6 Cara Mencegah Penyakit Kuning pada Bayi Baru Lahir

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Penyakit kuning pada bayi atau newborn jaundine adalah kondisi di mana kulit dan putih mata tampak kekuningan pada beberapa hari setelah lahir. Pada sebagian dari semua bayi yang lahir memang mengalami kekuningan yang ringan. Pada bayi prematur, penyakit kuning dapat dimulai lebih awal dan berlangsung lebih lama daripada bayi pada umumnya[1].

Penyakit kuning biasanya terjadi karena produksi bilirubin pada bayi baru lahir meningkat. Bilirubin diproduksi dari pemecahan sel darah merah. Bilirubin adalah bahan kimia berwarna kuning yang diproduksi saat sel darah merah rusak[1].

Saat hamil, hati akan mengeluarkan bilirubin untuk bayi. Saat lahir, hati dari ibu akan mengeluarkan bilirubin. Namun, apabila hati bayi tidak cukup berkembang, maka bilirubin akan sulit dibuang sehingga menumpuk pada tubuh. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penyakit kuning pada bayi [1].

Meski hal yang cukup wajar dialami oleh bayi, penyakit kuning pada bayi dapat berkembang lebih parah apabila tidak segera diatasi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit kuning pada bayi semakin parah, di antaranya:

1. Tes darah saat hamil

Tes darah bisa digunakan untuk mengetahui kadar bilirubin dalam darah. Tes darah juga bisa membantu mendeteksi masalah kesehatan seperti penyakit atau kondisi medis tertentu, misalnya terjadi inkompatibilitas Rh ibu hamil dan janin yang dikandungnya[3].

Saat ibu Rh-negatif sementara janin yang dikandungnya memiliki Rh-positif, maka sistem kekebalan ibu akan memperlakukan sel-sel janin Rh-positif sebagai zat asing. Tubuh ibu akan membuat antibodi terhadap sel-sel bayi tersebut[3].

Saat antibodi menyebrang melalui plasenta pada tubuh bayi, maka sel darah pada bayi akan dipecah. Sel darah merah yang dipecah akan membentuk bilirubin. Hal inilah yang menyebabkan bayi menjadi kuning atau jaundice [3].

2. Cegah risiko bayi lahir prematur

Bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu atau prematur cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kuning. Bilirubin diproduksi dari hasil pemecahan sel darah merah. Saat lahir, hati ibu akan mengeluarkan bilirubin. Saat hamil, hati akan mengeluarkan bilirubin untuk bayi[4].

Saat lahir, hati dari ibu akan mengeluarkan bilirubin. Namun, apabila hati bayi tidak cukup berkembang, maka bilirubin akan sulit dibuang sehingga menumpuk pada tubuh. Kondisi tersebut tentu berisiko menyebabkan penyakit kuning pada bayi [4].

3. Mengetahui bahwa ASI mungkin menyebabkan bayi kuning

Bayi kuning yang berkaitkan karena menyusui ada 2 macam yaitu breastmilk jaundice dan breastfeeding jaundice. Breastmilk jaundice adalah bayi kuning akibat ASI. Mekanisme tersebut belum secara jelas diketahui[5].

Namun diasumsikan ada komponen dalam ASI yang menghambat pemecahan bilirubin sehingga terjadi penumpukan bilirubin. Pada kondisi ini, pemberian ASI tidak perlu dihentikan. Menyusui secara terus-menerus akan memperbaiki suplai ASI dan kadar bilirubin bisa secara normal turut menurun[5].

Breasfeeding jaundice atau kekurangan ASI juga bisa menyebabkan bayi kuning. hal ini dikarenakan ASI dapat meningkatkan pergerakan usus. Pergerakan usus akan membantu mengeluarkan bilirubin yang menumpuk dalam tubuh. Apabila pergerakan usus berkurang akibat kurangnya asupan ASI, tentu bilirubin tidak dikeluarkan dari tubuh sehingga menumpuk dalam tubuh [5].

4. Lakukan inisiasi menyusui sesegera mungkin

Menyusui bisa mengurangi risiko kekuningan pada bayi. Asupan ASI pada bayi harus selalu terpenuhi. Segera susui bayi apabila bayi tampak mengisap tangan dan memegang bibir. Sebaiknya segera berikan ASI tanpa menunggu bayi menangis. Apabila bayi menangis, mungkin menyusui menjadi tidak berjalan dengan baik. Apabila bayi kenyang, mereka biasanya akan rileks, melepas isapan mereka di payudara, dan tertidur [6].

5. Beri air susu pada bayi secara teratur

Penyakit kuning pada bayi bisa dipengaruhi oleh ASI. Pada saat bayi lahir, bayi mungkin akan tampak kuning setelah diberikan ASI. Hal ini wajar terjadi, dan tetap berikan ASI terus-menerus. Pemberian ASI secara teratur perlahan akan membuat kekuningan pada bayi berkurang. Kekurangan ASI juga bisa menyebabkan bayi tampak kuning[6].

Oleh karena itu, kebutuhan susu pada bayi harus selalu terpenuhi. Pemberian susu setidaknya diakukan sekitar 10 – 12 kali sehari dimulai pada hari pertama. Frekuensi menyusui ini tentu berbeda untuk setiap bayi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bayi tidak sampai merasa haus sehingga kebutuhan susu pada bayi selalu terpenuhi [6].

6. Jemur bayi di bawah sinar matahari saat pagi hari

Sinar matahari dapat memecah bilirubin. Menjemur bayi selama 1 jam bisa mengurangi kekuningan pada bayi. Menjemur bayi biasa dengan meletakkan bayi di keranjang bayi atau di atas selimut di dekat jendela dengan sinar matahari atau cahaya tidak langsung meskipun matahari tertutup awan[7].

Ruangan harus hangat dan bayi tidak menggunakan pakaian kecuali popok atau pampers. Jemur bayi selama 20 – 30 menit setiap hari. Sinar matahari cukup efektif untuk terapi jaundice pada bayi yang ringan. Namun, apabila jaundice cukup parah tentu membutuhkan perawatan lebih canggih[8].

Gejala penyakit kuning pada bayi dapat dilihat melalui beberapa kondisi. Gejala yang umum terjadi yaitu kulit dan bagian putih mata tampak kekuningan. Namun kondisi perubahan warna menjadi kekuningan agak sulit dikenali pada pemilik kulit coklat atau hitam[2].

Warna kekuningan juga tampak pada bagian mulut, telapak kaki, dan telapak tangan. Selain itu, bayi juga akan lebih sering mengantuk, tidak ingin minum ASI, urin kuning tua, dan kotoran tampak pucat [2]. Kondisi penyakit kuning biasanya muncul sekitar 2 hari setelah lahir dan menghilang pada saat bayi berusia 2 minggu[2].

Namun pada bayi prematur, penyakit kuning akan muncul pada 5 – 7 hari setelah lahir dan menghilang saat bayi berusia 3 minggu. Selain itu, kekuningan pada bayi juga akan sedikit lebih lama pada bayi yang hanya mendapatkan ASI [2].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment