Kadar serotonin yang berlebihan dalam tubuh merupakan penyebab utama timbulnya sindrom serotonin. [1, 2, 3, 4]
Sindrom serotonin biasanya timbul karena penggunaan obat atau kombinasi obat-obat tertentu. Obat-obat antidepresan seringkali dikaitkan sebagai penyebab sindrom ini. [3]
Daftar isi
Sindrom serotonin adalah kondisi yang disebabkan oleh kadar serotonin yang berlebihan dalam tubuh. [1]
Serotonin adalah hormon yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Melalui hormon ini, tubuh dapat mengontrol suasana hati, emosi, mengendalikan nafsu makan, hasrat seksual, mengatur sistem pencernaan, menentukan waktu tidur-bangun dan berbagai fungsi tubuh lainnya. [3, 4]
Namun demikian, ketika tubuh kelebihan hormon ini, maka timbulah masalah yang disebut sindrom serotonin. Kelebihan serotonin umumnya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang memengaruhi kadar serotonin, seperti obat-obat narkotika, antidepresan, obat untuk penyakit bopolar, obat-obat NAPZA dan lain-lain. [4,5]
Sindrom serotonin bisa menghasilkan gejala yang berbahaya bila tidak diobati. Gejala yang umumnya terjadi bisa mmemengaruhi otak, otot, dan bagian tubuh lainnya, seperti pupil membesar, tekanan darah tinggi, jantung berdetak cepat, agitasi atau kebingungan dan lain-lain. [1, 2, 5]
Sindrom serotonin bisa diobati. Untuk kasus ringan, dokter biasanya menyarakan pasien untuk meghentikan penggunaan obat-obatan yang mengandung serotonin, sedangkan untuk kasus parah, dokter akan memberikan obat seperti cyproheptadine (Periactin) untuk menghentikan hormon serotonin dalam tubuh. [4, 5]
Berikut ini beberapa fakta tentang sindrom Serotonin: [1, 2, 3, 4, 5]
Walaupun tubuh memproduksi serotonin untuk membantu sel-sel otak dan sistem-sistem saraf untuk saling berkomunikasi satu sama lain, namun bila kadar serotonin itu berlebihan bisa berubah menjadi momok yang menakutkan.
Kelebihan serotonin terjadi ketika sesorang mengonsumsi obat-obat/suplemen yang mengandung serotonin secara berlebihan atau dalam jumlah yang banyak.
Sindrom Serotonin memiliki gejala yang ringat hingga parah, misalnya sakit kepala, mual, muntah, badan menggigil, diare, gemeteran dan lain-lain, gejala-gejala ini diyakni bisa timbul dalam waktu singkat apabila pasien mengonsumsi obat yang mendukung peningkatan kadar serotonin dalam tubuh dalam jumlah yang banyak.
Sindrom ini diketahui sangat mudah menyerang orang yang baru memulai mengonsumsi obat-obat dengan kadar serotinin dan akan meningkat lebih besar juga bila seseorang mengonsumsi dua obat atau lebih secara bersamaan.
Tidak ada tes tunggal untuk mengidentifikasi sindrom serotonin. Untuk mendiagnosis pasien, pada dokter pada umumnya mempertimbangkan gejala dan semua obat yang dikonsumsi pasien. Pada kasus ini, pasien diminta kejujurannya untuk menceritakan gejala dan semua obat yang pernah dikonsumsi
Para medis acap kali mengidentikan sindrom serotonin dengan sindroma neuroleptik maligna (SNM). Walau jarang diketahui, namun beberapa orang yang mengalami sindrom serotonin memiliki gejala yang mirip dengan kondisi SNM.
Walaupun sangat jarang terjadi, sindrom neuroleptik maligna adalah penyakit yang serius dan bisa mengancam jiwa bila tidak ditangani dengan baik. Mirip dengan sindrom serotonin, SNM juga muncul karena reaksi tubuh terhadap obat-obat antipsikotik seperti haloperidol dan fluphenazine serta obat-obatan neuroleptik.
Sebagaimana uraian sebelumnya, sindrom serotonin disebabkan oleh kelebihan hormon serotonin. [1,2,3,4,5]
Kelebihan serotonin umumnya terjadi karena pasien menggabungkan dua atau lebih obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar serotonin seperti, obat-obatan terlarang (narkotika), suplemen nutrisi yang meningkatkan kadar serotonin, obat-obat untuk membantu mengatasi migrain seusai minum antidepresan, atau karena obat-obat antidepresan, seperti; [3,5]
Selain itu, mengonsumsi obat-obat resep tertentu, seperti antibiotik, obat antivirus yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS, dan beberapa obat untuk mengatasi mual ataupun nyeri dapat juga meningkatkan kadar serotonin. [2, 3, 5]
Selain penyabab utama yang disebutkan di atas, berikut ini beberapa obat atau kondisi yang dicurigai memicu sindrom serotonin: [1, 2, 4, 5]
Selain obat-obatan, ada pula beberapa hal seperti mengonsumsi narkoba jenis LSD, kokain, suplemen makanan seperti St. John’s wort dan ginseng dicurigai dapat meningkatkan kadar serotonin apalagi digabungkan dengan obat-obat antidepresan. [2, 3, 4]
FDA memperingatkan kepada semua perusahaan produksi obat untuk selalu memberikan label peringatan kepada setiap obat produksi yang mengandung kadar serotonin. [3, 4]
Hingga hari ini para dokter masih meneliti dengan serius gejala murni yang benar-benar timbul dari sindrom serotonin. Pasalnya beberapa gejala yang timbul hampir mirip dengan gejala yang timbul dari sindrom lain, misalnya sindrom neuroleptik maligna (SNM) misalnya perubahan detak jantung, perubahan keperibadian, sistem pencernaan terganggun, semi koma, apatis dan lain-lain. [3,4,5]
Serta beberapa penyakit lain yang memiliki gejala serupa seperti; tetanus, sepsis dan ensefalitis. [5]
Namun demikian, para dokter meyakini bahwa gejala sindrom serotonin sering dimulai dalam beberapa jam setelah obat/suplemen yang mempengaruhi tingkat serotonin dikonsumsi. Dan umumnya terjadi pada pasien yang baru memulai mengonsumsi obat/suplemen ini serta pasien lama yang hendak meningkatkan dosis obat dengan tingkat serotonin yang tinggi. [2,3,4]
Beberapa gejala yang dicurigai adalah sebagai berikut; [2,3,4,5]
Dalam kasus yang parah gejala yang timbul mungkin saja seperti: [4, 5]
Gejala yang timbul untuk kasus yang parah sangat berbahaya dan mengancam nyawa pasien, sehingga sesegera mungkin pasien dibawa ke rumah sakit. [2,3,4]
Siapa yang Paling Berisko Terhadap Sindrom Serotonin?
Sindrom serotonin adalah reaksi negatif yang berpotensi serius bila tidak dihentikan. Anda memiliki kemungkinan terhadap sindrom serotonin bila; [1,2]
Kapan Harus ke Dokter?
Anda harus segera ke dokter bila timbul gejala tak terduga setelah Anda baru saja mengonsumsi atau meningkatkan dosis atau sudah mengonsumsi terlalu banyak obat dengan tingkat serotonin yang tinggi. [1]
Mendapatkan pertolongan pada tahap awal timbulnya gejala membuat Anda bisa terhindar dari gejala yang lebih parah. [1]
Apabila gejala yang timbul cepat ditangani, maka sindrom ini tidak memiliki komplikasi yang serius, namun di tingkat yang sudah parah sindrom serotonin bisa menyebabkan kejang otot yang akibatnya adalah kerusakan pada jaringan otot-otot tubuh. [1]
Apabila jaringan otot tubuh rusak, maka timbulah beberapa penyakit serius seperti gagal ginjal, kesulitan bernapas, koma hingga pada kematian. [1,4]
Para dokter akan menggunakan tabung pernapasan dan respirator untuk melancarkan pernapasan, apabila pasien sulit bernapas. Untuk kejang yang parah, dokter barangkali akan menggunakan obat-obatan yang bisa melumpuhkan otot pasien untuk sementara, agar tidak timbul lagi kerusakan yang lebih lanjut di jaringan otot.[1,4,5]
Sebenarnya tidak ada pemeriksaan tunggal yang dapat mendiagnosis sindrom serotonin. [2,3,4]
Dokter biasanya mengawali diagnosis dengan memberikan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan, riwayat kesehatan pasien dan obat apapun– termasuk resep/non resep, yang pernah dikonsumsi. [3,4,5]
Setelah wawancara singkat itu, apabila ditemukan indikasi adanya sindrom serotonin, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. [4]
Dan untuk memastikan gejala yang timbul benar-benar karena sindrom serotonin (bukan yang lain), umumnya dokter akan melangsungkan tes laboratorium untuk menghindari gejala lain yang serupa sindrom serotonin seperti; penyakit sepsis, ensefalitis juga tentanus tetanus. [3,4,5]
Selain itu, beberapa tes tambahan mungkin akan dilakukan, misalnya; [1,2,3,4,5]
Pengobatan sindrom serotonin umumnya dilakukan berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tingkat keparahan gejala atau komplikasi yang dialami. [5,]
Apabila pasien hanya mengalami gejala yang ringan, maka pengobatannya meliputi; [12,3,4,5]
Apabila pasien mengalami gejala yang cukup parah maka pasien akan menerima beberapa perawatan berikut; [3,4,5]
Sindrom serotonin bisa menjadi momok yang menakutkan, bila tidak ditangani dengan tepat. Apabila Anda mengalami sindrom ini, cara yang perlu Anda lakukan adalah mengobatinya dengan baik agar tidak berkembang menjadi lebih buruk. [1,2]
Satu cara yang perlu Anda lakukan adalah berhenti mengonsumsi segala jenis obat/suplemen yang mengandung serotonin yang diketahui kadar serotininnya tinggi. [2]
Konsumsilah obat-obat yang diresepkan dokter untuk menyembuhkan sindrom serotonin dengan baik. [2]
Pastikan dokter mengetahui semua obat-obatan baik yang Anda konsumsi —baik resepkan maupun nonresep—terutama obat/suplemen yang Anda dapatkan dari tempat lain. [3,4,5]
Ketahuilah gejala sindrom serotonin yang timbul dan selalu konsultasikan perkembangan kesehatan Anda kepada dokter. [2,5]
Ceritakan semua hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyanangkan selama perawatan sindrom serotonin ini kepada dokter. [4,5]
1. Anonim. Serotonin syndrome. Mayo Clinic. 2021
2. Anonim. Serotonin syndrome. Health Navigator. 2021.
3. Jamie Eske. Medically reviewed by Alan Carter, Pharm.D. What to Know About Serotonin Syndorome. Medical News Today. 2019.
4. Jacquelyn Cafasso. Medically reviewed by Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP.Serotonin Syndrome. Healthline. 2018.
5. Reviewed by Jennifer Casarella.Serotonin Syndrome. WebMD. 2020.