Kehamilan di trimester kedua adalah masa kehamilan yang paling penting bagi perkembangan janin. Trimester kedua ini dihitung sejak usia kandungan memasuki bulan ke-4 sampai ke-6 (13-28 minggu)[1].
Pada timester kedua ini, ibu hamil mulai merasakan nyaman dan bisa beraktivitas seperti biasa. Pada beberapa kondisi, ibu hamil pada trimester pertama yang mengalami beberapa gejala di awal kehamilan seperti morning sickness membuat tubuh lemah dan tidak nyaman. Namun, pada trimester kedua ini gejala yang menbuat tidak nyaman mulai mereda[1].
Pada kebanyakan kasus keguguran di trimester kedua, disebabkan oleh kelainan pada rahim pada saat perkembangan janin dalam masa kehamilan. Dalam informasi yang termuat dalam Medical News Today, keguguran berulang yang terjadi pada masa kehamilan terjadi pada wanita yang memiliki kelainan atau cacat rahim dengan kemungkinan besar terjadi antara 1,8 persen hingga 38,7 persen[2].
Tidak hanya kelainan yang terjadi pada rahim, ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil mengalami keguguran di trimester kedua.
Penyebab Keguguran di Trimester Kedua
- Inkompetensi Serviks atau Insufisiensi Serviks
Inkompetensi serviks adalah salah satu penyebab keguguran, dimana kondisi leher rahim (serviks) terbuka pada awal masa kehamilan. Inkompetensi serviks ini diartikan sebagai ketidakmampuan leher rahim dalam mempertahankan janin[3].
Serviks atau leher rahim, pada mulanya tertutup dan kaku. Ketika kehamilan terus berjalan, serviks akan mulai melunak, memendek (penipisan) saat kelahiran semakin dekat dan kemudian terbuka (dilatasi) untuk proses melahirkan. Dalam kondisi ini, serviks terbuka lebih awal yang mengakibatkan terjadinya kelahiran sebelum waktunya (kelahiran dini). [3]
Inkompetensi serviks ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pernah melakukan operasi pembedahan untuk pengobatan penyakit serviks yang di derita, dan faktor genetik atau bawaan yang membuat rahim menjadi tidak kompeten[3].
Namun, menurut American Pregnancy sekitar 1 dari 100 wanita hamil yang menderita lemah rahim ini[4]. Oleh karena itu, jaga kehamilan dengan baik dengan konsultasi ke Dokter jika memiliki faktor penyebab inkompetensi serviks.
- Septate Uterus
Menurut laman kesehatan Healthline, wanita yang memiliki septate/septum uterus ini berpotensi 20-25 persen mengalami keguguran. Septate uterus merupakan kelainan pada bentuk rahim, selama masa perkembangan janin. Rahim bersepta atau bersekat adalah rahim yang memiliki selaput (septum) yang membagi di bagian tengah rahim. Septum pemisah ini berserat (fibrosa) dan berotot bisa tebal dan tipis, yang membagi rahim menjadi dua bagian[5].
Pada saat kehamilan normal, rahim yang telah dipisahkan oleh dinding pemisah septum akan membentuk dua saluran dan kembali menyatu seiring berkembangnya janin. Namun, pada kondisi septate/septum uterus ini rahim yang terbagi menjadi dua tidak menyatu kembali. Hal ini akan dapat menggagalkan kehamilan. Kelainan ini memerlukan penanganan serius dengan melakukan operasi metroplasti[5].
- Bicornuate Uterus
Kelainan rahim lainnya adalah bicornuate uterus. Bicornuate uterus adalah kondisi kelainan pada rahim yang berbentuk hati. Dikatakan demikian, karena ada dua lekukan yang dalam di bagian atasnya sehingga terlihat seperti bentuk hati. Bicornuate uterus ini tidak mempengaruhi wanita sulit hamil, akan tetapi berdampak pada wanita yang sedang hamil karena meningkatkan risiko keguguran yang tinggi pada trimester kedua kehamilan dan kelahiran prematur[2].
Wanita hamil yang memiliki kelainan rahim berbentuk hati ini berpeluang tinggi melahirkan cacat lahir pada bayi dibandingkan dengan wanita normal biasanya. Resiko cacat lahir pada bayi yang dilahirkan empat kali lebih tinggi bagi wanita yang memiliki kelainan bicornuate uterus[2].
- Vaginal Agenesis
Vaginal agenesis atau agenesis vagina adalah kondisi yang dialami wanita karena vagina tidak berkembang dan rahim hanya berkembang sebagian atau bahkan sama-sama tidak berkembang[6].
Sebagaimana yang sudah dijelaskan di laman Mayo Clinic, agenesis vagina disebut dengan aplasia mullerian atau sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Kelainan ini biasanya sudah ada sebelum lahir, dan ada hubung kaitnya dengan kelainan lain, seperti kelainan pada jantung, tulang dan ginjal[6].
Para ilmuwan mengatakan, pada usia 20 minggu kehamilan terkadang rahim tidak berkembang dengan baik, yang harusnya menjadi saluran rahim dan vagina, jika tidak berkembang akan menjadi saluran tuba. Apabila rahim berkembang sebagian, maka janin tidak akan bisa berkembang dengan semestinya dan keguguran pun tak dapat dihindarkan. [6]
Kondisi ini mengakibatkan wanita yang mengalaminya akan mengalami kesulitan dalam program kehamilan atau bahkan tidak bisa hamil. Lakukan penanganan yang tepat untuk mengatasi hal ini dengan berkonsultasi bersama dokter[6].
- Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah cedera pada organ pada perut, seperti lambung, usus, pankreas, hati, empedu, limpa serta ginjal. Trauma abdomen ini bisa disebabkan oleh pukulan atau benturan benda tumpul, bahkan benda tajam[7].
Trauma abdomen juga disebabkan adanya benturan pada perut pada saat kecelakaan. Trauma ini jika terjadi pada wanita hamil akan mempengaruhi janin yang dikandung. Trauma abdomen juga disebabkan adanya benturan pada perut pada saat kecelakaan. [7]
Ketika terjadi benturan dikhawatirkan plasenta lepas dari dinding rahim dan menyebabkan pendarahan hingga gugurnya janin. Jika hal ini terjadi, pendarahan akibat trauma ini bisa menyebabkan keguguran, baik di trimester pertama maupun kedua[7].
- Trombofilia
Penyebab lainnya adalah trombofilia. Trombofilia adalah kelainan genetik atau bawaan yang menyebabkan darah membeku secara tidak normal pada pembuluh darah. Dalam kondisi ini, pembekuan darah akan membentuk suatu gumpalan darah (trombosis) di dalam darah[8].
Trombofilia ini bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil. Trombofilia pada ibu hamil akan mempengaruhi plasenta pada janin. Pembekuan darah pada pembuluh darah yang terdapat dalam plasenta akan menyumbat aliran nutrisi pada plasenta, sehingga janin akan kekurangan nutrisi dan tidak dapat berkembang. Apabila janin tidak mengalami perkembangan menandakan bahwa janin tidak dapat dipertahankan[8].
- Preeklampsia
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dikenal dengan istilah preeklampsia atau preeklamsia. Preeklamsia ini ditandai dengan adanya tekanan darah yang meningkat dan ditemukannya protein dalam urine seorang ibu hamil[9].
Preeklamsia ini rentan terjadi pada kehamilan pertama pada usia kandungan diatas 20 minggu atau trimester kedua. Gejala komplikasi preeklamsia ini berbeda di setiap penderitanya. Gejala yang umum terjadi seperti, tekanan darah tinggi, urine yang mengandung protein, sakit kepala, mual-mual dan sesak nafas. Preeklamsia ini sangatlah berisiko pada kehamilan, berikan perawatan sedini mungkin agar preeklamsia tidak semakin parah[9].
Kehamilan di trimester kedua memang mulai memberi kenyamanan pada ibu hamil. Akan tetapi, haruslah tetap menjaga asupan nutrisi dan rutin melakukan pengecekan kandungan agar janin tetap terpantau sehat.
Apabila ditemukan tanda kelainan dan gejala yang menyebabkan kehilangan janin atau keguguran seperti yang sudah dijelaskan di atas, perlu di tangani dengan cepat dan tepat agar terhindar dari hal yang tak di inginkan.