Laparotomi: Jenis, Tujuan dan Prosedur

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Laparotomi?

Laparotomi merupakan pembedahan dengan metode insisi (sayatan) ke rongga perut. Operasi dilakukan untuk memeriksa organ di dalam rongga perut dan membantu diagnosis masalah medis yang terjadi pada daerah tersebut, termasuk nyeri perut. [1]

Laparotomi merupakan prosedur yang jamak dilakukan di Inggris. Operasi ini dilakukan sekitar 30 ribu- 50 ribu kali setiap tahunnya. Laparotomi dilakukan dengan membuat sayatan besar pada rongga perut untuk mendapatkan akses ke dalam rongga peritoneal. [2]

Selain untuk mendiagnosis, laparotomi digunakan sebagai penanganan terhadap masalah medis. Beragam alasan membuat dokter melakukan laparotomi. Beberapa di antaranya adalah trauma pada rongga perut, peritonitis (peradangan pada dinding dalam pada rongga perut), nyeri perut, dan lain-lain. [3]

Jenis Laparotomi

Ada beberapa jenis sayatan dalam laparotomi, yakni: [3]

  • Midline. Sayatan dibuat di tengah rongga perut. Ini merupakan sayatan standar untuk laparotomi. Jika seseorang hanya membutuhkan operasi pada perut bagian atas, sayatan tidak akan dibuat sepanjang rongga perut.
  • Paramedian. Sayatan paramedian merupakan sayatan vertikal. Sayatan ini dibuat di sebelah sayatan midline. Jenis sayatan ini memberikan ahli bedah akses terhadap ginjal dan kelenjar adrenal.
  • Tranverse. Sayatan jenis ini adalah sayatan horizontal. Ahli bedah memilih menggunakan cara ini karena hanya memberikan kerusakan kecil pada saraf yang terdapat pada otot perut. Luka akibat sayatan ini sembuh dengan baik.
  • Pfannestiel. Ahli bedah menggunakan sayatan ini untuk mengakses wilayah pelvis, misalnya dalam kasus persalinan caesar darurat.
  • Subcostal. Sayatan subcostal yakni sayatan diagonal di salah satu sisi perut bagian atas. Ahli bedah menggunakan cara ini untuk mendapatkan akses ke kandung kemih atau hati pada sisi kanan atau limpa pada sisi kiri.
  • Rooftop (chevron). Jika ahli bedah membuat sayatan subcostal di kedua sisi perut bagian atas maka pertemuaan antara kedua sayatan ini disebut sebagai sayatan rooftop.

Tujuan Laparotomi

Laparotomi dilakukan untuk mengatasi hal berikut: [4]

  • Trauma pada rongga perut (misalnya akibat kecelakaan)
  • Pendarahan yang tidak diketahui alasannya
  • Nyeri hebat
  • Nyeri yang tidak diketahui alasannya
  • Kanker yang belum diketahui penyebarannya
  • Peritonitis, peradangan pada dinding dalam rongga perut
  • Infeksi pada rongga perut
  • Perforasi pada organ dalam perut

Prosedur Laparotomi

Laparotomi merupakan pembedahan mayor. Di rumah sakit, jantung dan paru-paru Anda akan diperiksa untuk memastikan keamanan penggunaan anestesia umum. Selang intravena akan dimasukkan ke dalam lengan atau tangan Anda. Tanda vital Anda akan diawasi. Anda juga mungkin membutuhkan alat bantu napas atau kateter. [5]

Selama prosedur berlangsung, Anda akan tidak sadarkan diri. Sehingga Anda tidak akan merasakan apapun. [5]

Sebelum dibedah, kulit Anda akan diberikan disinfektan. Sayatan vertikal panjang akan dibuat pada perut Anda. Dokter bedah akan memeriksa kerusakan atau penyakit yang terdapat di rongga perut. Jika terdapat jaringan mencurigakan, contoh jaringan akan diambil untuk prosedur biopsi. [5]

Jika penyebab masalah dapat ditentukan selama proses bedah, maka dapat diatasi saat itu juga dengan prosedur bedah. [5] Bila dokter tidak dapat melakukan diagnosis selama operasi maka Anda akan membutuhkan operasi ulang. [3]

Setelah selesai, sayatan akan ditutup dengan jahitan atau staples. Anda akan dibiarkan dengan alat penguras sementara untuk mengeluarkan kelebihan cairan. Anda akan menginap di rumah sakit selama beberapa hari. [5]

Kemungkinan Komplikasi Laparotomi

Kemungkinan komplikasi dari prosedur laparotomi dapat terjadi pada daerah tubuh yang dibedah saja atau terjadi umum. Akan tetapi, biasanya dipengaruhi oleh faktor pada saat operasi. Misalnya, dapat dikelompokkan sebagai faktor terkait pasien atau bergantung pada ahli bedah. [2]

Oleh karena itu, harus dipertimbangkan ke dalam operasi itu sendiri. Berikut ini daftar kemungkinan komplikasi dari prosedur laparotomi: [1,2,5]

  • Hemoragia (pendarahan)
  • Kerusakan organ dalam
  • Pembentukan jaringan parut internal (adhesi)
  • Tersumbatnya usus atau nyeri pada perut bagian bawah, yang mungkin disebabkan oleh adhesi
  • Infeksi
  • Memar
  • Seroma/ hematoma
  • Terbukanya jahitan
  • Nekrosis (kematian jaringan)
  • Hernia insisional
  • Nyeri kronis
  • Mati rasa pada kulit
  • Terbentuknya fistula (struktur seperti pipa) dengan organ yang ada di baliknya
  • Peningkatan tekanan kompartemen intra abdomen
  • Bekas luka yang buruk
  • Reaksi buruk terhadap anestesia

Laparotomi akan menimbulkan bekas luka berwarna merah, terasa menyakitkan, dan menonjol di atas permukaan kulit perut. Dibutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu agar luka tersebut sembuh. Pada beberapa kasus, bekas luka itu akan hilang seiring waktu berjalan namun umumnya bekas luka bersifat permanen. [3]

Beberapa orang mengalami adhesi pada rongga perut setelah operasi laparotomi. Adhesi adalah melekatnya jaringan parut di dalam rongga perut. Adhesi rongga perut umum terjadi setelah laparotomi. [3]

Adhesi dapat berujung pada komplikasi yaitu sumbatan. Komplikasi sumbatan atau obstruksi ini terjadi pada usus. Pada wanita, adhesi dapat menghalangi area sistem reproduksi dan menyebabkan kemandulan. [3]

Pemulihan Laparotomi

Karena orang menjalani prosedur laparotomi dengan berbagai alasan, maka waktu pemulihan juga berbeda setiap kasusnya. Banyak faktor lain seperti usia dan kondisi kesehatan umum juga akan menentukan berapa lama masa pemulihan. [3]

Anda dapat mengambil beberapa langkah berikut di rumah untuk memberikan masa istirahat dan pemulihan pada tubuh: [3]

  • Beristirahat sebanyak mungkin selama beberapa hari sampai beberapa minggu bergantung pada anjuran dokter
  • Tetap bergerak dan melakukan latihan yang telah ditetapkan oleh dokter
  • Bila memungkinkan meminta bantuan orang di sekitar untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas harian
  • Mengikuti seluruh panduan menu makanan dari dokter
  • Mengonsumsi obat seperti yang diresepkan dokter
  • Menghindari seluruh kegiatan mengangkat beban berat termasuk mendorong dan menarik barang, aktivitas seksual, dan berenang selama 6 minggu

Adalah hal yang biasa bila Anda merasa lelah dan memiliki tingkat energi yang rendah selama masa pemulihan, karena tubuh sedang menyembuhkan diri. Merupakan hal yang agak umum untuk merasakan emosi yang naik turun dan mengalami kesulitan tidur. [3]

Anda tidak akan bisa mengendarai selama masa pemulihan. Alasannya bisa karena obat yang dikonsumsi atau memberikan tubuh untuk waktu menyembuhkan diri. [3]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment