Kepala terbentur dapat terjadi pada semua usia dan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan otak permanen. Cedera ringan akibat kepala terbentur biasanya menimbulkan gejala ringan yang berlangsung sebentar. Akan tetapi, terjadinya gejala berat dapat mengindikasikan adanya cedera yang serius dan memerlukan penanganan segera[1, 2].
Untuk memberikan pertolongan pertama pada orang yang mengalami kepala terbentur, ikuti langkah berikut:
Daftar isi
1. Periksa Kondisi Pasien
Pertama-tama, periksa kondisi pasien untuk memastikan kesadarannya. Jika pasien tidak benar-benar sadar, tempatkan pasien pada sisi dengan posisi mendukung. Jika pasien sadar, sebaiknya dibantu untuk beristirahat pada posisi yang paling nyaman[3].
Selanjutnya, periksa pernapasan dan gejala yang dialami pasien. Beberapa gejala berikut dapat mengindikasikan cedera kepala serius[2, 3]:
- tingkat kesadaran yang berubah, seringkali menurun seiring waktu
- penglihatan kabur atau ganda
- sakit kepala berat
- mual atau muntah
- pendarahan berat pada kepala atau wajah
- perubahan warna di bagian bawah mata atau di belakang telinga menjadi hitam dan biru
- tidak bernapas
- napas bersuara abnormal
- kebingungan
- mudah marah
- kehilangan keseimbangan
- kelemahan atau tidak mampu menggunakan lengan atau kaki
- ukuran pupil mata tidak sama
- bicara cadel
- kejang-kejang
- hilang ingatan jangka pendek
- mengeluarkan cairan dari hidung atau salah satu telinga
Segera hubungi ambulans jika pasien mengalami gejala-gejala tersebut[2, 3].
Pada anak-anak, selain gejala yang telah disebutkan di atas, cedera berat dapat ditandai dengan gejala seperti[1, 2]:
- menangis terus menerus
- menolak untuk makan
- bengkak pada bagian lunak pada bagian depan kepala (bayi)
- muntah beberapa kali
2. Berikan Perawatan Hingga Ambulans Tiba
Pasien yang terluka sebaiknya berbaring dengan bagian kepala dan pundak sedikit dinaikkan. Jangan pindahkan pasien jika tidak diperlukan dan hindari menggerakkan leher pasien. Jika pasien mengenakan helm, sebaiknya jangan dilepas[2].
3. Hentikan Pendarahan
Untuk menghentikan pendarahan aplikasikan tekanan tegas pada luka menggunakan perban steril atau kain bersih. Jangan mengaplikasikan tekanan langsung ke luka jika diduga terjadi retak pada tulang tengkorak serta jangan membuang debris apapun dari luka. Tutupi bagian yang luka dengan kain perban steril[2, 4].
Jika pasien mengalami luka serius, hati-hati agar tidak menggerakkan kepala. Jika darah memenuhi kain, sebaiknya kain tidak diambil. Tempatkan kain lain di atas kain yang pertama[4].
4. Pantau Kondisi Pasien
Jangan meninggalkan pasien yang terluka sendirian dan teruslah perhatikan tingkat pernapasan dan kesadaran pasien[3].
Jika keluar cairan dari telinga atau hidung, tutupi bagian yang terkena dengan kain steril[3].
Jika pasien muntah, untuk mencegah tersedak, miringkan bagian kepala, leher, dan tubuh secara bersamaan ke satu sisi. Cara ini dapat melindungi tulang belakang, yang mana harus selalu diasumsikan mengalami luka pada kasus cedera kepala. Anak-anak sering muntah satu kali setelah cedera kepala[4].
Jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi normal (tidak bernapas, batuk, atau bergerak) mulailah prosedur CPR[2].
Berikut langkah melakukan CPR[5]:
- Hubungi ambulans atau minta orang lain menghubungi ambulans.
- Pastikan area sekitar aman, baringkan pasien secara terlentang.
- Duduklah dengan berlutut di samping dada pasien. Miringkan sedikit bagian belakang kepala dengan mengangkat dagu. Buka mulut pasien untuk mengecek adanya obstruksi (makanan atau muntahan). Keluarkan obstruksi untuk membuka jalur pernapasan.
- Periksa pernapasan pasien dengan menempatkan telinga dekat mulut pasien dan dengarkan selama beberapa detik. Jika tidak bernapas, mulailah CPR. Jika pasien tidak sadar tapi masih bernapas, tidak perlu dilakukan CPR.
- Tempatkan satu tangan di atas tangan yang lain dan gerakkan bersamaan. Dengan tumit tangan dan siku tegak, tekan dengan kuat dan cepat pada bagian tengah dada. Tekan hingga sedalam 5 cm. Lakukan 30 kompresi dada dengan kecepatan 100 kompresi per menit. Biarkan dada terangkat ke posisi normal di antara kompresi.
- Berikan dua kali pernapasan buatan. Pertama, pastikan rongga mulut bersih dari objek asing, miringkan kepala sedikit ke belakang dan angkat dagu pasien. Jepit hidung hingga menutup rapat, tempatkan mulut pada mulut pasien dan tiupkan udara untuk membuat dada pasien naik.
- Ulangi memberikan kompresi dan pernapasan buatan hingga ambulan tiba.
5. Menjaga Suhu Tubuh Pasien
Selimuti pasien pelan-pelan dengan kain atau selimut dan lindungi dari suhu ekstrim[3].
Kita bisa mengaplikasikan kantung es pada bagian yang mengalami pembengkakan untuk meringankan gejala. Pastikan untuk menutupi es dengan handuk sehingga tidak menyentuh kulit secara langsung[4].