Froteurisme: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Forteurisme adalah suatu bentuk kelainan seksual. Orang yang mengalami kelainan ini merasa terangsang bila menyentuhkan atau menggesekkan tubuh mereka ke orang lain tanpa persetujuan. Tindakan ini biasanya terjadi di tempat umum dan ramai.

Apa itu Froteurisme?

Froteurisme adalah kelainan seksual dimana seseorang mendapatkan kenikmatan atau kepuasan seksual dari menggesekkan bagian tubuhnya, terutama kemaluan, pada orang lain tanpa persetujuan. [1, 2, 3, 4]

Tindakan ini biasanya dilakukan di ruang publik seperti kereta yang penuh sesak, mall, lift, trotoar yang penuh orang, dan sebagainya [1, 2, 3, 4].Orang yang mengalami kelainan ini disebut froteur. Sebagian besarnya adalah pria dan pada kebanyakan kasus korbannya adalah wanita.

Froteur biasanya melakukan tindakannya di tempat ramai yang memungkinkan mereka untuk kabur dengan mudah dan mengatakan bahwa tindakannya tidak disengaja. [4]

Kelainan froteuristis atau froteurisme, adalah satu dari beberapa jenis parafilia. Parafilia adalah ketertarikan seksual yang kuat pada hal-hal, situasi, fantasi, tingkah laku, atau individu-individu yang tidak wajar.

Pada froteurisme, tindakan menyentuhkan atau menggesekkan kemaluan pada orang lain tanpa persetujuan orang tersebut bisa menimbulkan kenikmatan seksual bahkan orgasme bagi pelakunya.

Mereka yang mengalami kelainan ini senang menikmati pengalaman seksual pribadi di ruang publik. Meskipun kelainan ini bisa terjadi di usia berapapun, tetapi paling sering tampak pada pria muda yang kelihatan pemalu dan berusia antara 15 hingga 25 tahun. [1]

Kelainan ini juga tampaknya dialami oleh pria yang usianya lebih tua, cenderung penyendiri, dan tidak suka bersosialisasi. Tetapi froteurism jarang terjadi pada wanita.

Froteurism adalah kondisi yang masih belum begitu dipahami. Masih belum jelas seberapa umum kelainan ini terjadi di masyarakat.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebanyak 30 persen pria mungkin pernah melakukan tindakan froteurisme pada suatu waktu.

Diantara pria dewasa yang dirawat atas gangguan parafilia, sekitar 10 hingga 14 persen diantaranya mengalami froteurisme. [1, 2]

Gejala Froteurisme

Menurut DSM-5, yaitu buku panduan diagnosa gangguan mental, froteurisme melibatkan: [1, 2, 3, 4]

  • Fantasi, keinginan, dan rangsangan seksual intens yang berpusat pada tindakan menyentuh bagian-bagian tubuh orang lain tanpa persetujuan atau menggesekkan bagian tubuh, terutama kelamin, pada orang lain dan biasanya dari belakang.
  • Tindakan froteurisme biasanya berulang dan terjadi di ruang publik yang ramai, seperti kereta, bus, lift, bahkan jalanan yang penuh sesak.
  • Saat melakukan tindakan pelecehan seksual ini, si pelaku biasanya membayangkan memiliki hubungan personal yang berdasarkan kasih sayang dengan korban, namun akan kabur setelahnya.

Disamping dianggap sebagai aktivitas kriminal karena berupa tindakan seks tanpa persetujuan salah satu pihak, froteurisme juga didiagnosa sebagai gangguan kesehatan mental, bila aktivitas terus dilakukan selama lebih dari enam bulan, atau bila fantasi dan keinginan pelaku menyebabkan disfungsi dan gangguan terhadap hubungan pribadi dan aktivitas hariannya. [1, 2]

Penyebab dan Faktor Risiko Froteurisme

Hingga saat ini masih belum ada faktor risiko atau hal-hal yang terbukti sebagai penyebab terjadinya froteurisme. Tetapi, ada beberapa teori mengenai masalah ini.

Beberapa teori mengenai akar penyebab kelainan froteuristik berfokus pada masalah sosial yang mengakibatkan seseorang tidak memiliki pasangan, tidak bisa membangun hubungan pribadi, serta ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan dorongan seksualnya. Tetapi, pada akhirnya, penyebab kelainan ini tetap tidak diketahui. [1, 2]

Seseorang yang secara tidak sengaja pernah bersentuhan dengan orang lain di keramaian kemudian menjadi terangsang secara seksual mungkin ingin mengulangi pengalaman ini.

Trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual atau gangguan kecemasan, bisa membuat perkembangan psikoseksual seseorang terhambat.

Orang-orang dengan kondisi ini mungkin merasa bersentuhan dengan orang yang tidak dikenal adalah suatu bentuk foreplay dan kedekatan. [1, 2]

Kemungkinan lain dari penyebab kelainan ini adalah si pelaku mungkin mengalami masalah dengan kasih sayang dan kedekatan secara seksual. Hal ini bisa disebabkan oleh anatomi otak yang tidak normal sehingga mempengaruhi kesehatan emosional dan kendali impulsnya. [1, 2]

Gejala-gejala parafilia seringkali tampak jelas muncul sebelum usia dewasa. Pria berusia antara 15 hingga 25 tahun adalah yang paling sering mengalami kondisi ini.

Diagnosa Froteurisme

Alasan mengapa jumlah pasti dari penderita kelainan ini tidak tercatat adalah karena sebagian besar orang yang mengalami froteurisme tidak memeriksakan diri atau menganggap kondisinya adalah sesuatu yang harus disembunyikan.

Namun, bila froteur memeriksakan kondisinya pada terapis atau ahli kesehatan mental lainnya, maka ia harus sangat jujur tetang perasaan dan tindakan-tindakannya.

Satu-satunya cara froteur bisa mendapatkan bantuan adalah bila terapis tahu seberapa jauh atau seberapa berat gangguan yang dialaminya.

Terapis akan memberikan beberapa jenis kuesioner untuk menegakkan diagnosa. Sesi pertama biasanya diawali dengan pemeriksaan riwayat kesehatan dan psikologis pasien. [2, 3]

Jika pernah didiagnosa dengan gangguan mental, maka informasi ini harus disampaikan pada terapis [2, 3]. Terapis kemudian akan menanyakan tentang riwayat seksual, termasuk tindakan-tindakan yang tidak biasa.

Pasien juga akan ditanya mengenai apa yang sering dipikirkannya, perasaan-perasaannya, serta tingkah lakunya sehari-hari dan apakah ada masalah yang diakibatkan oleh hal-hal tersebut dalam kehidupannya. [2, 3]

Perawatan dan Pengobatan Froteurisme

Orang yang mengalami kelainan froteuristis biasanya tidak mencari pengobatan untuk dirinya sendiri.

Mereka biasanya baru diobati setelah ditangkap atas tuduhan pelecehan seksual dan perawatan dilakukan atas perintah pengadilan.

Serta, karena froteur cenderung bergerak cepat di tempat yang ramai, ruang publik, dan seringkali berhasil menghilang atau berbaur dengan keramaian sebelum bisa ditangkap, maka informasi mengenai tingkat keberhasilan pengobatan yang tersedia sangat sedikit.

Standar perawatan bagi kelainan froteurisme termasuk pemberian obat dan psikoterapi. Obat-obatan seperti hormon dan antidepresan tertentu bisa digunakan untuk membantu menekan keinginan seksual. [1, 2, 3, 4]

Terapi tingkah laku kognitif dan pelatihan relaksasi bisa membantu mengendalikan dorongan seksual dan mengarahkan pikiran ke jalur sikap dan impuls seksual yang lebih baik. [1, 2, 3, 4]

Dua jenis obat yang bisa digunakan untuk mengobati gangguan ini adalah: [2, 3]

  • Antiandrogen untuk mengurangi kadar hormon pria
  • Obat-obatan golongan Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine akan meningkatkan serotonin dalam otak. Kadar serotonin yang rendah di otak bisa mengakibatkan meningkatnya dorongan seks. SSRI membantu mengurangi pikiran-pikiran obsesif dan sikap kompulsif selain juga mengurangi dorongan seksual

Tujuan utama dari terapi adalah mengajari pelaku bagaimana mengendalikan diri agar tidak menyentuh orang yang tidak dikenal bila timbul dorongan seksual.

Beberapa terapi pembentukan pikiran juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan ini:

  • Terapi Biofeedback

Pasien akan dipasangkan dengan mesin yang akan memberikan feedback berupa cahaya atau suara.

Pasien harus berusaha menahan feedback dalam rentang waktu tertentu saat ditunjukkan hal-hal yang merangsang secara seksual.

  • Covert Sensitization

Pasien akan diajak untuk melakukan relaksasi dan membayangkan hal-hal yang merangsang. Kemudian pasien akan diminta membayangkan sesuatu yang negatif, misalnya penis tersangkut di ritsleting celana, dan sebagainya.

Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien melakukan tindakan froteurisme dengan menghubungkannya dengan kemungkinan-kemungkinan negatif yang bisa terjadi.

  • Pembentukan Aversif dengan Bantuan

Pada terapi jenis ini, kejadian negatif akan disampaikan dalam bentuk nyata dan bukan hanya bayangan. Misalnya, terapis akan menyemprotkan bau-bauan tidak sedap, misalnya amonia, ke udara.

Tujuannya adalah supaya pasien bisa menghubungkan tindakannya yang menyimpang dengan sesuatu yang negatif sehingga akan menghindari keduanya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment