Penyakit yang menular lewat darah adalah infeksi akibat virus yang bisa ditularkan dari orang ke orang melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Beberapa cara penularannya termasuk hubungan seks, penggunaan jarum bersama, atau jika darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi bersentuhan dengan membran mukosa, luka terbuka, atau lecet pada tubuh orang lain.
Beberapa virus yang ditularkan lewat darah hanya menyebabkan gejala ringan atau tanpa gejala, sementara virus lainnya bisa menyebabkan penyakit yang parah bahkan kematian.
Ini sebabnya penting untuk memahami jenis-jenis virus dan penyakit yang ditularkan lewat darah sehingga bisa dicegah sebelum terjadi.
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Virus ini adalah penyebab dari AIDS dan sasarannya adalah sistem kekebalan tubuh manusia. Virus dan penyakit ini menular melalui darah serta cairan tubuh seperti air mani, cairan pra ejakulasi, cairan vagina, air ketuban, serta air susu ibu. [1, 2, 4]
Penularan HIV paling banyak terjadi melalui hubungan seks, meskipun bisa juga melalui cara lain seperti:
- Penggunaan jarum suntik bersama
- Dari ibu ke bayi saat atau sebelum proses persalinan
- Tidak sengaja tertusuk jarum, kaca, atau benda-benda tajam lainnya yang telah terkontaminasi
- Kontak antara kulit yang luka atau lecet dengan cairan tubuh yang terinfeksi
- Kontak antara membran mukosa dengan cairan tubuh yang terinfeksi
Bila seseorang terinfeksi HIV, gejalanya biasanya muncul 2 hingga 4 minggu setelah tertular. Gejala-gejala awal dari infeksi HIV termasuk:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan sendi
- Pembengkakan kelenjar
Jika tidak segera diobati, HIV bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius. Karena HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi akan lebih rentan terkena berbagai penyakit.
Orang yang tertular HIV tidak berarti terkena AIDS. AIDS terjadi bisa sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah akibat infeksi HIV. Bahkan meskipun tidak diobati, dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi HIV untuk berkembang menjadi AIDS, yaitu sekitar 10 hingga 12 tahun. [2]
Hepatitis B
Virus hepatitis B menyebabkan hepatitis yang adalah peradangan hati dan juga bisa mengakibatkan kerusakan hati jangka panjang hingga kemungkinan kanker.
Hepatitis B akut paling umum ditularkan melalui hubungan seksual tetapi juga bisa terjadi karena kontak darah (misalnya berbagi jarum suntik dan peralatan lain yang digunakan oleh pengguna obat-obatan suntik), luka akibat tertusuk jarum yang terkontaminasi, berbagi alat cukur atau sikat gigi. [1]
Infeksi yang sifatnya akut bisa tidak bergejala, menunjukkan gejala ringan, hingga berat. Dari 5 hingga 10% orang yang terinfeksi, hepatitis B-nya akan berkembang menjadi kronis, terutama bila tertular saat masih berusia anak-anak.
Hepatitis B kronis paling sering ditularkan melalui kandungan menjelang waktu persalinan. [4]
Sekitar 90% orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu sekitar enam bulan. Saat masa infeksi akut berlangsung, bila ada keluhan, maka gejalanya termasuk: [2]
- Jaundice (kulit dan mata berubah kekuningan)
- Tinja berwarna pucat
- Urin menjadi lebih gelap
- Kelelahan
- Rasa nyeri di perut bagian sisi kanan atas
- Kehilangan selera makan
Sekitar 8% hingga 10% orang dewasa yang tertular hepatitis B terus terinfeksi secara kronis namun tetap bisa tidak bergejala. Meskipun demikian, peradangan hati yang terus berlangsung akibat hepatitis B kronis bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti sirosis atau kanker hati. [2]
Yang penting diingat juga adalah; ada atau tidaknya gejala, orang yang terinfeksi virus hepatitis B tetap bisa menularkannya pada orang lain.
Hepatitis C
Virus penyebab hepatitis C menyerang hati dan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang, termasuk kerusakan hati, gagal hati, dan kanker hati.
Virus hepatitis C pertama kali diidentifikasi di tahun 1989. Virus ini utamanya ditularkan melalui kontak darah, meskipun bisa juga melalui hubungan seksual. Sebagian besar orang yang terinfeksi awalnya hanya mengalami gejala ringan atau tanpa gejala samasekali sehingga tidak sadar dirinya sudah terinfeksi. [1, 2, 4]
Sebagian lainnya yang terinfeksi baru mengalami gejala 6 hingga 12 minggu setelah terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti ada tidaknya virus hepatitis C dalam tubuh adalah dengan melakukan tes darah.
Gejala-gejala terinfeksi hepatitis C hampir sama dengan hepatitis B, tetapi juga disertai demam dan mual.
Cara terbaik dan paling jelas untuk mencegah penularan penyakit yang menyebar lewat darah adalah dengan melindungi diri dari paparan patogen yang berpotensi menular melalui darah.