Parosmia merupakan gangguan indera penciuman. Orang yang mengalami parosmia tidak dapat mendeteksi aroma atau bau di sekitarnya secara tepat. Singkatnya, orang yang mengalami parosmia mengalami ketidakpekaan dan salah mendeteksi suatu bau atau aroma. [1, 3]
Namun, dapat juga orang yang mengalami parosmia mendeteksi aroma dengan tidak tepat, misalnya aroma yang sebenarnya tidak menyengat atau biasa saja menjadi aroma yang tidak enak. [1, 2]
Gejala Parosmia
Gejala parosmia adalah berkurangnya kemampuan indera penciuman untuk membau aroma di sekitarnya, termasuk juga aroma makanan.
Gejala lain yang muncul jika seseorang mengalami parosmia juga dapat diketahui ketika mencoba mencicipi makanan. Makanan yang rasa dan aromanya sudah familiar terdeteksi menjadi aroma dan rasa yang tidak enak, bahkan dapat membuat mual. Hal ini disebabkan kerusakan neuron penciuman. [1]
Secara singkat, gejala parosmia yaitu indera penciuman salah mendeteksi aroma yang biasanya nikmat atau biasa saja bagi indera penciuman menjadi aroma dan rasa yang tidak enak.
Penyebab Parosmia
Pada dasarnya parosmia terjadi karena adanya gangguan pada saraf olfaktori pada otak, yang tugasnya sebagai reseptor utama mengantarkan sinyal aroma yang diterima oleh indera penciuman. Sehingga bau atau aroma yang diterima oleh orang yang terkena parosmia menjadi aroma yang tidak seperti biasanya natau tidak enak. [1]
Gangguan saraf olfaktori yang menyebabkan seseorang terkena parosmia juga dapat dipicu oleh beberapa kondisi kesehatan yang juga menjadi penyebab parasomia.
Berikut beberapa kondisi kesehatan yang menjadi pemicu munculnya parosmia.
- Cedera Kepala dan Trauma Otak
Cedera pada kepala yang menyebabkan trauma pada otak menjadi salah satu penyebab rusaknya saraf olfaktori, saraf ini adalah reseptor yang menerima bau. Jika Saraf olfaktori terganggu, maka ada kemungkinan turut menjadi penyebab parosmia. [1]
- Kebiasaan Merokok dan Paparan Bahan Kimia
Ternyata merokok juga dapat merusak sistem saraf olfaktori pada otak. Begitu juga bahan kimia yang berbahaya dan polusi udara yang sangat tinggi juga dapat menjadi penyebab parosmia. [1]
- Pengobatan Kanker
Pengobatan dan perawatan kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan parosmia. Pengobatan kanker biasanya juga membuat penderita kanker mengalami penurunan berat badan yang drastis, kondisi ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya parosmia pada pasien kanker. [1]
Penyakit alzheimer yang pada umumnya dialami oleh orang di usia lanjut dapat diawali dengan munculnya gejala parosmia. Orang yang mengalami demensia akibat penyakit alzheimer biasanya juga disertai kesulitan untuk merasakan, mengenali dan membau aroma.
Virus yang masih menjadi musuh dunia ini ternyata menjadi salah satu penyebab parosmia. Pandemi covid 19 sudah berlangsung hampir 1 tahun dan gejalanya semakin beragam, salah satunya anosmia atau kehilangan penciuman. Pasien covid 19 yang mengalami anosmia berkepanjangan, setelahnya dapat mengalami parosmia. [2, 3]
Parosmia juga dapat muncul setelah seseorang dinyatakan bebas covid 19, beberapa orang yang sudah sehat tiba-tiba mencium bau yang tidak enak pada makanan atau minuman yang semestinya baunya tidak mengganggu. Parosmia pasca covid ini bersifat sementara. Meskipun begitu kondisi ini tidak dialami oleh semua penyintas covid 19. [3]
Diagnosis Parosmia
Jika gejala parosmia muncul atau anda curiga anda terkena parosmia, hal yang dapat dilakukan adalah mendapatkan diagnosa dari dokter. Dokter yang dapat mendiagnosa dengan tepat adalah dokter THT (Telinga, hidung dan tenggorokan) atau disebut juga otolaryngologist. [1]
Dokter THT akan mengobservasi menggunakan alat tes yang kompeten untuk mendiagnosa masalah dengan indera penciuman.
Selain melalui tes diagnosa, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan keluarga anda, seperti apakah keluarga memiliki riwayat penyakit kanker, apakah masalah dengan syaraf, apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu serta menanyakan kondisi kesehatan yang lain.
Hal ini penting untuk diketahui oleh dokter karena dapat berkaitan dengan penyebab parosmia. Dokter akan memberikan tes lanjutan seperti foto x-ray sinus, biopsi atau MRI, tes lanjutan ini dilakukan jika parosmia didiagnosa berkaitan dengan kanker atau neurologis.
Pengobatan Parosmia
Pengobatan yang diberikan bagi penderita parosmia berbeda-beda, tergantung apa yang menjadi penyebab parosmia.
Jika parosmia disebabkan oleh faktor pengobatan, terapi kanker atau kebiasaan merokok, maka tentu saja cara mengobatinya adalah menghentikan pemicu atau penyebab parosmia. Perlahan indera penciuman akan menjadi normal kembali setelah pemicu parosmia teratasi. [1]
Operasi atau pembedahan juga dibutuhkan untuk mengobati parosmia. Hal ini dilakukan jika ada permasalahan pada saluran nasal seperti tumor. Tindakan yang dilakukan oleh dokter THT, ada juga beberapa obat oral yang diberikan untuk mengobati parosmia, antara lain Zinc, vitamin A dan antibiotik. [1]
Jika parosmia yang dialami merupakan efek setelah terkena covid 19 maka disarankan untuk melakukan latihan rutin yang merangsang indera penciuman. Latihan sederhana dapat dilakukan dengan mencium beberapa aroma atau bau-bauan, paling tidak 4 aroma berbeda. Dilakukan 2 kali sehari selama beberapa bulan. Hal ini dapat membantu kemampuan otak untuk dapat mendeteksi bau. [4]
Pencegahan Parosmia
Penyebab parosmia adalah adanya gangguan pada reseptor bau pada otak, sehingga mempengaruhi bagaimana indera penciuman mendeteksi bau atau aroma. Cara pencegahan parosmia adalah mencegah agar fungsi reseptor bau tersebut tetap sehat.
Saat ini parosmia kebanyakan terjadi disebabkan oleh infeksi virus covid 19, maka hal yang paling relevan saat ini adalah menjaga asupan vitamin. Vitamin A dan Zinc dapat membantu mencegah agar kondisi tubuh tetap fit. [1]