4 Jenis Penyakit Herpes

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Penyakit herpes merupakan penyakit yang menyerang kulit karena disebabkan virus herpes yaitu herpesviridae dan dapat menimbulkan rasa sakit karena terluka, atau melepuh[1].

Penyakit herpes bisa muncul pada bagain mulut, permukaan kulit, area genital, anal, atau seluruh tubuh tergantung penyebabnya[1].

Perlu diwaspadai karena virus ini dapat menyerang siapa saja. Penyakit herpes yang cepat menyebar merupakan akibat dari kontak langsung dengan penderita yang terkena infeksi virus[1].

Apalagi jika dalam kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemah, ini menjadi rentan terserang penyakit ini[1].

Umumnya, infeksi virus herpes memiliki tanda kulit kering, gatal, hingga mengalami luka lepuh atau terbuka dan berair. Jenis virus herpes yang cenderung menyerang tubuh adalah Herpes Simplex Virus (HSV) dan varicella- zoster virus[1].

Berikut 4 jenis penyakit herpes yang berisiko menyerang anggota tubuh karena infeksi virus:

1. Penyakit herpes simpleks

Penyakit herpes simpleks disebabkan infeksi virus herpes simpleks 1 dan 2. Ini mengarah pada penyakit herpes oral yang mempengaruhi bagian mulut dan herpes genital berpengaruh pada area genital[2].

Perlu hati-hati dengan penyebaran penyakit ini, karena dapat tertular melalui kontak oral-ke-oral, seperti air liur, luka di sekitar mulut atau kontak seksual yang menyebabkan herpes genital[2].

Itu semua dapat ditularkan bahkan jika seseorang terlihat dalam kondisi normal dan sering ditularkan tanpa adanya gejala[2].

Masa kanak-kanak cenderung terinfeksi virus herpes simpleks 1. Sedangkan orang dewasa yang berumur 15-49 tahun cenderung mengalami penyakit herpes genital karena terinfeksi virus herpes simpleks 2[2].

Sebagian besar infeksi herpes oral tidak menunjukkan gejala, beberapa ada yang menyebabkan luka terbuka di dalam atau sekitar mulut, mengalami kesemutan, atau gatal. Gejalanya dapat kambuh secara berkala[2].

Herpes genital memiliki gejala seperti luka, bisul pada area genital atau tanpa gejala. Selain itu, gejala infeksi dapat menyebabkan demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri pada tubuh[2].

Kemungkinan komplikasi infeksi virus herpes simpleks 1 berisiko pada penyakit HIV. Infeksi virus herpes simpleks 2 dapat berisiko komplikasi infeksi otak atau diseminata[2].

Orang yang terinfeksi dengan gangguan kekebalan dapat mengalami gejala parah dan lebih sering kambuh[2].

2. Cacar air

Herpes zoster yang memicu penyakit cacar air disebabkan infeksi Human Herpes Virus 3 (HHV-3) atau virus varicella-zoster[3].

Penyakit ini dapat dialami pada anak-anak atau orang dewasa. Ditandai dengan ruam pada kulit, lepuh, berwarna merah, gatal, atau pada kondisi tertentu berair yang dapat menyebabkan rasa sakit[3].

Cacar air pada anak-anak umumnya ringan. Namun, dalam kondisi parah dapat menyebar ke mata, hidung, mulut, atau bagian tubuh yang penting lainnya[3].

Gejala cacar air muncul dalam waktu 10 hingga 21 hari setelah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi virus varicella-zoster. Kebanyakan masa penyembuhan penyakit ini sekitar 2 minggu[3].

Orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah berisiko rentan terkena komplikasi cacar air daripada anak-anak[3].

Jika seseorang sudah terkena cacar air, virus varicella-zoster menetap di sel saraf selama bertahun-tahun. Itu dapat kambuh dan menyebabkan herpes zoster  yaitu kondisi lecet pada kulit yang menyakitkan[3].

3. Roseola

Roseola adalah jenis penyakit herpes pada anak-anak di bawah usia 2 tahun yang disebabkan Human Herpes Virus 6 (HHV-6) atau Human Herpes Virus 7 (HHV-7)[4].

Virus ini juga dapat dialami orang yang menerima transplantasi organ. Penyakit ini berisiko paling tinggi pada bayi karena belum memiliki antibodi terhadap virus[4].

Roseola ditandai dengan tidak adanya gejala selama 5-15 hari setelah terinfeksi virus, ruam kemerahan yang menonjol di leher dan badan, mengalami demam tinggi, batuk, diare, kelopak mata bengkak atau turun ke bawah, mudah gelisah[4].

Seperti penyakit virus lainnya, ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak oral atau sekresi pernapasan yang terinfeksi[4].

Dampak yang dapat di timbulkan dari penyakit ini karena demam yang sangat tinggi penderita mengalami kejang-kejang. Pingsan untuk waktu singkat pada anak-anak[4].

Bisa kemungkinan bagian lengan dan kaki tersentak selama beberapa detik atau menit, dan mengalami hilang kendali[4].

4. Epstein-Barr Virus (EBV) – Mononukleosis

Epstein-Barr Virus atau Human Herpes Virus 4 (HHV-4) adalah virus yang menyebabkan infeksi mononukleosis[5].

Penyebaran dari jenis penyakit ini dapat melalui air liur atau penggunaan barang pribadi secara bersamaan dengan orang yang terinfeksi virus ini, seperti sikat gigi atau peralatan makan yaitu minum dari gelas yang sama[5].

Ini juga dapat ditemukan dalam air mani dan darah. Artinya penyebaran dapat terjadi melalui transfusi transplantasi organ, darah, atau seks. Gejala pada anak-anak yang terinfeksi virus akan mengalami pilek atau flu[5].

Pada remaja atau orang dewasa, gejala meliputi deman, penurunan nafsu makan, kelelahan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher (getah bening atau amandel) sakit kepala, ruam kulit, lemas dan nyeri pada bagian tubuh[5].

Jika terinfeksi EBV, gejala-gejala penyakit ini biasanya hilang dengan sendiri selama empat hingga enam minggu[5].

Perlu diketahui, infeksi EBV yang dikenal dapat menyebabkan mononukleosis, juga memicu penyakit lain meskipun lebih jarang seperti anak-anak yang mengalami infeksi telinga dan diare, sindrom Guillain Barre (kelainan langka pada sistem kekebalan sehingga seseorang mengalami kerusakan saraf dan dapat menyebabkan kelemahan otot hingga kelumpuhan), kanker tertentu seperti kanker hidung atau tenggorokan[5].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment