Mengenal 8 Tahapan Pertumbuhan Manusia

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Erik Erikson adalah seorang psikolog yang memodifikasi teori psikoseksual milik Freud dan mengubahnya menjadi teori psikososial. Menurut teori psikososial ini, manusia mengalami 8 fase dalam perkembangan... hidupnya, dari bayi hingga lanjut usia. Pada setiap fase terdapat sebuah krisis atau tugas yang diselesaikan agar mencapai rasa kepuasan, kompeten, dan kepribadian yang sehat. Kegagalan untuk menyelesaikan tugas ini akan menyebabkan perasaan inadekuat dalam diri orang tersebut. Read more

Teori tahapan pertumbuhan manusia diciptakan oleh Erik Erikson, seorang ahli teori kepribadian. Teorinya membagi pertumbuhan manusia menurun waktu hidupnya, mulai dari lahir hingga meninggal. [2]

Pada setiap tahapnya, setiap individu harus berjuang dengan konflik yang dihadapi sebagai titik balik setiap tahapannya. Saat konflik telah terselesaikan dengan baik, orang tersebut akan mendapatkan kualitias psikologis yang sesuai pada tahap perkembangan tersebut. [2]

1. Bayi (Usia 12-18 Bulan): Percaya vs. Tidak Percaya

Tahap pertama dari teori Erikson dimulai saat lahir dan berlangsung hingga bayi anda berulang tahun yang pertama. [3]

Anda mungkin menyadari bahwa bayi nada bergantung dengan anda dalam segala hal, termasuk makanan, kehangatan, dan rasa nyaman. Anda harus selalu berada disamping bayi anda dengan memberikan mereka material dan kasih sayang. [3]

  • Percaya: Saat orang tua merespon dengan baik saat bayi menangis, bayi tersebut belajar mengantungkan hidupnya dengan orang lain. Saat orang tua memberikan segala keperluannya, bayi dapat menumbuhkan rasa percaya dan aman. [1]
  • Tidak Percaya: Saat orang tua tidak memberikan apa yang diinginkan bayi, bayi akan tumbuh dengan rasa tidak percaya. Bayi tidak menyandarkan segala keperluannya dengan orang lain dan merasa tidak aman. [1]

2. Batita (Usia 18 Bulan – 3 Tahun): Autonomi vs. Malu dan Keraguan Diri

Tahapan yang kedua menghasilkan konflik antara autonomi dengan rasa malu dan keraguan. Aktivitas seperti cara menggunakan toilet, memilih makanan, dan memilih mainan dapat menyebabkan rasa mandiri anak semakin tinggi. [2]

Pada tahap ini, anak sadar bahwa dirinya dapat melakukan beberapa hal dengan sendiri. Biarkanlah anak-anak memilih makanannya sendiri, atau memilih bajunya sendiri. Ruang dan kesempatan ini akan sangat berarti untuk anak dapat membangun rasa percaya diri. [3]

  • Autonomi: Kondisi saat orang tua memberikan dasar keamanan untuk anak mengeksplorasi dunia. Saat orang tua meminta anak untuk melakukan sesuatu sendiri, anak tersebut akan tetap merasa aman untuk mengambil risiko yang terjadi. [1]
  • Malu atau ragu: Orang tua yang mengecilkan hati anak dapat menyebabkan anak tumbuh dengan perasaan malu. Jika orang tua memupuk rasa ketergantungan yang berlebihan, anak akan belajar untuk meragukan dirinya sendiri. [1]

3. Balita (Usia 3 – 5 Tahun): Inisiatif vs. Rasa Bersalah

Tahap yang ketiga adalah tahap inisiatif melawan rasa bersalah. Tahap ini berpusat pada perkembangan rasa inisiatif diri. Seorang anak yang dibiarkan untuk terlibat dalam permainan yang mandiri akan tumbuh dengan rasa inisiatif yang kuat. [2]

Pada tahap ini juga seorang anak akan mulai mempertanyakan segala sesuatu, seperti bertanya kemana perginya hewan peliharaan yang telah mati saat anda sedang stres akan sesuatu. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan rasa tulus, anda sebenarnya sedang menginvestasikan gambaran positif ke anak anda. [3]

  • Inisiatif: Anak belajar bagaimana membuat keputusan dan merencanakan masa depan. Anak dapat tumbuh menjadi orang dewasa dengan ambisi yang kuat. [1]
  • Rasa Bersalah: Saat seorang anak dikritik karena terlalu menginginkan sesuatu, anak dapat merasa bersalah karena mengejar keinginan mereka. Orang tua dapat mengontrol dan mengajari anak untuk kearah yang lebih baik daripada menanamkan rencana orang tua dalam hidup anak. [1]

4. Anak-anak (Usia 5-12 Tahun): Industri vs. Inferioritas

Selama masa sekolahnya, anak akan masuk kedalam fase industri vs inferioritas. Saat anak melakukan interaksi dengan teman dan melakukan aktivitas akademik disekolah, anak mulai mengembangkan perasaan dari sebuah kebanggaan dan pencapaian di aktivitas dan kemampuannya. [2]

Jika anda menyadari bahwa anak ada merasa kesulitan dalam suatu hal, lihatlah sisi lain dimana anak tersebut dapat bersinar. Orang tua dapat membantu mengarahkan kekuatan mereka ke area dimana mereka memiliki alami. [3]

Saat anak anda sukses, mereka akan merasakan bangga dan percaya bahwa mereka dapat membuat target pencapaian. Namun, jika seorang anak mengalami pengalaman negatif saat dirumah atau di lingkungan, mereka dapat merasa inferior. [3]

  • Industri: Anak yang telah menyelesaikan tugas dapat membentuk rasa percaya diri dan kebanggaannya tersendiri. Orang tua dapat memuji anak atas pencapaiannya untuk mendorong rasa percaya dirinya. [1]
  • Inferioritas: Anak yang tidak dapat melalui beberapa ujian dan tantangan dapat meragukan kemampuan dan harga dirinya. Saat seorang anak terus di kritik, mereka dapat membentuk perasaan inferior. [1]

5. Remaja (Usia 12-18 Tahun): Identitas vs. Kebingungan

Pada tahap perkembangan ini, identitas pribadi seseorang menjadi penting. Remaja mengeksplorasi beragam kebiasaan, peran, dan identitas. [2]

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tidaklah mudah. Pertanyaan tersebut dapat berupa “Siapa saya?”, “Apa pekerjaan yang akan saya lakukan?”, “Bagaimana cara saya bisa berbaur di lingkungan?”, “Apa yang terjadi dengan tubuh saya?, dan pertanyaan lainnya. [3]

Anak remaja yang sukses melewati masa krisis ini dapat tumbuh menjadi remaja dengan identitas yang kuat. Mereka akan mampu bertahan dalam segala ujian dan tantangan yang akan mereka hadapi di kedepannya. [3]

Tapi, saat seorang remaja tidak menemukan identitasnya, mereka tidak dapat membentuk diri yang kuat dan belum memiliki gambaran yang jelas mengenai masa depannya. Kebingungan ini dapat semakin kuat jika orang tuanya mencoba menekan mereka. [3]

  • Identitas: Untuk sukses dalam tahap ini, remaja harus mengetahui dirinya sendiri. Mereka harus menentukan prioritas-prioritas dalam hidup, seperti keluarga, akademik, dan lainnya. Mereka harus menentukan tujuan untuk dasar kehidupan dewasanya menurun nilai-nilai penting. [1]
  • Kebingungan: Beberapa remaja mungkin sulit untuk mengetahui dirinya. Mereka dapat kesulitan untuk memutus gambaran diri yang dibentuk oleh orang tua atau yang diharapkan oleh orang lain. Tanpa identitas yang jelas, remaja dapat tumbuh dengan rasa kebingungan. [1]

6. Dewasa Awal (Usia 18-40 Tahun): Keintiman vs. Isolasi

Pada tahap ini, anda mulai mengerti mengenai diri anda dan masuk kedalam sebuah hubungan yang aman dengan komitmen dan cinta. Seseorang yang tidak lulus pada tahap sebelumnya dan tidak memiliki identitas yang kuat akan sulit untuk membangun hubungan dengan komitmen. [3]

  • Keintiman: Hubungan dapat menjadi kunci dari afeksi dan keintiman. Dalam lingkungan orang dewasa, banyak keuntungan emosional dari memiliki sebuah komitmen dan hubungan seumur hidup. [1]
  • Isolasi: Menurut Erikson, seseorang yang tidak membangun hubungan dapat menjadi terisolasi di lingkungan. Mereka dapat memiliki rasa kesepian dalam jangka panjang. [1]

7. Dewasa Menengah (Usia 40 – 65 Tahun): Generativitas vs. Stagnasi

Tahap ke 7 ditandai dengan keadaan untuk memberi sesuatu kepada orang lain, atau dalam kata lain membesarkan anak anda. Hal ini juga dapat berarti anda berkontribusi di lingkungan untuk mendapatkan komunitas yang baik. [3]

Orang-orang akan melakukan aktivitasnya dan menjadi produktif dalam tahap inil. Janganlah anda stess jika anda tidak dapat menemukan waktu yang pas untuk masuk dalam lingkungan. Anda hanya perlu menunggu hingga orang-orang dirumah anda tidak menuntut dengan anda. [3]

  • Generativitas: Seseorang dapat memberi arahan kepada generasi selanjutnya melalui parenting. Berkontribusi terhadap lingkungan sosial dapat memberikan seseorang perasaan berkomunitas. [1]
  • Stagnasi: Seseprang dapat mereka mereka sudah tidak memiliki dampak bagi lingkungan. Jika seseorang sudah tidak merasakan pekerjaannya berarti, mereka akan merasa lelah dan terisolasi. Beberapa orang dapat terasa mereka telah mencapai puncak dan kehidupan selanjutnya akan terus memburuk. [1]

8. Dewasa Akhir (Usia Diatas 65 Tahun): Integritas vs. Putus Asa

Tahap ini adalah tahap refleksi. Selama masa dewasa akhir, saat kecepakan kehidupan mulai melambat, seseorang akan melihat kebelakang mengenai kehidupannya dan mengingat pencapaian yang telah mereka peroleh. Seseorang yang bangga dengan apa yang mereka lakukan akan mengalami sebuah kepuasan yang tulus. [3]

Namun, seseorang yang tidak menyelesaikan tahap sebelumnya dengan baik dapat merasa kehilangan dan menyesal. Jika mereka melihat hidupnya tidak produktif, mereka akan menjadi tidak puas dan depresi. [3]

  • Integritas: Seseorang akan merasa telah terpenuhi dengan kehidupannya dan dapat menghadapi kematian dan penuaan dengan rasa bangga. [1]
  • Putus asa: Seseorang akan merasa kecewa dan menyesal, serta akan merasa putus asa. [1]
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment