Salah satu bentuk kanker yang dapat mempengaruhi tubuh dalam memproduksi sel darah yang sehat disebut dengan leukemia. Hal ini di mulai dari sumsum tulang, yaitu pusat lunak berbagai tulang[1].
Leukemia bisa datang dengan tiba-tiba atau akut dan juga dengan berlangsung lama atau kronis. Yang menentukan apakah itu leukemia akut atau leukemia kronis adalah jenis sel leukemi-nya[1].
Daftar isi
Fungsi Penghambat Tirosin Kinase BCR-ABL
Penghambat tirosin kinase BCR-ABL berfungsi membuat enzim BCR-ABL tirosin kinase menjadi terhambat, dalam patogenesis leukemia myelogenous kronis (CML)[2].
Karena kelainan genetik tunggal terjadilah leukemia myelogenous kronis (CML) yang dikenal dengan kromosom Philadelphia. Gen fungsi yaitu gen BCR-ABL terbentuk selama translokasi[2].
BCR-ABL tirosin kinase akan dikodekan oleh Gen BCR-ABL dan akan meningkatkan proliferasi dan resistensi pada leukemia myelogenous kronis dengan sel yang mati[2].
Penghambat tirosin kinase BCR-ABL digunakan dalam pengobatan leukemia myelogenous kronis[2].
Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Tirosin Kinase BCR-ABL
Terdapat beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan penghambat tirosin kinase BCR-ABL, meliputi[2]:
- Leukemia Limfoblas Akut
- Leukemia Eosinofilik Kronis
- Leukemia Myelogenous Kronis
- Dermatofibrosarcoma Protuberans
- Tumor Stroma Gastrointestinal
- Sindrom Hipereosinofilik
- Leukemia
- Penyakit Myelodysplastic
- Gangguan Mieloproliferatif
- Mastositosis Sistemik
Leukemia Limfoblas Akut (ALL) paling umum dialami pada anak-anak, utamanya meyerang pada anak usia 10 tahun kebawah. Penyakit ini terjadi disaat limfoblas yaitu sel-sel pembentuk darah primitif mereproduksi tanpa berkembang menjadi sel darah normal[1].
Sel darah yang sehat akan dikeluarkan oleh sel-sel yang tidak normal. Dengan berkumpulnya sel yang tidak normal ini pada kelenjar getah bening maka akan menyebabkan pembengkakan[1].
Leukemia Myelogenous Kronis (CML) paling sering dialami pada dewasa dan lansia usia 25 sampai 60 tahun. Sel darah yang tidak normal di dalam leukemia myelogenous kronis (CML) disebut sel myeloid[1].
Penyakit ini akan melibatkan kromosom Philadelphia yaitu untaian DNA yang rusak. Produksi protein yang tidak normal disebabkan oleh cacat genetik[1].
Dan obat penghambat tirosin kinase memblokir fungsi protein yang tidak normal ini, dengan membuat darah meningkatkan jumlahnya. Dengan transplantasi sumsum tulang, penyakit ini bisa disembuhkan[1].
Cara Kerja Penghambat Tirosin Kinase BCR-ABL
Penghambat tirosin kinase BCR-ABL akan membuat enzim BCR-ABL tirosin kinase menjadi terhambat, dalam patogenesis leukemia myelogenous kronis (CML)[2].
Melalui obat imatinib sebagai penghambat tirosin kinase BCR-ABL, bekerja dengan membuat Bcr-Abl tirosin kinase menjadi terhambat, kromosom Philadelphia memproduksi tirosin kinase abnormal konstitutif pada leukemia myeloid kronis (CML)[3].
Hal tersebut dapat membuat proliferasi dan menginduksi apoptosis menjadi terhambat pada garis sel Bcr-Abl positif serta sel leukemia segar dari leukemia myeloid kronis positif kromosom Philadelphia[3].
Dalam faktor pertumbuhan juga imatinib menghambat reseptor tirosin kinase. Pencarian penghambat dimulai setelah target bcr-abl teridentifikasi. Dengan menggunakan layar tinggi perpustakaan kimia dalam mengidentifikasi molekul 2-phenylaminopyrimidine[3].
Dengan memasukan gugus metil dan benzamida senyawa timbal kemudian di uji untuk membuat sifat pengikatan, menghasilkan imatinib menjadi meningkat[3].
Imatinib diserap dengan baik secara bioavailabilitas absolut 98% dan kadar plasma maksimumnya tercapai dalam 2-4 jam. Obat ini berikatan dengan protein kisaran 95% yang sebagian besar berada pada albumin dan alfa 1 asam glikoprotein[3].
Imatinib bermetabolisme di hati melalui enzim sitokrom P450, yang memainkan peran kecilnya. Turunan piperazin terdemetilasi N merupakan metabolit utama yang bersikulasi, yang dibentuk oleh enzim sitokrom P450[3].
Pengeluaran obat ini melalui urin kisaran 13% dan feses kira-kira 68% dan sisanya sebagai metabolit[3].
Contoh Obat Penghambat Tirosin Kinase BCR-ABL
Penghambat tirosin kinase BCR-ABL tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Beberapa contoh penghambat tirosin kinase BCR-ABL dengan resep dokter termasuk[2]:
Imatinib sebagai penghambat kinase dengan molekul kecilnya digunakan dalam pengobatan jenis kanker tertentu. Obat ini merupakan anggota pertama dari kelasnya yang bertindak menghambat enzim tirosin kinase, menghambat sel yang membelah dengan cepat secara non-spesifik[3].
Dasatinib sebagai penghambat tirosin kinase BCR-ABL dengan leukemia myelogenous kronis dan kanker tertentu. Obat ini ditunjuk dalam mengobati akselerasi, atau myeloid atau fase ledakan limfoid leukemia myeloid kronis (CML) dengan resistensi atau intoleransi terhadap terapi sebelumnya[4].
Efek Samping Penghambat Tirosin Kinase BCR-ABL
Penghambat tirosin kinase BCR-ABL dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari Penghambat tirosin kinase BCR-ABL termasuk[5,6]:
- Retensi cairan
- Mual
- Muntah
- Sakit perut
- Diare
- Nyeri sendi atau otot
- Ruam kulit
- Merasa lelah
- Sakit kepala
- Nyeri di tangan atau kaki
- Masalah pernapasan
Tidak boleh menggunakan imatinib jika sedang hamil, karena obat ini dapat membahayakan janin, atau bayi yang belum lahir. Harus melakukan tes kehamilan yang negatif disaat akan menggunakan obat ini[5].
Juga dilarang untuk menyusui saat menggunakan obat ini, setidaknya setelah dosis terakhir selama 1 bulan lamanya[5].
Sel darah yang membantu tubuh dalam melawan infeksi dan pembekuan darah akan mengalami penurunan bila menggunakan imanitib. Darah akan perlu sering di uji , dan berdasarkan hasil tes ini, perawatan kanker mungkin akan tertunda[5].
Keadaan yang langka tetapi serius seperti hipertensi arteri paru (PAH) akan berkembang bagi sebagian orang yang menggunakan dasatinib. Hal ini terjadi pada arteri di paru-paru yang tekanan darahnya meningkat[6].
Hal tersebut akan membuat jantung sulit memompa darah melalui paru-paru, yang juga akan melemahkan otot pada jantung. Kondisi ini harus segera ditangani karena dapat berakibat fatal[6].
Bila baru saja menggunakan dasatinib hindari penggunaan antasida dalam 2 jam sesudah dan 2 jam sebelumnya. Karena akan membuat tubuh sulit untuk menyerap dasatinib[6].