Mengenal 5 Jenis Luka Inner Child

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Manusia akan selalu tumbuh, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, kemudian orang dewasa dan lansia.

Dalam tumbuh kembang manusia, dari lahir hingga menjadi tua, terdapat inner child yang tak banyak disadari oleh diri manusia itu sendiri [1,2,3,4].

Di dalam hampir setiap manusia pasti ada inner child atau anak batiniah, yakni kepribadian seseorang yang berperasaan atau bahkan bereaksi seperti anak kecil walau sudah setua apapun [1,2,3,4].

Inner child sendiri bukan sebuah luka batin, sebab hal tersebut diistilahkan sebagai inner child wounds atau luka anak batiniah [1,2,3,4].

Luka inner child akan tinggal dan bertahan di dalam diri manusia, bisa dalam waktu yang lama, tapi juga bisa dalam waktu sebentar [1,2,3,4].

Ada orang-orang yang bisa mengatasi dan menghilangkan luka inner child tersebut secara cepat, tapi ada pula orang-orang yang justru menjadi semakin buruk dalam perilaku dan sikap ketika luka inner child belum dibereskan [1,2,3,4].

Agar dapat mengatasi masalah inner child yang bisa berdampak negatif pada hidup kita, ketahui beberapa jenis luka inner child sebagai berikut.

1. Luka Akibat Pelecehan Seksual (Sexual Wound)

Luka inner child yang cukup umum adalah luka yang diakibatkan oleh pelecehan maupun kekerasan seksual [4,5].

Hal ini kemudian dapat memicu seseorang tumbuh dengan ketidakmampuan atau kesulitan dalam memercayai orang lain [5].

Biasanya, pelecehan dan kekerasan seksual juga membuat seseorang sulit untuk merasa nyaman dengan keintiman, terutama keintiman dalam bentuk sentuhan fisik [5].

Seseorang dengan luka inner child seperti ini biasanya akan tumbuh dewasa bersama ketidaknyamanan dalam dirinya terutama saat menerima sentuhan ringan maupun kasual [5].

Tidak hanya merasa tidak nyaman dengan lawan jenis, sentuhan fisik adalah bentuk keintiman yang “mengganggu” bahkan ketika dilakukan oleh sesama jenis [5].

Bila tidak mendapat penanganan dan pemulihan diri, luka inner child ini dapat membuat seseorang beranjak dewasa dengan kesulitan memercayai pasangan saat melakukan hubungan seksual [5].

2. Luka Akibat Pengabaian (Neglect Wound)

Luka inner child lainnya yang juga dapat dibawa oleh individu sampai dewasa adalah luka akibat pengabaian di masa kecil [4,5].

Pengabaian dapat merujuk pada ketiadaan peran orang tua maupun pengasuh dalam tumbuh kembang individu [4,5,6].

Dari masa kecil atau mudanya, seseorang bisa saja ditinggal pergi oleh orang tua dan di sekelilingnya tidak memiliki peran orang dewasa sebagai pengasuh [5,6].

Luka seperti ini dapat meningkatkan risiko timbulnya rasa takut ditolak saat menjalin hubungan di masa mendatang [5,6].

Seseorang dengan luka inner child akibat pengabaian akan mudah berpikiran negatif terhadap perkataan maupun tindakan orang lain yang sebenarnya tidak bermaksud negatif [5].

Individu dengan luka akibat pengabaian di masa kecil umumnya akan tumbuh menjadi pribadi yang ingin selalu dekat dan lengket dengan pasangannya untuk menghabiskan waktu bersama [5].

Hal ini dapat sampai di tahap individu akan menempel dan tidak membiarkan pasangannya memiliki waktu sendiri sehingga lama-kelamaan pasangannya merasa risih dan menarik diri [5].

Niat menempel pada pasangan bisa disebabkan oleh trauma penolakan di masa kecil yang tentunya dapat berakibat buruk pada hubungan-hubungan di masa depan [5].

3. Luka Akibat Kekerasan Fisik (Physical Wound)

Luka akibat kekerasan fisik kerap terjadi pada anak-anak, entah itu dilakukan oleh saudara atau orang terdekat, bahkan bukan tidak mungkin oleh orang tua kandungnya sendiri [4,5].

Anak dengan luka batin akibat kekerasan fisik akan tumbuh dengan rasa tidak aman dan kesulitan untuk memercayai siapapun [4,5].

Dampak dari luka inner child ini sama seperti dampak dari luka akibat pelecehan dan kekerasan seksual [4,5].

Individu menjadi lebih sulit dalam memercayai pasangannya di masa mendatang bahkan usai menikah untuk melakukan hubungan intim [4,5].

Walau sentuhan fisik yang lembut dan tidak berbahaya sekalipun, hal ini akan dianggap sebagai hal tidak nyaman bagi pemilik jenis luka inner child ini [4,5].

4. Luka Emosional (Emotional Wound)

Luka emosional juga menjadi salah satu jenis luka inner child yang kerap dibawa banyak orang [5,7].

Emosi dan perasaan yang tidak tervalidasi sejak kecil, kerap diabaikan, dan ditolak menjadikan individu memiliki kesulitan dalam menjaga kondisi emosional yang stabil [5,7].

Luka inner child ini mampu membuat individu mengekspresikan emosinya dengan baik [5,7].

Seringkali, orang-orang dengan luka emosional akan lebih menutup diri dan tidak mudah menceritakan masalah dan bebannya kepada orang lain walau di tengah stres berat [5,7].

Pribadi dengan luka emosional juga cenderung lebih menjaga jarak serta membatasi dirinya saat berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain [5,7].

Buruknya, hal ini bisa membuat orang lain yang tidak terlalu memahami akan mudah salah paham dan memicu konflik [5].

5. Luka Akibat Kekerasan Secara Verbal (Verbal Wound)

Luka akibat kekerasan secara verbal adalah jenis luka inner child yang disebabkan oleh kata-kata meremehkan, mempermalukan, dan mengolok yang dilontarkan oleh orang-orang terdekat (terutama keluarga) kepada individu saat masih kecil [5].

Seseorang yang dikritik dan dipermalukan terus-menerus akan membuat pribadi orang tersebut mudah kehilangan rasa percaya diri dan memiliki citra maupun harga diri yang rendah [5].

Luka inner child jenis ini juga mudah menyebabkan seseorang defensif dan marah saat dikritik [5].

Demikian beberapa jenis luka inner child yang perlu diketahui.

Dengan mengetahui setiap jenisnya, kita dapat memahami jenis luka inner child yang diri kita bawa dan cara untuk mengatasinya sesuai jenis.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment