Di masa pertumbuhan mereka, anak-anak cenderung lebih senang bermain daripada belajar. Meski begitu, bukan berarti mereka tidak bisa mengasah otak mereka. Itulah mengapa orang tua harus tahu mainan yang mendidik untuk anak agar mereka bisa tetap belajar selama bermain.[1]
Menggunakan mainan yang mendidik bisa membantu anak mempelajari banyak keterampilan yang akan butuh kan nantinya. Mainan mendidik juga bisa membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan motorik.[1]
Di bawah ini ada beberapa jenis mainan mendidik untuk mengasah otak yang bisa orang tua berikut pada anak;
- Mainan Push and Pull
Saat anak sudah mulai bergerak, mereka akan mencoba menarik dan mendorong barang-barang di sekitar mereka. Mainan yang satu ini bisa membantu anak dalam membentuk otot di tangan dan kaki mereka.[1]
Anak juga bisa melatih kemampuan koordinasi dan keseimbangan mereka saat mereka menarik dan mendorong mainan ini. Orang tua juga bisa membantu anak dalam mengasah bahasa dengan mengenalkan kata arah seperti kiri, kanan, putar balik dan belok.[1]
- Ring Tower
Ini adalah permainan di mana anak bisa menumpuk cincin berwarna-warni ke dalam kerucut. Saat pertama kali bermain, anak mungkin hanya menumpuk cincin secara asal-asalan, tapi dengan berjalannya waktu, anak akan mulai menumpuk sesuai urutan.[1]
Hal ini karena saat menumpuk cincin, otak anak akan mulai terasah dan mereka bisa mengenali bentuk dan warna dengan baik. Anak juga bisa belajar angka saat orang tua membantu anak menumpuk cincin sambil berhitung.[1]
- Bola
Mainan yang satu ini sangat populer untuk anak-anak. Dengan bola, anak bisa mengembangkan kemampuan menggenggam, otot jari, koordinasi antara mata dan tangan serta bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain.[2]
Orang tua bisa mulai memberi anak mainan bola sejak bayi karena bola bisa dengan cepat membangun keterampilan motorik anak. Bola yang bisa dipilih untuk bayi adalah bola yang cukup besar sehingga tidak bisa ditelan bayi.[2]
Saat anak mulai tumbuh, orang tua bisa memberi bola yang lebih besar. Pilih bola yang ringan sehingga bola bisa dimainkan di dalam dan luar rumah. Bola yang ringan juga tidak akan menyakiti anak dan orang sekitar.[2]
- Mainan Balok
Mainan balok bisa terbuat dari plastik atau kayu. Anak bisa membuat gedung atau rumah-rumahan dengan menyusun balok yang tersedia, hal ini akan membangun imajinasi dan kreativitas anak.[2]
Kemampuan anak dalam memecahkan masalah pun jadi ikut terasah. Saat anak merasa kesulitan dalam menyusun balok karena ukuran atau bentuk yang tidak sesuai, anak akan berusaha mencari cara untuk mengatasinya.[2]
Jika anak bermain balok bersama teman, mereka akan mulai belajar bekerja sama dan berbagi. Anak jadi mudah dalam membentuk pertemanan dan bisa lebih percaya diri.[2]
- Puzzle
Puzzle ada dalam berbagai jenis, bentuk, bahan dan tingkat kesulitan. Ada banyak manfaat yang bisa anak dapatkan dengan bermain puzzle. Anak bisa memulai puzzle dari yang paling mudah sampai yang sulit.[3]
Beberapa manfaat yang bisa didapat anak adalah kemampuan mengatasi masalah dan koordinasi antara mata dan tangan. Anak belajar mengatasi masalah saat mereka menyusun puzzle karena mereka harus menemukan potongan yang sesuai agar puzzle terbentuk.[3]
Menyatukan puzzle juga akan membuat koordinasi mata dan tangan meningkat. Anak akan mencari bentuk dan tempat yang sesuai kemudian menempatkan potongan puzzle itu dengan presisi.[3]
- Flash Card
Mainan ini bisa menjadi pilihan orang tua dalam memulai pelajaran sambil bermain dengan anak. Karena bentuknya simple dan memiliki penjelasan yang ringan, anak bisa belajar dengan mudah. Gambar lucu dan warna-warni pada flash card juga akan memudahkan anak dalam mengingat.[4]
Flash card memiliki banyak tema, tergantung orang tua mau memulai dari mana. Jika ingin anak mempelajari hewan, orang tua bisa memilih flash card tentang hewan.[4]
Penggunaan flash card secara berulang-ulang akan membangun kemampuan mengingat anak secara alami dan membuat mereka mampu mempelajari hal-hal baru. Orang tua bisa menambah flash card dengan tema lain agar pembelajaran anak terus meningkat.[4]
- Jenga
Jenga adalah permainan di mana pemainnya mengeluarkan satu balok secara bergiliran dari menara yang terbuat dari balok. Pemain juga harus memakai strategi dalam mengambil balok agar menaranya tidak roboh.[5]
Bermain jenga bisa membantu anak dalam mengasah kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dan membuat strategi. Tidak hanya itu, anak juga jadi lebih berkonsentrasi dan mengerti pentingnya kesabaran.[5]
Anak bisa bermain jenga bersama teman atau keluarga. Bermain bersama-sama akan membuat anak mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain.[5]
- Lego
Agar lego bisa digunakan dengan baik, ada instruksi yang harus dilakukan. Mengikuti instruksi akan membuat anak belajar menjadi pendengar. Selain itu, anak juga bisa mengasah otak mereka dengan mengartikan instruksi yang diberikan.[6]
Lego juga memberi anak tempat untuk berkreasi. Jika anak tidak ingin terus mengikuti instruksi, mereka bisa mengekspresikan keinginan mereka dengan menciptakan apa pun yang mereka mau.[6]
- Bermain Peran
Bermain peran bisa membantu anak dalam memahami dunia dan lingkungan di sekitar mereka. Permainan seperti masak-masakan, menjadi dokter, atau pekerjaan lainnya bisa mengembangkan keterampilan sosial dan bahasa anak.[7]
Lewat permainan peran itu, anak bisa menciptakan dunia imajinasi dengan karakter dan skenario yang mereka buat sendiri. Memainkan suatu peran akan membuat anak belajar tentang empati dan sudut pandang yang berbeda.[7]
Mereka juga jadi tahu mengenai fungsi suatu barang. Dalam masak-masakan contohnya, anak jadi mengenal peralatan masak dan kegunaannya.[7]
- Mainan Alfabet dan Angka
Sebelum anak mulai belajar membaca dan menghitung, orang tua bisa mengenalkan alfabet dan angka pada anak lewat mainan. Anak bisa mudah mengingat huruf dan angka karena warna yang beragam dari mainan alfabet dan angka.[8]
Orang tua bisa mulai dengan mengenalkan beberapa huruf dan angka terlebih dahulu dan menambahnya seiring berjalannya waktu. Saat anak sudah mulai hafal, anak bisa mulai belajar merangkai alfabet menjadi kata.[8]
Untuk menghitung, orang tua bisa melakukan pertambahan dan pengurangan bersama-sama dengan anak dan membantu anak saat mereka mulai merasa kesulitan.[8]