejala yang ditangani dengan terapi medis tidak menunjukkan adanya kemajuan atau bahkan tidak ada respon.
- Kondisi dapat memburuk namun tanpa sebab yang jelas.
- Sering rawat inap di rumah sakit.
- Penggunaan nama palsu untuk memperoleh penanganan medis di rumah sakit.
- Mencari penanganan medis dari berbagai rumah sakit dan sejumlah dokter berbeda.
- Tidak mengizinkan dokter untuk berbicara mengenai kondisi yang diderita dengan keluarga maupun temannya.
- Berdebat dengan dokter atau staf medis lainnya.
- Jarang atau sedikit penjenguk saat sedang dirawat di rumah sakit.
- Memiliki banyak bekas luka operasi atau tanda di tubuh bekas prosedur medis tertentu lainnya.
- Bersemangat saat harus menempuh metode pemeriksaan dan prosedur bedah yang sangat berisiko bagi nyawanya.
- Akan terus-menerus melanjutkan kepura-puraannya walau tidak memperoleh keuntungan apapun adan walau sudah terbukti bahwa kondisinya tidak nyata.
- Memberi riwayat medis palsu kepada keluarga, teman dan bahkan tenaga medis.
- Memanipulasi peralatan medis untuk mendukung kepura-puraannya supaya gejala penyakit tampak nyata.
- Melakukan hal-hal di luar batas yang bertujuan membuat diri mereka sakit, seperti menyuntikkan susu, bakteri, bensin, atau bahkan feses ke dalam tubuh. Ada pula yang membakar diri mereka sendiri atau membuat luka lainnya agar terlihat cedera.
- Dengan sengaja minum obat tertentu agar terlihat benar-benar sakit.
- Dengan sengaja menghambat pemulihan luka yang dibuatnya sendiri, seperti membuat luka infeksi atau membuka balutan perban padahal luka masih serius.
Apa itu gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain?
Gangguan buatan lain yang perlu diketahui adalah gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain di mana istilah sebelumnya disebut dengan sindrom Munchausen [4,5].
Kondisi ini adalah saat seseorang secara mengklaim bahwa orang lain memiliki gejala penyakit fisik atau psikologis [4,5].
Hal ini adalah bentuk tindakan merugikan bagi orang yang dianggap sakit [4,5].
Contohnya, A akan mengklaim bahwa B sedang sakit/cedera/masalah kesehatan lainnya dan memberi tahu orang lain bahwa B membutuhkan penanganan medis.
Dengan cara ini, A mengelabui orang lain bahwa B sedang dalam kondisi bahaya karena penyakitnya.
Biasanya hal ini dilakukan orang tua kepada anak atau anak kepada orang tua yang kemungkinan besar membahayakan nyawa orang yang diklaim sedang menderita penyakit [4,5].
Pemeriksaan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Seringkali proses pemeriksaan dan pemastian kondisi gangguan buatan sangat sulit.
Oleh karena itu, gangguan buatan tak mudah terdiagnosa; hal ini biasanya dikarenakan penderita sangat ahli dalam memalsukan kondisinya [1,2].
Pemeriksaan untuk gangguan buatan biasanya dokter dasarkan pada identifikasi gejala yang dibuat-buat seolah nyata oleh pasien [1,2].
Dokter tidak terlalu berfokus pada tujuan pasien memalsukan kondisi penyakitnya.
Untuk proses diagnosa, berikut ini adalah beberapa hal yang dokter perhatikan [1,3,6].
- Riwayat medis tidak masuk akal.
- Tidak ada alasan atau penyebab yang dapat dipercaya tentang terjadinya penyakit atau cedera pada pasien.
- Terdapat gejala yang tidak konsisten, termasuk hasil tes laboratorium yang tidak jelas.
- Penyakit yang dimaksud oleh pasien tidak memiliki gejala yang timbul seperti pada umumnya.
- Pasien tidak mengalami pemulihan walaupun sudah menjalani tindakan perawatan medis.
- Pasien tertangkap basah sedang berpura-pura atau berbohong mengenai penyakitnya.
- Pasien tertangkap basah sedang melukai diri sendiri atau menyebabkan penyakitnya sendiri.
Untuk mengetahui kondisi gangguan buatan secara lebih detail, dokter akan memastikan melalui [1,3,6] :
- Pengajuan beberapa pertanyaan secara mendetail.
- Informasi riwayat medis yang sesungguhnya.
- Prosedur tes yang dibutuhkan untuk gejala penyakit yang dimaksud oleh pasien supaya dapat memastikan apakah kondisi benar-benar nyata.
- Kerja sama dengan keluarga atau teman pasien untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap (dengan izin dari pasien).
- Penggunaan panduan kriteria DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition).
Pengobatan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Belum diketahui adanya terapi standar untuk gangguan buatan karena kondisi ini sulit ditangani.
Penderita gangguan buatan sulit diobati karena diri mereka sendiri enggan mencari pertolongan sekalipun menyadari bahwa berpura-pura sakit adalah hal yang tidak benar [1].
Pendekatan terhadap penderita gangguan buatan perlu dilakukan perlahan, lembut dan tanpa menghakimi [1].
Menuduh seseorang dengan gangguan buatan sedang berakting atau berpura-pura sakit justru membuat orang tersebut bersikap defensif dan sangat marah [1].
Ketika petugas medis tempat ia memeriksakan diri mengetahui bahwa penyakitnya adalah palsu, menuduhnya secara langsung hanya akan membuatnya lari untuk mendapatkan penanganan di rumah sakit atau dokter lain.
Menghindari penuduhan dan penghinaan terhadap penderita gangguan buatan sangat dianjurkan.
Penanganan untuk gangguan buatan pun biasanya bertujuan mengendalikan kondisi dan bukan menyembuhkannya [1,2,3].
Upaya penanganan yang secara umum dapat membantu penderita gangguan buatan meliputi :
- Psikoterapi
Psikoterapi dalam bentuk terapi perilaku dan terapi konseling diharapkan mampu mengendalikan gejala pasien [1,2,3].
Psikoterapi sering digunakan untuk membantu pasien lebih baik pula dalam mengembangkan kemampuan pengendalian stres dan diri [1,2,3].
- Terapi Keluarga
Apabila memungkinkan, terapis akan merekomendasikan terapi keluarga bagi pasien gangguan buatan [7].
Tujuan terapi keluarga adalah untuk mengedukasi keluarga pasien agar dapat merawat dan mendukung pasien agar lebih baik [7].
- Rawat Inap
Bila diperlukan, pada kasus gangguan buatan yang sudah sangat parah, dokter akan minta pasien menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa [2].
Hal ini bersifat sementara, sebab pasien membutuhkan penanganan yang memadai dengan tingkat keamanan yang tinggi [2].
- Obat-obatan
Bila pasien gangguan buatan diketahui memiliki penyakit psikologis penyerta seperti gangguan kecemasan, depresi atau lainnya, dokter bisa memberikan obat antidepresan dan anticemas [3].
Obat-obatan yang diberikan biasanya membantu pasien untuk selalu tenang dan mengendalikan gejala lebih baik [3].
Selama menjalani penanganan untuk gangguan buatan, penting bagi pasien untuk ditangani satu dokter saja dan tidak berganti-ganti [3].
Satu dokter akan mempermudah pemantauan perkembangan kondisi pasien dan lebih efektif dalam memberikan perawatan karena sudah mengetahui riwayat kesehatan pasien.
Bagaimana prognosis Factitious Disorder (Gangguan Buatan)?
Prognosis untuk penderita gangguan buatan umumnya tergolong buruk karena kebanyakan penderitanya akan menyangkal tindakan dan perilaku mereka [1].
Walau penderita menyadari bahwa diri mereka berada dalam masalah, sangat jarang bagi mereka untuk memeriksakan diri dan menempuh perawatan [1].
Penderita rata-rata tidak berinisiatif untuk menjalani terapi, namun bagi sebagian kecil penderita yang menempuh perawatan menunjukkan adanya kemajuan yang baik dalam kondisi mereka [1].
Pasien gangguan buatan umumnya memiliki kondisi penyerta, yakni gangguan psikologis berupa depresi [1].
Prognosis bagi pasien yang memiliki kondisi penyerta berupa gangguan penggunaan obat terlarang, gangguan suasana hati atau gangguan kecemasan lebih baik [1].
Sementara itu, prognosis akan lebih buruk bagi penderita gangguan buatan yang juga mengidap gangguan kepribadian, seperti borderline personality disorder (gangguan kepribadian ambang) [1].
Komplikasi Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Orang-orang yang mengalami gangguan buatan biasanya akan melakukan apa saja untuk terlihat sakit dan agar orang-orang di sekitarnya percaya bahwa dirinya sedang sakit [1,3].
Bahkan penderita gangguan buatan rela mengorbankan dirinya secara maksimal dalam hal ini [1,3].
Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi gangguan buatan yang berpotensi semakin buruk apabila terdapat penyakit mental penyerta [1,3].
- Penyalahgunaan obat terlarang.
- Penyalahgunaan alkohol.
- Masalah kesehatan serius seperti infeksi atau bahkan penempuhan tindakan medis yang seharusnya tidak perlu (terkadang penderita sampai harus menjalani prosedur bedah).
- Cedera akibat kondisi yang dibuatnya sendiri.
- Gangguan dan hambatan pada kehidupan sehari-hari penderita (termasuk dalam pekerjaan dan hubungannya dengan orang lain).
- Kehilangan organ tubuh tertentu karena menjalani prosedur bedah yang sebenarnya tidak perlu.
- Kematian akibat kondisi yang diciptakan oleh penderita sendiri.
- Kerugian biaya yang sangat besar karena harus menjalani berbagai macam tindakan medis yang sebenarnya tidak perlu.
Pencegahan Factitious Disorder (Gangguan Buatan)
Belum diketahui bagaimana mencegah gangguan buatan karena penyebabnya sendiri belum jelas [3].
Namun dengan terdeteksi secara dini kondisi ini pada seseorang, maka penanganan dapat segera diberikan [3].
Penderita gangguan buatan dapat menjalani terapi untuk meningkatkan kesehatan mentalnya dan menghindari berbagai risiko komplikasi yang mengancam [3].