Tekanan darah rendah atau hipotensi adalah penurunan tekanan darah seismik dibawah nilai rendah yang ditentukan. Tekanan darah normal berada di antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg dan apabila tekanan darah seseorang berada di bawah nilai 90/60 mmHg maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut menderita tekanan darah rendah atau hipotensi. [1][5]
Gejala tekanan darah rendah berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, bahkan ada yang tidak merasakan gejala apapun. Namun pada umumnya, gejala yang dirasakan adalah pusing atau sakit kepala ringan, merasa akan jatuh bahkan pingsan, pandangan kabur dan berkunang-kunang, sakit di bagian belakang bahu atau leher, mual dan mudah merasa lelah.[6]
Bagi penderita darah rendah, penyakit ini bisa datang kapan saja. Beberapa faktor pemicu penyebab kambuhnya darah rendah diantaranya adalah perubahan dan perpindahan posisi tubuh, makanan, usia, kehamilan, dehidrasi, penyakit tertentu, konsumsi obat obatan, kekurangan nutrisi, konsumsi alkohol dan rokok, serangan panik, aktivitas berlebih dan genetik.[5]
Daftar isi
1. Umur
Tekanan darah rendah atau hipotensi bisa menyerang siapa saja dan pada umur berapapun. Namun, kasus penyakit ini lebih sering ditemukan pada rentang usia dewasa dan usia lanjut. Hal ini biasa dipicu oleh penurunan tekanan darah saat berdiri atau setelah makan. [5]
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun [5]
Resiko tekanan darah rendah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi ini disebabkan aliran darah ke otot jantung dan otak akan menurun seiring bertambahnya usia. Sedangkan tekanan darah rendah yang diperantarai oleh sistem saraf biasanya mempengaruhi usia anak-anak dan remaja.[2]
2. Perubahan Posisi Tubuh
Darah rendah yang dipicu oleh perubahan posisi tubuh secara mendadak dikenal juga dengan sebutan hipotensi ortostatik. Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan darah secara tiba-tiba ketika seseorang berdiri dari posisi duduk atau setelah berbaring dalam waktu yang cukup lama. Seseorang dengan hipotensi ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-30 mmHg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.[1][7]
Pada saat berada pada posisi tertentu, darah akan banyak berada di posisi terbawah karena dipengaruhi gravitasi dan biasanya tubuh akan meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah untuk memastikan kecukupan darah yang kembali ke otak. Namun, pada orang dengan penyakit darah rendah, mekanisme ini tidak terjadi dan tekanan darah menurun menyebabkan pusing, penglihatan kabur bahkan pingsan.[1][4][6]
3. Setelah Makan
Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dapat terjadi setelah makan. Hal ini dipengaruhi oleh aliran darah yang akan banyak mengalir ke saluran pencernaan setelah makan. Darah yang mengandung oksigen diperlukan untuk memproses makanan yang masuk ke dalam tubuh dan tentunya membutuhkan lebih banyak energi.[1]
Sistem pencernaan memiliki mekanisme yang rumit dan membutuhkan koordinasi yang tepat antara sistem pencernaan, sistem saraf dan peredaran darah. Setelah selesai makan, maka aliran darah akan banyak menuju lambung dan usus kecil, untuk mengimbangi hal ini jantung akan berdetak lebih cepat dan keras dan pemmbuluh darah akan menyempit. [8]
Hal ini akan menjaga tekanan darah dan aliran darah ke otak dan seluruh tubuh. Namun pada penderita hipotensi, terjadi kegagalan mekanisme dan menurunkan tekanan darah.[8]
4. Kehamilan
Selama kehamilan, sistem peredaran darah berkembang pesat sehingga tekanan darah akan cenderung turun. Hal ini merupakan sesuatu yang normal ketika sedang berada pada masa kehamilan. Tekanan darah biasanya akan kembali ke tingkat normal atau sebelum kehamilan setelah melahirkan.[1]
Tekanan darah sistemik sedikit menurun selam kehamilan. Ada sedikit perubahan pada tekanan darah sistolik, namun tekanan darah diastolik menurun 5-10 mmHg pada usia kehamilan 12-26 minggu. Tekanan darah diastolik meningkat seperti keadaan prepregnant pada 36 minggu kehamilan. [2]
Obstruksi yang disebabkan penekanan uterus pada vena kava inferior dan penekanan bagian presentasi fetus pada vena iliaka dapat menurunkan aliran darah balik ke jantung. Penurunan kardiak output ini menyebabkan turunnya tekanan darah dan menyebabkan endema pada ekstremitas bawah.[2]
5. Dehidrasi
Ketika tubuh kekurangan cairan, dapat berimbas pada tubuh sehingga menyebabkan pusing, lemas dan kelelahan. Hal ini tentunya akan mengganggu proses alami tubuh dalam melakukan peredaran darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan volumen darah menurun sehingga memicu gejala hipotensi seperti demam, pusing, kelelahan dan muntah.[1]
6. Penyakit Tertentu
Salah satu penyakit yang berkaitan erat dengan penyebab darah rendah adalah gangguan pada jantung. Beberapa kondisi jantung yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah adalah masalah katup jantung, serangan jantung dan gagal jantung.[1]
Masalah kesehatan ini juga dapat menyebabkan detak jantung menjadi sangat rendah (bradikardia) sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah. Apabila detak jantung menjadi rendah, akan berpengaruh terhadap tingkat pompaan jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah dalam tubuh menjadi rendah.[3]
7. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi bisa menjadi penyebab tekanan darah rendah, namun bukan menjadi faktor utama. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia dimana tubuh tidak mendapatkan cukup zat besi atau vitamin B12 untuk memproduksi sel darah merah. Hal ini menyebabkan volume darah yang lebih rendah dan pada akhirnya akan menyebabkan tekanan darah rendah.[1]
Cara Mengatasi Kambuhnya Darah Rendah
Tekanan darah diatur secara terus menerus melalui sistem saraf otonom sebagai keseimbangan sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis bertindak untuk meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan denyut jantung dan menyempitkan arteriol. [5]
Sistem saraf parasimpatis menurunkan tekanan darah dengan menurunkan denyut jantung dan mengendurkan arteriol untuk meningkatkan diameter pembuluh darah. Jika tekanan darah terlalu rendah, kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya menjadi terhambat atau berkurang.[5]
Darah rendah dapat diatasi dengan cara memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari, pelan-pelan jika ingin berdiri dari posisi duduk atau berbaring, duduk jika sudah terlalu lama berdiri, tidur menggunakan bantal tambahan. Beberapa penanganan medis dapat mengatasi tekanan darah rendah diantaranya adalah mengkonsumsi obat-obatan seperti furosemide, propanol, tenormin, droxidopa, pyridostigmine microzide dan lainnya.[1][5][6]