Penyakit & Kelainan

Gangguan Tidur: Jenis, Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidur adalah suatu proses biologis yang kompleks. Saat kita tidur, kita dalam keadaan tidak sadar, tetapi fungsi-fungsi otak dan tubuh tetap aktif.

Fungsi-fungsi ini bertugas melakukan sejumlah pekerjaan penting agar tubuh tetap sehat dan berfungsi dengan benar.

Penyebab Gangguan Tidur

Ada banyak masalah kesehatan, penyakit, dan kelainan yang bisa menyebabkan gangguan tidur. Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur terjadi akibat suatu masalah kesehatan, seperti: [2, 3]

  • Alergi dan masalah pernafasan. Alergi, flu, dan infeksi saluran nafas atas bisa membuat penderitanya kesulitan bernafas di malam hari sehingga mengakibatkan sulit tidur.
  • Sering buang air kecil. Dikenal juga dengan istilah nokturia, kondisi ini membuat penderitanya tidak bisa tidur nyenyak karena harus berkali-kali ke kamar mandi sepanjang malam. Ketidakseimbangan hormon dan penyakit saluran kencing bisa mengakibatkan gangguan ini.
  • Nyeri kronis. Rasa sakit yang terus menerus bisa menyebabkan seseorang sulit untuk tidur, bahkan menyebabkan penderitanya terbangun saat sudah mulai beristirahat. Beberapa hal umum yang bisa mengakibatnya nyeri kronis termasuk:
    • Arthritis
    • Sakit kepala
    • Nyeri punggung dan pinggang
    • Peradangan usus
    • Fibromyalgia
    • Sindrom kelelahan kronis
  • Stres dan kecemasan. Dua kondisi ini seringkali memberikan dampak buruk pada kualitas tidur karena membuat penderitanya sulit tertidur atau mengalami mimpi buruk bahkan berjalan dalam tidur.

Ada juga beberapa faktor yang bisa menyebabkan masalah tidur, termasuk:

  • Konsumsi kafein dan alkohol
  • Jadwal yang tidak tetap, misalnya shift kerja yang berubah-ubah
  • Penambahan usia. Semakin tua seseorang, semakin sedikit mereka bisa tidur nyenyak. Mereka juga lebih mudah terbangun di malam hari.

Gejala Gangguan Tidur

Gejala bisa berbeda tergantung dari seberapa berat gangguan yang terjadi dan jenisnya. Gejala dan tanda-tanda juga bisa berbeda bila gangguan tidur adalah efek samping dari gangguan kesehatan lainnya.

Tetapi, gejala-gejala umum dari gangguan tidur adalah: [2, 3]

  • Butuh waktu lebih dari 30 menit tiap malam untuk tertidur
  • Sering terbangun di malam hari dan kesulitan untuk tidur lagi
  • Sering mengantuk di siang hari dan sering tertidur tanpa sengaja
  • Bila tidur bersama orang lain, mereka akan mengatakan penderita sering mendengkur keras, tersedak, atau berhenti bernafas selama beberapa saat
  • Merasa ada yang gatal atau merayap di kaki dan tangan yang menyebabkannya harus digerak-gerakkan, terutama menjelang waktu tidur
  • Sering mengalami kelemahan otot yang tiba-tiba saat tertawa, marah, atau ketakutan
  • Merasa tidak bisa bergerak samasekali saat baru bangun tidur

Jenis-Jenis Gangguan Tidur

Saat kita tidak mendapat cukup tidur yang berkualitas, bukan hanya tubuh akan merasa lelah, tetapi juga akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental, cara berpikir, dan aktivitas harian.

Gangguan tidur adalah sejumlah kondisi yang menginterupsi pola tidur normal. Ada sekitar 80 gangguan tidur yang telah tercatat, namun berikut ini adalah yang paling umum terjadi: [1, 2, 3]

Insomnia

Insomnia ditandai oleh berulangnya kesulitan untuk tertidur atau tidur nyenyak sepanjang malam. Orang yang mengalami insomnia juga mengalami rasa kantuk yang sangat di siang hari serta gangguan kognitif lainnya ketika sedang terbangun.

Insomnia dianggap sebagai suatu kondisi kronis bila pasien menunjukkan gejala-gejala sulit tidur setidaknya tiga kali sehari selama setidaknya tiga bulan.

Berdasarkan data terbaru, sekitar satu per tiga orang dewasa mengalami salah satu bentuk insomnia berikut:

  • Sleep-onset insomnia, yaitu kesulitan untuk tertidur meskipun sudah sangat lelah
  • Sleep maintenance insomnia, yaitu kesulitan untuk tetap tertidur sepanjang malam
  • Insomnia campuran, yaitu gabungan dari dua jenis insomnia diatas

Insomnia bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti jet lag, stres dan kecemasan, hormon, atau masalah pencernaan. Kondisi ini juga bisa menjadi gejala dari suatu gangguan kesehatan.

Insomnia bisa menjadi masalah serius bagi kesehatan dan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan, dan berpotensi menyebabkan:

  • Depresi
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Mudah marah
  • Kenaikan berat badan
  • Kesulitan menyelesaikan pekerjaan atau tugas sekolah

Parasomnia

Parasomnia adalah istilah untuk sejumlah tingkah laku tidak biasa yang terjadi saat seseorang akan tidur, sedang tidur, atau saat fase transisi antara tidur dan bangun. Tingkah laku ini juga bisa terjadi di tahap tidur yang berbeda.

Parasomnia bisa terjadi pada tahap NREM (non-rapid eye movement), REM (fase tidur saat mimpi terjadi), dan ketika terbangun dari tidur. Tingkah laku yang terjadi termasuk: [1, 2, 3]

  • Berjalan sambil tidur
  • Bicara sambil tidur atau mengigau
  • Mimpi buruk
  • Mengompol
  • Menggemeretakkan gigi atau mengatupkan rahang keras-keras
  • Sleep paralysis, yaitu tubuh terasa lumpuh ketika baru bangun tidur, biasanya berlangsung hanya beberapa menit
  • Berhalusinasi

Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami kecemasan dan takut untuk tertidur.

Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur. Kondisi ini terjadi akibat penyumbatan di saluran nafas bagian atas.

Sleep apnea ditandai dengan berhentinya nafas saat seseorang tertidur. Ini adalah masalah kesehatan yang serius karena menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Penderita sleep apnea juga jadi sering terbangun di malam hari karena tersedak dan berusaha menarik nafas. Gejala umum lainnya adalah mendengkur dengan keras.

Seperti gangguan tidur lainnya, sleep apnea bisa menyebabkan kelelahan dan rasa kantuk yang sangat di siang hari, selain juga berbagai gangguan kognitif.

Kebanyakan kasus sleep apnea termasuk ke dalam salah satu dari dua kategori berikut:

  • Sleep apnea obstruktif (SAO), disebabkan oleh gangguan fisik yang menyebabkan tersumbatnya saluran nafas bagian atas. Gangguan ini bisa diakibatkan oleh:
    • Amandel yang besar
    • Penumpukan cairan dari gagal ginjal atau gagal jantung tahap lanjut
    • Sindrom genetik yang mempengaruhi struktur wajah, misalnya bibir sumbing
    • Orang obesitas dengan penumpukan lemak di sekitar leher juga berisiko terkena SAO
  • Sleep apnea sentral (SAS), terjadi bila otak berhenti mengirimkan sinyal ke otot yang bertugas mengendalikan pernafasan, sehingga penderitanya akan tersedak saat tidur di malam hari.
    • Sama dengan SAO, obesitas adalah faktor risiko yang paling umum pada kondisi ini.
    • SAS juga bisa terjadi pada orang-orang yang pernah mengalami stroke, infeksi otak, dan masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan batang otak.

Restless Leg Syndrome (RLS)

RLS atau sindrom kaki gelisah adalah perasaan tak terkendali yang menyebabkan penderitanya terus menggerak-gerakkan kaki.

Dorongan ini kadang-kadang disertai dengan sensasi gatal, tertusuk, dan nyeri di kaki. Meskipun gejala-gejala ini bisa muncul di siang hari, tetapi akan menjadi semakin parah di malam hari.

Penderita RLS biasanya mengalami dorongan paling kuat untuk menggerak-gerakkan kaki saat berada di tempat tidur, sehingga menyebabkan mereka sulit tertidur atau tidur nyenyak.

RLS seringkali berhubungan dengan gangguan kesehatan tertentu, termasuk ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan parkinson, tetapi penyebab pastinya tidak selalu diketahui. [2]

Hipersomnia

Gangguan tidur ini merujuk pada rasa kantuk dan lelah di siang hari meskipun sudah tidur cukup di malam hari.

Perasaan ini bisa mengakibatkan penderitanya tertidur tiba-tiba secara berulang, yang kemudian berisiko menyebabkan kecelakaan.

Beberapa orang yang menderita hipersomnia bisa merasakan serangan kantuk lebih dulu, sementara sebagian lainnya tiba-tiba saja tertidur.
Kondisi yang termasuk hipersomnia adalah: [1, 2, 3]

  • Narkolepsi, ditandai dengan hilangnya kontrol atas otot-otot disertai jatuh tertidur bila mengalami serangan emosi yang sangat (terlalu sedih, bahagia, dan sebagainya).
  • Hipersomnia idiopatik, serupa dengan narkolepsi, ditandai dengan rasa ingin tidur yang sangat kuat di siang hari meskipun sudah tidur cukup, namun tidak disertai cataplexy atau hilangnya kontrol otot akibat serangan emosi.
  • Sindrom Kleine-Levin, suatu kelainan langka yang membuat penderitanya tidur berlebihan, bisa sampai 20 jam sehari pada beberapa kasus.

Konsekuensi Kurang Tidur

Tidur membantu otak untuk tetap berfungsi dengan baik. Tidak cukup tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk bisa menimbulkan berbagai konsekuensi.

Yang paling jelas adalah rasa lelah, menurunnya energi, mudah marah, serta kesulitan berkonsentrasi. [1, 2, 3, 4]

Kemampuan untuk membuat keputusan dan mood juga akan dipengaruhi oleh kualitas tidur yang buruk. Gangguan tidur seringkali timbul bersamaan dengan gejala-gejala depresi atau kecemasan.

Kurang tidur atau terlalu banyak tidur telah diketahui berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes.

Gangguan tidur juga bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan seperti gagal jantung, osteoarthritis dan parkinson. [4]

Diagnosa Gangguan Tidur

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mencatat informasi mengenai gejala-gejala yang dialami pasien serta riwayat kesehatannya. Dokter juga mungkin akan melakukan berbagai tes, termasuk: [2, 3, 4]

  • Polisomnografi (PSG): Ini adalah tes yang dilakukan di laboratorium khusus penderita gangguan tidur untuk mengevaluasi kadar oksigen, gerakan tubuh, dan gelombang otak pasien saat tidur untuk menentikan bagaimana gangguan terjadi. Tes juga akan dilakukan di rumah dan digunakan untuk mendiagnosa sleep apnea.
  • Elektroensefalogram (EEG): Ini adalah tes yang digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik di otak dan mendeteksi masalah potensial yang berhubungan dengan aktivitas tersebut. Tes ini adalah bagian dari PSG.
  • Tes Tidur Laten Berganda: Tes ini dilakukan di siang hari sebagai penyerta dari PSG untuk membantu mendiagnosa narkolepsi.

Hasil dari tes-tes tersebut sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.

Pengobatan dan Pencegahan Gangguan Tidur

Perawatan untuk gangguan tidur bisa berbeda tergantung dari jenis gangguan dan penyebabnya.

Tetapi, secara umum, perawatan akan berupa kombinasi dari pengobatan secara medis dan perubahan gaya hidup.

Pengobatan Medis

Pengobatan untuk gangguan tidur bisa termasuk salah satu dari berikut ini:

  • Pemberian obat tidur
  • Pemberian suplemen melatonin
  • Pemberian obat untuk mengatasi alergi atau flu
  • Pemberian obat untuk masalah kesehatan yang dialami pasien
  • Pemasangan alat bantu pernafasan atau pembedahan (biasanya untuk sleep apnea)
  • Pelindung gigi (biasanya untuk mereka yang menggeretakkan gigi saat tidur)

Perubahan Gaya Hidup

Penyesuaian gaya hidup bisa sangat mempengaruhi kualitas tidur, terutama bila dilakukan bersamaan dengan pengobatan medis.

Perubahan gaya hidup ini juga bisa diterapkan untuk mencegah gangguan tidur terjadi. Hal-hal berikut bisa dicoba untuk dilakukan: [2, 3]

  • Mengonsumsi lebih banyak sayuran dan ikan, serta mengurangi gula
  • Mengurangi stres dan kecemasan dengan berolahraga teratur
  • Membuat dan mematuhi jadwal tidur yang teratur
  • Tidak terlalu banyak minum menjelang tidur
  • Membatasi asupan kafein, terutama di sore dan malam hari
  • Mengurangi penggunaan tembakau dan alkohol
  • Mengurangi konsumsi karbohidrat di malam hari
  • Menjaga berat badan tetap dalam rentang yang sehat berdasarkan konsultasi dengan dokter

Pergi tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari juga bisa secara signifikan memperbaiki kualitas tidur.

Meskipun di akhir pekan kita biasanya tergoda untuk bangun siang, tetapi sebaiknya jangan, karena bisa mempengaruhi siklus tidur menjelang hari Senin berikutnya.

1. Sleep Foundation. Sleep Disorders. OneCare Media Company.
2. Julie Roddick, Kristeen Cherney, Raj Dasgupta, MD. Sleep Disorders. Healthline; 2020.
3. U.S. Department of Health and Human Services. Sleep Disorders. Medline Plus.
4. Felix Torres, MD, MBA, DFAPA. What Are Sleep Disorders? American Psychiatric Association; 2020.

Share