Operasi Fistula Ani: Fungsi, Prosedur, dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Fistula ani adalah sebuah “terowongan” kecil yang menyambungkan suatu abses, bagian yang terinfeksi di anus, ke sebuah bukaan di kulit sekitar anus.

Di bagian dalam anus ada sejumlah kelenjar kecil yang menghasilkan lendir. Kadang-kadang, kelenjar ini tersumbat dan bisa mengalami infeksi, kemudian menjadi abses. Sekitar separuh dari abses ini bisa berkembang menjadi fistula.

Kondisi seperti ini biasanya harus dioperasi karena umumnya tidak akan sembuh dengan sendirinya. Tanpa pengobatan, abses akan terus terjadi secara berulang.

Fungsi dan Tujuan Operasi Fistula Ani

Operasi hampir selalu diperlukan untuk mengobati fistula ani. Pembedahan dilakukan oleh dokter spesialis bedah kolon dan rectum.

Ada beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi fistula ani. Semua operasi ini bertujuan untuk menghilangkan fistula sambil tetap menjaga agar otot sphincter di sekeliling anus tidak mengalami terlalu banyak kerusakan. Otot ini berfungsi memberikan kontrol saat anus terbuka, sehingga bila mengalami kerusakan bisa menyebabkan hilangnya kemampuan mengendalikan buang air besar. [1, 3]

Setelah pemeriksaan, dokter akan berdiskusi mengenai beberapa pilihan operasi, risiko dan keuntungan, serta prosedur mana yang direkomendasikan untuk pasien. Hal ini tergantung dari letak fistula dan seberapa banyak otot sphincter akan terpengaruh.

Dokter akan menjelaskan apa yang akan terjadi saat prosedur berlangsung, apa yang bisa diharapkan oleh pasien setelah operasi, serta risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pasien harus menanyakan hal-hal yang dianggapnya belum jelas, dan membuat pertimbangan yang matang. Jika sudah merasa benar-benar siap, maka prosedur bisa dilakukan. Pasien juga akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang menyatakan ia sudah paham tentang prosedur yang akan dijalaninya. [3]

Jenis-Jenis Operasi Fistula Ani

Jenis operasi yang dibutuhkan pasien akan tergantung dari letak fistula yang dialaminya.

Fistula yang tidak atau hanya sedikit memiliki kekuatan otot sphincter diobati dengan fistulotomy. Pada prosedur ini, kulit dan otot di bagian terowongan akan dipotong untuk mengubah bentuk terowongan menjadi ceruk yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan saluran fistula sembuh dari dasar hingga ke atas. [1, 2]

Pada kasus fistula yang lebih kompleks, dokter mungkin harus meletakkan sebuah selang khusus yang disebut seton, yang akan dipasang selama sekitar 6 minggu. Setelah seton dipasang, salah satu dari operasi berikut akan dilakukan sebagai lanjutan: [1, 4]

  • Fistulotomy, atau
  • Prosedur pelebaran flap (fistula akan diselubungi sebuah flap, atau sedikit jaringan, yang diambil dari rektum), atau
  • Prosedur pengangkatan (kulit diatas fistula akan dibuka, otot sphincter kemudian ditarik, dan fistula diikat).

Cara pengobatan baru untuk fistula yang disebabkan oleh Crohn’s disease adalah dengan menyuntikkan stem cell ke dalam fistula.

Langkah-Langkah Operasi

Pembedahan untuk kondisi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan bius total, tetapi teknis anestesi lainnya juga memungkinkan. Operasi biasanya berlangsung selama 15 hingga 30 menit.

Untuk menekan risiko terjadinya kerusakan otot sphincter, rangkaian perawatan bisa saja membutuhkan beberapa kali pembedahan yang dilakukan dalam rentang waktu beberapa bulan.

Persiapan

Dokter akan menjelaskan bagaimana persiapan harus dilakukan, Misalnya, jika pasien adalah perokok, maka diharuskan untuk berhenti, karena merokok bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada luka atau dada pasca operasi, setra memperlambat pemulihan.

Jika operasi akan dilakukan dengan bius total, maka pasien akan diminta untuk berpuasa sekitar 8 hingga 12 jam sebelum pembedahan.

Di hari pelaksanaan operasi, dokter akan melakukan pemeriksaan sekali lagi serta memastikan pasien sudah siap untuk prosedur. Perawat kemudian akan menyiapkan pasien untuk masuk ke ruang operasi.

Pelaksanaan Operasi

1. Fistulotomi

Jenis operasi yang paling umum untuk kondisi fistula yang sederhana adalah fistulotomi. Prosedur ini melibatkan pembukaan fistula agar bisa sembuh dari dalam ke luar.

Begitu obat bius bekerja, dokter akan memasukkan sebuah tongkat khusus ke dalam bukaan fistula. Kemudian sayatan akan dibuat melalui kulit dan jaringan dibawahnya, sehingga bagian atas fistula akan terbuka. [1, 2, 3, 4]

Luka sayatan ini kemudian akan dibiarkan terbuka tanpa jahitan agar bisa pulih secara bertahap. Jenis operasi ini bagus untuk sebagian besar kasus fistula sederhana.

2. Operasi untuk fistula yang lebih kompleks

Ada kasus-kasus fistula dimana pasien membutuhkan jenis pembedahan yang berbeda. Hal ini umumnya dilakukan jika fistula melewati lebih banyak otot sphincter, pasien mempunyai beberapa fistula, atau jika fistula terus kembali lagi.

Pertama-tama, dokter akan memasukkan sebuah benang kecil, yang disebut seton, melalui fistula sebelum melakukan prosedur lainnya. Hal ini diakukan untuk membuang nanah dan mencegah terjadinya infeksi.

Beberapa pasien akan terus menjalani perawatan menggunakan seton ini dalam jangka panjang tanpa prosedur lainnya.

Namun, jika dibutuhkan, maka dokter akan melakukan salah satu dari operasi lanjutan berikut: [2, 3, 4]

  • Fistulotomi terencana. Hal ini dilakukan jika pasien melakukan beberapa operasi dalam rentang waktu beberapa bulan, untuk membuka fistula sedikit demi sedikit. Seton yang longgar akan dipasang di sekitar fistula yang tersisa setiap kali operasi untuk menjaganya tetap bersih dari nanah.
  • Penggunaan seton khusus yang secara bertahap akan memotong otot sphincter hingga fistula terbuka dan memungkinkan jaringan parut untuk terbentuk. Prosedur ini bisa menekan risik terjadinya kerusakan pada otot sphincter.
  • Pelebaran flap. Prosedur ini akan menciptakan sebuah ‘flap’ dari jaringan di bagian dalam kanal anus, yang akan dijahit menutupi bukaan fistula. Dengan demikian otot sphincter tidak perlu dipotong.
  • Prosedur LIFT (ligation of the intersphincteric fistula tract). Operasi ini dilakukan untuk fistula yang melewati otot sphincter. Prosedurnya melibatkan penutupan salah satu ujung fistula sebelum menyayatnya hingga terbuka diantara otot-otot sphincter.
  • Ablasi endoskopi. Prosedur ini menggunakan electrode untuk membakar jaringan di bagian dalam fistula sebelum kemudian menutupnya.

Pasca Operasi

Pasien harus beristirahat hingga efek obat bius hilang. Saat efek bius hilang, pasien biasanya akan merasa tidak nyaman, namun dokter akan memberikan obat penghilang nyeri jika dibutuhkan.

Jika mengalami kesulitan buang air kecil setelah operasi, perawat akan memasang kateter untuk sementara waktu untuk mengeluarkan urin langsung dari kantung kemih.

Bila sudah stabil dan siap, perawat akan membantu pasien untuk bangun dari tempat tidur dan mencoba bergerak. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. [3]

Pasien juga boleh mulai makan dan minum bila sudah siap.

Pasien biasanya boleh pulang di hari yang sama dengan pelaksanaan operasi. Namun, bila dirasa perlu, dokter juga mungkin akan meminta pasien untuk menginap semalam di rumah sakit.

Sebelum pulang, pasien akan diberi petunjuk mengenai bagaimana merawat luka bekas operasi, seperti apa tanda-tanda infeksi yang harus diwaspadari, serta aturan minum obat pereda nyeri. Dokter juga akan memberi jadwal pemeriksaan selanjutnya yang harus dipatuhi.

Masa Pemulihan

Setelah operasi, dokter akan meminta pasien untuk merendam area yang telah dioperasi dengan air hangat serta minum obat pencahar atau pelembut tinja selama seminggu. [2]

Karena pasien juga mungkin akan merasa tidak nyaman atau nyeri setelah pembedahan, dokter biasanya akan menyuntikkan bius lokal semacam lidocaine untuk mengurangi rasa tidak nyaman, serta meresepkan obat pereda nyeri.

Pasien harus beristirahat selama beberapa hari, berjalan sesedikit mungkin, agar luka cepat pulih.

Pasien biasanya bisa kembali bekerja begitu nyeri sudah tidak terasa dan bisa duduk atau bergerak dengan bebas dan nyaman
Jika abses dan fistula dirawat dengan benar dan pulih dengan baik, kemungkinannya ia tidak akan timbul kembali.

Risiko dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Komplikasi adalah masalah-masalah yang bisa timbul saat atau setelah operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi bersamaan dengan operasi apapun termasuk infeksi, perdarahan, atau reaksi alergi terhadap obat bius.

Komplikasi yang spesifik pada operasi fistula ani termasuk: [3]

  • Kehilangan kontrol buang air besar. Ini artinya pasien tidak bisa mengendalikan keluarnya tinja atau kentut. Risiko ini bisa berbeda pada tiap-tiap prosedur. Saat dokter melakukan pemeriksaan sebelum operasi, ia akan menyarankan prosedur mana yang sebaiknya diambil untuk meminimalisasi risiko terjadinya hal ini.
  • Luka membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh.
  • Fistula kembali terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya masalah ini berbeda pada tiap prosedur.
  • Penyempitan (stenosis) kanal anus. Hal ini bisa terjadi saat fistula mulai sembuh, dan bisa menyebabkan pasien kesulitan untuk buang air besar. Dokter akan meresepkan obat untuk mengatasi kondisi ini.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment