6 Gejala Penyakit Usus Buntu Dan Pengobatannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Usus buntu sendiri sebenarnya merujuk pada organ pencernaan, di mana pada organ tersebut terdapat suatu saluran tambahan yang dalam istilah medis memiliki nama ‘appendix’ – dalam Bahasa Indonesia berarti ‘umbai cacing’. Lantas, penyakit yang sering dimaksud adalah penyakit yang menyerang saluran tersebut, atau disebut sebagai ‘appendicitis’. [1]

Appendicitis sendiri umumnya disebabkan oleh sumbatan yang terjadi di areal usus buntu. Sumbatan ini bisa dikarenakan adanya benda asing yang masuk ataupun adanya pembengkakan pada areal tersebut. Kondisi inilah yang apabila telat diketahui dan tidak segera mendapatkan penanganan dapat menyebabkan peradangan.[2]

Karenanya, beberapa gejala yang muncul pun bisa terbilang cukup spesifik dan bersifat terlokalisasi di areal yang bersangkutan. Maka untuk memahami gejala yang ada, berikut adalah beberapa simptoma yang biasa dialami penderita usus buntu.[1][2][3][4][5]

1. Sakit perut

Keluhan pertama dan yang paling sering dijadikan indikasi pada usus buntu adalah rasa nyeri di bagian perut bawah sebelah kanan. Pada fase-fase awal, areal bersangkutan menjadi sangat sensitif dan terdapat rasa sakit apabila terjadi adanya sentuhan. Namun pada kasus yang sudah lebih parah dan akut, rasa sakit yang menusuk akan berkelanjutan dan dapat sangat mengganggu bagi penderita.

2. Nafsu makan menurun

Gejala selanjutnya yang biasa dialami oleh penderita appendicitis atau usus buntu adalah menurunnya nafsu makan. Hal seperti ini biasa diidentikkan sebagai salah satu imbas penyakit yang menyerang sistem pencernaan. Selain itu, nafsu makan menurun juga bisa disebabkan oleh rasa sakit yang mencegah penderita untuk bebas beraktivitas.

3. Mual dan nyeri di bagian ulu hati

Mual dan rasa tidak nyaman di bagian ulu hati atau diafragma juga dapat menjadi salah satu gejala serta keluhan yang dialami penderita appendicitis. Keluhan ini pula yang biasa turut menjadi salah satu penyebab menurunnya nafsu makan. Rasa mual dan tidak nyaman tersebut dapat terjadi secara berkepanjangan dan menyebabkan komplikasi apabila tidak segera ditangani.

4. Muntah-muntah

Gejala di atas akan sangat identik dengan keluhan yang selanjutnya, yaitu muntah. Baik merupakan respons regurgitasi, kontraksi otot lambung, ataupun refluks, gejala ini sering dialami oleh penderita usus buntu. Selain juga dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dikarenakan asupan yang masuk menuju lambung akan kembali keluar, keluhan ini juga dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) apabila tidak segera mendapatkan penanganan medis.

5. Gangguan pencernaan

Dikarenakan appendicitis sendiri merupakan penyakit yang menyerang organ dan sistem pencernaan, maka gangguan pencernaan tentu akan sangat umum terjadi pada para penderitanya. Gangguan pencernaan yang dimaksud terjadi pada pola defekasi (buang air besar), di mana akan terjadi peningkatan ataupun penurunan frekuensi.

Peningkatan frekuensi defekasi atau biasa disebut dengan diare biasa diiringi dengan tekstur feses yang banyak mengandung cairan/terlalu encer. Sedangkan penurunan frekuensi atau konstipasi diiringi dengan tekstur feses yang terlalu padat dan cenderung keras.

6. Peningkatan suhu tubuh

Gejala yang terakhir adalah peningkatan suhu tubuh di atas ambang normal (39 derajat celsius). Naiknya suhu tubuh ini bisa saja terjadi secara menyeluruh, atau yang biasa disebut dengan demam (hipertermia), namun bisa juga terjadi di bagian tubuh tertentu sebagai suatu ciri inflamasi – juga dikenal dengan istilah pyrexia. Pyrexiaappendicitis umumnya terjadi pada areal appendix yang mengalami nyeri.

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Apabila membicarakan mengenai appendicitis atau usus buntu, penyakit ini sedikit berbeda dengan penyakit dan kelainan yang sudah pernah dibahas pada beberapa artikel situs ini sebelumnya. Pasalnya, usus buntu merupakan suatu penyakit yang terjadi bukanlah disebabkan oleh infeksi mikroorganisme atau keadaan fisik tertentu.[2]

Secara garis besar, usus buntu merupakan suatu peradangan (inflamasi) yang terjadi di areal saluran umbai cacing. Dilansir dari data yang ada, penyakit ini merupakan penyebab nomor satu dilakukannya tindakan operasi darurat pada anak-anak hingga orang dewasa dengan keluhan sakit di bagian rongga perut. [2]

Pada beberapa kasus, pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan terapi obat-obatan seperti pemberian antibiotik, analgesik, pereda nyeri, serta asupan cairan infus. Tren medis ini sendiri terbukti efektif dan sudah mulai banyak dilakukan pada berbagai penanganan kasus appendicitis. Namun opsi pengobatan seperti ini memiliki efikasi tinggi hanya pada kasus yang telah terdeteksi dini dan belum masuk ketahap akut. [1][2][3]

Dikarenakan sebagian besar kasus appendicitis atau usus buntu sering mengalami keterlambatan pendeteksian, menyebabkan mayoritas laporan penanganan yang tercatat dilakukan pada tahap tindakan emerjensi. Dalam hal ini, operasi pengambilan/pemotongan appendix atau appendicectomy perlu dilakukan.[1][2]

Dewasa ini, tindakan tersebutbanyak dilakukan dengan metode laparoskopi atau penggunaan alat laparoskop. Alat ini biasa dimasukkan ke dalam bagian tubuh pasien guna memudahkan tenaga medis dalam mengakses organ dalam tanpa harus membuat sayatan besar.[3][4]

Didukung dengan ilmu medis serta teknologi yang maju, berbagai tindakan pengobatan di atas sudah memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Dengan memahami penyakit serta berbagai gejala yang ditimbulkannya, diharapkan penanganan yang tepat, hemat, dan cepat dapat dilakukan sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan lagi.

By: Sir Lord Artaz Gang

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment