Apakah Kopi Meningkatkan Kolesterol? Ini Faktanya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Kopi adalah jenis minuman yang sangat penting bagi sebagian besar orang dan tidak boleh terlewat untuk dikonsumsi setiap hari.

Penyajian kopi pun beragam, bisa hangat, panas, dan bahkan dingin (dengan es) [1].

Ada kopi yang bisa dinikmati begitu saja (kopi hitam tanpa pemanis), tapi ada pula kopi yang diberi tambahan gula, krim, susu, dan perisa lainnya sesuai selera masing-masing pengonsumsi [2].

Bila kopi terkait dengan risiko hipertensi dan penyakit lambung, perlu juga untuk mengetahui apakah kopi meningkatkan kolesterol serta apa keterkaitan keduanya.

Apakah kopi meningkatkan kolesterol?

Ya, tergantung jenis kopi dan cara penyajiannya, sebab jenis dan cara penyajian kopi berbeda-beda.

Tidak hanya itu, seberapa banyak mengonsumsi jenis kopi dengan kandungan kolesterol juga menentukan apakah kopi meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Sejumlah penelitian berhasil menunjukkan bahwa beberapa kopi mengandung minyak yang disebut diterpenes [2,3].

Kahweol dan cafestol adalah jenis minyak atau diterpenes yang ada di dalam beberapa jenis kopi yang ada secara alami baik di dalam kopi berkafein maupun kopi decaf [2,3].

Sebuah hasil studi yang ada pada American Journal of Epidemiology membuktikan bahwa cafestol memiliki kemampuan dalam memengaruhi proses metabolisme kolesterol [2,3].

Kadar kolesterol di dalam darah bisa kemudian meningkat karena minyak kopi atau diterpenes tersebut menurunkan asam empedu dan sterol netral [2].

Untuk kopi hitam seduh yang pahit, menurut ahli jantung Dennis Bruemmer, MD, PhD kopi ini tidak berkolesterol [1].

Beberapa jenis kopi dengan kandungan LDL atau kolesterol jahat meliputi kopi Turki, kopi Skandinavia, kopi french press dan espresso [4].

  • Kopi Turki

Turkish coffee atau kopi Turki jenis kopi yang dibuat dengan menyeduhnya di dalam cezve (teko kopi tembaga) [5].

Kopi ini terbuat dari kombinasi air dengan biji kopi yang sudah digiling halus di mana penyampurannya dilakukan sampai timbul busa pada cairan busa karena memasaknya hingga mendidih [5].

Penyajian kopi Turki dapat dilakukan dengan penambahan gula sekitar 1 sendok teh atau bisa juga dengan kapulaga [5].

Namun bila ingin menikmatinya tanpa tambahan pemanis pun sah-sah saja [5].

Menurut sebuah hasil studi tahun 2007, kopi Turki memiliki kandungan diterpenes yang paling tinggi, bersama dengan kopi Skandinavia [6].

  • Kopi Skandinavia

Kopi Skandinavia atau Scandinavian-style coffee adalah jenis kopi yang memiliki cita rasa tinggi dengan keseimbangan seduhan yang sempurna [7].

Kopi Skandinavia pun diketahui memiliki perbedaan cukup besar bila dibandingkan jenis kopi lain, dan kuncinya ada pada telur [7].

Telur mentah yang dicampurkan dengan kopi giling adalah rahasia kenikmatan kopi ini, namun juga sekaligus membuat kandungan diterpenes-nya lebih tinggi [3,7].

  • Kopi French Press

Kopi French press adalah jenis kopi yang dibuat dengan metode French press, yakni penggunaan mesin berupa wadah stainless steel atau kaca yang memiliki pegangan dan di atasnya ada sepotong silinder stainless steel mesh [8].

Pada wadah tersebut juga terdapat penutup baja yang saat menggunakannya bisa didorong maupun ditarik [8].

Seseorang yang ingin membuat kopi French press dapat menaruh bubuk kopi pada bagian bawah wadah, merebusnya dengan air panas, lalu menggunakan plunger untuk pelan-pelan menekannya [8].

Pengguna metode ini cenderung bebas dalam membuat kopi sesuai selera mereka masing-masing sehingga rasa kopi French press pun beragam [8].

Menurut sebuah hasil penelitian, partisipan yang mengonsumsi 5 cangkir kopi French press setiap hari selama 4 minggu mengalami peningkatan 6% hingga 8% kadar kolesterol dalam darah [9].

  • Espresso

Espresso adalah jenis kopi yang proses pembuatannya melalui proses penyeduhan tekanan tinggi setelah kopi digiling, dihaluskan dan dipadatkan [10].

Espresso adalah ekstrak kopi yang kental dan kadar diterpenes-nya tergolong sedang untuk kopi yang tidak disaring [3,10].

Karena espresso biasanya disajikan dengan takaran kecil, minum kopi ini asal tidak terlalu banyak (dianjurkan secukupnya saja) tidak akan terlalu berefek pada kadar kolesterol dalam tubuh [3,10].

Namun jika meminumnya terlalu banyak, maka efek peningkatan kadar kolesterol berpotensi terjadi [3].

Mengapa jenis kopi dan penyajiannya berpengaruh terhadap kolesterol?

Proses penyeduhan biji kopi menggunakan air panas membuat minyak kopi atau diterpenes keluar dan hal ini dijumpai pada kopi French press dengan kadar cafestol tinggi [3].

Sementara itu, kopi Amerika terbukti menjadi jenis kopi dengan diterpenes paling rendah [3].

Ini karena kopi gaya Amerika dalam penyeduhannya menggunakan teko lengkap, sudah termasuk alat untuk menyaring [3].

Cafestol yang ada di dalam bubuk kopi akan tertinggal di penyaring ketika membuat kopi ala Amerika [3].

Walau kopi tertentu memiliki keterkaitan dengan peningkatan kolesterol dalam darah, belum dijumpai kaitan signifikan antara kopi dengan risiko kanker maupun penyakit jantung [3].

Namun, seberapa baik efek kopi bagi tubuh kembali pada jenis kopi yang dikonsumsi dan seberapa sering atau banyak mengonsumsinya [3].

Kesimpulan

Kopi mampu meningkatkan kolesterol, khususnya untuk jenis-jenis kopi berminyak (disterpenes) tinggi dan apabila mengonsumsinya secara berlebihan.

Namun terlepas dari adanya kaitan antara kopi dengan kolesterol, konsumsi jenis kopi ber-diterpenes tinggi bukan berarti tidak boleh dikonsumsi.

Pembatasan asupan kopi bisa dilakukan untuk menjaga supaya kadar kolesterol tetap normal, termasuk untuk kopi gaya Amerika yang disterpenes-nya rendah.

Jika terdapat riwayat penyakit berkaitan dengan kolesterol, tanyakan kepada dokter mengenai asupan kopi yang tepat atau aman.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment