Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Nyeri sendi dalam bahasa medis disebut dengan artralgia. Nyeri sendi dapat disebabkan oleh obesitas (akibat tekanan tubuh yang terlalu besar pada sendi), komplikasi akibat trauma pada sendi, keseleo, peradangan
Daftar isi
Nyeri sendi merupakan kondisi di mana sendi (jaringan yang bertugas menjadi penghubung dua tulang dan membantu gerakan keduanya agar baik) merasakan sakit dan tidak nyaman [2,6,19].
Di seluruh tubuh manusia tentunya terdapat sendi, seperti pada leher, jari, siku, bahu, rahang, lutut, dan pinggul.
Nyeri sendi sendiri merupakan gejala dari beberapa penyakit yang kita sudah kenal secara umum, seperti arthritis dan bursitis.
Arthritis adalah kondisi peradangan sendi, sementara bursitis adalah peradangan bantalan sendi atau bursa.
Nyeri sendi dapat disebabkan oleh peradangan atau penyakit degeneratif, dan kondisi ini pun dapat bersifat akut (singkat) atau justru berkepanjangan (kronis), serta dapat bersifat ringan atau justru sangat berat [19].
Tinjauan Nyeri sendi merupakan sebuah kondisi ketika sendi terasa sakit dan mengalami ketidaknyamanan yang bisa saja bersifat ringan ataupun berat.
Berbagai kondisi dapat menjadi penyebab sendi terasa nyeri, seperti radang pada sendi, radang tulang, tendon, ligamen dan bursa, serta cedera dan penyakit sendi tertentu.
Menurut jumlah sendi yang nyeri dan letak sendi, berikut ini adalah beberapa jenis kondisi yang menjadi penyebab utamanya.
Nyeri pada sendi dapat terjadi di beberapa sendi dan beberapa kondisi penyebab paling umum dari kondisi ini adalah [2,3,4] :
Gangguan pada jaringan lain yang berada di sekitar sendi juga dapat menyebabkan sendi ikut terasa nyeri, seperti beberapa kondisi di bawah ini [2,5] :
Nyeri sendi juga dapat dialami hanya pada satu sendi dan sejumlah kondisi di bawah ini berpotensi menjadi penyebabnya [2,6,7,8] :
Hanya saja, kondisi patah tulang, nekrosis avaskular, dislokasi sendi, septic arthritis, dan hemofilia merupakan penyebab nyeri sendi yang sangat jarang dijumpai.
Untuk penyebab paling umum dari nyeri sendi, baik di satu atau beberapa sendi, osteoarthritis adalah yang paling sering terjadi pada orang tua atau lansia [1,2].
Tinjauan Penyebab nyeri sendi sangat beragam, tergantung dari lokasi dan juga berapa sendi yang mengalami nyeri. Penyebab nyeri sendi terbagi menjadi beberapa kondisi, penyebab yang berasal dari jaringan sekitar sendi, penyebab beberapa sendi yang nyeri, dan penyebab satu sendi yang nyeri.
Walau nyeri sendi dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia, sejumlah faktor di bawah ini mampu meningkatkan potensi penyakit ini, yaitu [1,2,5] :
Nyeri sendi memang merupakan gejala dari sejumlah penyakit, namun yang menjadi tanda bahwa seseorang mengalami nyeri sendi adalah ketika sendi terasa sakit serta tidak nyaman.
Keluhan nyeri sendi ini umumnya disertai dengan beberapa gejala lain, seperti [2,6,7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika rasa sakit terus memburuk dan pergerakan sendi semakin tidak nyaman, pastikan segera ke dokter.
Pastikan untuk memeriksakan diri apabila beberapa hal di bawah ini turut dialami [2,9] :
Segera periksakan diri ke IGD jika beberapa kondisi di bawah ini dialami [10] :
Tinjauan Walau nyeri sendi sendiri merupakan gejala dari beberapa penyakit, nyeri sendi ini pun dapat memiliki tanda. Beberapa keluhan yang terjadi pada nyeri sendi adalah sendi kaku, gerakan tubuh terbatas akibat kekakuan sendi, sendi bengkak, sendi kemerahan, sendi ketika disentuh terasa sakit, sendi terasa hangat, hingga kesulitan berjalan, terutama bila sendi lutut yang terasa nyeri.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, maka dokter akan segera melakukan beberapa metode pemeriksaan sebagai berikut untuk mendeteksi penyebabnya :
Dokter lebih dulu akan menanyakan kepada pasien mengenai keluhan gejala yang dirasakan secara detail [2,6].
Dokter juga perlu mengetahui apakah pasien memiliki riwayat kecelakaan atau cedera.
Selain itu, dokter akan bertanya mengenai riwayat medis apa yang pasien miliki serta obat apa saja yang sedang digunakan.
Pada pemeriksaan ini, dokter perlu mengecek apakah pasien mengalami keterbatasan gerak tubuh karena rasa nyeri sendi [2,6].
Dokter juga akan mendeteksi adanya perubahan warna, bentuk serta dan pembengkakan pada sendi yang dikeluhkan nyeri oleh pasien.
Pemeriksaan riwayat gejala dan fisik saja biasanya belum cukup untuk menghasilkan diagnosa akurat [9].
Maka sebagai tes penunjang, dokter akan meminta pasien menempuh tes urine dan tes darah untuk mengecek kadar asam urat.
Karena nyeri sendi dapat berkaitan dengan patah tulang, dokter perlu memeriksa kondisi tulang pasien dengan metode rontgen [11].
Dari prosedur pemeriksaan ini, dokter akan mengetahui adanya kerusakan pada tulang dan tulang rawan pasien.
Arthrocentesis merupakan analisa cairan sendi yang bertujuan untuk memeriksa cairan sinovial pasien [2,12].
Dari pemeriksaan ini, biasanya akan lebih mudah bagi dokter mengetahui keberadaan peradangan.
Tes pemindaian lainnya yang dapat diterapkan oleh dokter adalah CT scan, USG, atau MRI scan [2,6].
Salah satu dari tiga prosedur pemeriksaan ini bertujuan mengecek kondisi jaringan lunak dan tulang pasien.
Pemeriksaan meliputi ligamen, bursa atau tendon pasien untuk memastikan apakah nyeri sendi berasal dari sana.
Tinjauan Untuk menentukan penyebab nyeri sendi sehingga dapat memberikan penanganan yang sesuai, dokter akan menerapkan beberapa metode diagnosa : pemeriksaan riwayat gejala, pemeriksaan fisik, tes urine, tes darah, rontgen atau sinar-X, arthrocentesis atau analisa cairan sendi, serta tes pemindaian (USG, MRI scan, atau CT scan).
Penanganan terhadap nyeri sendi umumnya hanya bertujuan meringankan rasa sakitnya.
Pada beberapa metode, ada yang dapat diandalkan untuk memperbaiki fungsi sendi atau justru menyembuhkan penyakit penyebab nyeri sendi.
Pengobatan nyeri sendi sendiri terdiri dari beberapa metode, yaitu melalui obat-obatan, penanganan mandiri, terapi khusus, hingga prosedur operasi.
Untuk kasus nyeri sendi ringan, cara-cara mandiri di bawah ini dapat diterapkan oleh penderita di rumah [2,13,14] :
Jika perawatan mandiri tak mampu meredakan gejala atau gejala justru semakin buruk, penderita perlu ke dokter dan melakukan pemeriksaan.
Setelah penyebabnya terdeteksi, dokter baru mengetahui obat apa yang sesuai diberikan bagi pasien.
Beberapa golongan obat di bawah ini adalah yang paling umum diresepkan untuk penderita nyeri sendi [2,3,5,6,8,15,16].
Beberapa jenis terapi di bawah ini pun kemungkinan diperlukan pasien untuk meredakan rasa nyeri pada sendi [2].
Bila pengobatan dengan metode lainnya tidak mampu secara efektif meringankan gejala, maka dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan prosedur bedah.
Tentu rekomendasi ini akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi pasien dan penyebab nyeri sendi itu sendiri.
Jika memang pasien perlu menempuh operasi, beberapa jenis operasi di bawah ini yang paling kerap diterapkan untuk kasus nyeri sendi [2,3,5,10,11].
Tinjauan Penanganan nyeri sendi dapat dilakukan dengan perawatan mandiri, pemberian obat oleh dokter sesuai kondisi pasien, terapi khusus, atau prosedur operasi apabila memang cara lain tidak efektif.
Jika nyeri sendi semakin serius, komplikasi yang paling dapat terjadi adalah terhambatnya aktivitas harian penderita [2,17,18]
Ketika nyeri sendi tak kunjung diatasi, hal ini dapat berakibat pada sulitnya penderita untuk duduk, berjalan, dan bahkan untuk sekedar berdiri [17].
Penderita dengan nyeri sendi yang teramat parah juga dapat mengalami sulit tidur dan akan kesakitan setiap menegakkan tubuh [18].
Pencegahan terbaik agar nyeri sendi tidak terjadi adalah dengan menghindari berbagai faktor yang mampu menyebabkannya.
Meski beberapa penyakit penyebab nyeri sendi sulit dihindari, namun beberapa upaya berikut dapat coba dilakukan [2] :
Tinjauan Menghindari faktor penyebab merupakan pencegahan terbaik. Beberapa upaya seperti menjaga berat badan, berolahraga, melindungi diri saat melakukan kegiatan dengan risiko cedera tinggi, tidak melakukan gerakan berulang yang memberi tekanan pada sendi, serta mengecek kesehatan rutin perlu dilakukan.
1. E Ayu Pratiwi. Perilaku Lansia dalam Pencegahan Nyeri Sendi di Desa Tatung Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Repository Muhammadiyah University of Ponorogo; 2016.
2. Shayan Senthelal; Jinpu Li; Amandeep Goyal; Pankaj Bansal; & Mark A. Thomas. Arthritis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
3. Soumya Jagadeesan & Padmanabha Shenoy. Arthropathy in Dermatology: A Comprehensive Review. Indian Dermatology Online Journal; 2017.
4. Ria Shah, Padmaraj Ankale, Kanishk Sinha, Aparna Iyer, & T.K Jayalakshmi. Isoniazid Induced Lupus Presenting as Oral Mucosal Ulcers with Pancytopenia. Journal of Clinical & Diagnostic Research; 2016.
5. Hossein Akhondi & Nagendra Gupta. Polyarticular Arthritis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. Ayse Esra Yilmaz, Hakan Atalar, Tugba Tag, Meki Bilici, & Semra Kara. Knee Joint Pain May Be an Indicator for a Hip Joint Problem in Children: A Case Report. The Malaysian Journal of Medical Sciences; 2011.
7. Karin Knobe & Erik Berntorp. Haemophilia and joint disease: pathophysiology, evaluation, and management. Journal of Comorbidibity; 2011.
8. Joshua Havelin, B.S. & Tamara King, Ph.D. Mechanisms underlying bone and joint pain. HHS Public Access; 2019.
9. Kento Sonoda, MD, Yuji Tanaka, MD, & Yasuharu Tokuda, MD, MPH. A young man with multiple joint pains and fever: A case with the importance of accurate history taking. Journal of General and Family Medicine; 2017.
10. Chinmay Gupte & Jean-Pierre St Mart. The acute swollen knee: diagnosis and management. Journal of the Royal Society of Medicine; 2013.
11. Patryk J. Woytala, Agata Sebastian, Katarzyna Błach, Jurand Silicki, & Piotr Wiland. Septic arthritis of the sacroiliac joint. Reumatologia; 2018.
12. Aaron J. Seidman & Faten Limaiem. Synovial Fluid Analysis. National Center for Biotechnology Information; 2019.
13. Tessa Therkleson. Ginger compress therapy for adults with osteoarthritis. Journal of Advanced Nursing; 2010.
14. A Mooventhan & L Nivethitha. Scientific Evidence-Based Effects of Hydrotherapy on Various Systems of the Body. North American Journal of Medical Sciences; 2014.
15. Alexandra N Bourn & Jonathan L Marks. Safety of non-steroidal anti-inflammatory drugs, including aspirin and paracetamol (acetaminophen) in people receiving methotrexate for inflammatory arthritis (rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, psoriatic arthritis, other spondyloarthritis). Research Gate; 2011.
16. Laura L Laslett & Graeme Jones. Capsaicin for osteoarthritis pain. Progress in Drug Research; 2014.
17. Tuhina Neogi, MD, PhD, FRCPC. The Epidemiology and Impact of Pain in Osteoarthritis. HHS Public Access; 2014.
18. Grant H. Louie, MD, MHS; Maria G. Tektonidou, MD, PhD; Alberto J. Caban-Martinez, MPH, CPH; & Michael M. Ward, MD, MPH. Sleep Disturbances in Adults With Arthritis: Prevalence, Mediators, and Subgroups at Greatest Risk. Data From the 2007 National Health Interview Survey. HHS Public Access; 2012.
19. Hans-Georg Schaible, Frank Richter, Andrea Ebersberger, Michael K Boettger, Horacio Vanegas, Gabriel Natura, Enrique Vazquez, & Gisela Segond von Banchet. Joint pain. Experimental Joint Research; 2009.