5 Ciri-Ciri Bayi Kuning yang Berbahaya dan Cara Pengobatannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Penyakit kuning merupakan kondisi di mana bagian tubuh seperti kulit dan mata jadi menguning. Penyakit kuning tidak berbahaya dan lazim dialami oleh bayi yang baru lahir. Penyakit kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin atau pigmen kuning ini banyak diproduksi saat aktivitas pemecahan sel darah merah di dalam tubuh bayi. [1]

Saat bayi lahir, organ tubuh belum sepenuhnya bergerak secara optimal layaknya pada orang dewasa seperti buang air kecil atau besar. Fenomena ini dapat berpengaruh pada pengeluaran atau pembuangan bilirubin melalui feses atau urine menjadi kurang optimal. [2]

Akan tetapi, kelebihan bilirubin pada masih dianggap wajar sehingga orang tua tidak perlu khawatir. Kadar bilirubin pada bayi bisa berdampak positif sebagai perlindungan untuk melawan infeksi saat bayi baru lahir. Sayangnya, sebagian besar kelebihan kadar bilirubin yang tinggi menyebabkan penyakit kuning. [2]

Penyakit kuning pada bayi umumnya ditemukan pada hari ke 2-4 setelah lahir dan berlangsung selama 1-2 minggu. Orang tua kerap panik ketika sang bayi mengalami penyakit kuning. Padahal, perlu digarisbawahi bahwa penyakit ini tidak berbahaya. Dengan demikian, penting bagi orang tua mengetahui ciri-ciri penyakit kuning sebagai berikut.

1. Tubuh Bayi Menguning

Ciri utama dari penyakit kuning ialah bagian tubuh bayi yang menguning tidak seperti pada bayi umumnya. Tanda ini akan terlihat dalam 2-4 hari setelah lahir. Warna kuning pada tubuh bayi akan menyebar dari wajah hingga ke bagian bawah apabila bertambah parah. [1]

Namun, penyakit kuning pada bayi sulit dideteksi di warna kulit gelap. Cara mudah dalam memeriksa bayi yang terkena penyakit kuning dengan memencet bagian hidung bayi. Normalnya, bayi tanpa penyakit kuning akan terlihat pucat. Sementara bayi dengan penyakit kuning akan cenderung terlihat kuning. [1]

2. Metabolisme Tidak Lancar

Sistem metabolisme tubuh bayi memang tidak selancar bayi dewasa atau orang dewasa. Akan tetapi, orang tua perlu waspada ketika dalam kurun waktu 6 jam bayi tidak buang air kecil. Ciri ini menjadi salah satu tanda bayi terkena penyakit kuning. [2]

Sangat wajar apabila hari pertama dan kedua setelah lahir, metabolisme buang air kecil bayi sedikit. Seiring berjalannya waktu serta meningkatnya frekuensi ASI, maka bayi akan buang air kecil dalam 1-6 jam sehari.[3] Lebih dari itu, orang tua perlu waspada akan penyakit kuning pada bayi.

3. Nafsu Makan Berkurang

Pemberian ASI sangat penting sebagai pemenuhan gizi anak. Bayi baru lahir (newborn) belum bisa mengonsumsi apapun selain ASI. Oleh karena itu, makanan dan nutrisi bayi hanya dapat dipenuhi dengan ASI. Frekuensi pemberian ASI pada bayi baru lahir yaitu dalam 1-3 jam sekali. Pendeknya durasi ini berguna juga untuk memperlancar ASI pada sang Ibu. [4]

Apabila nafsu makan bayi baru lahir terhadap ASI berkurang, hal ini bisa menjadi salah satu tanda penyakit kuning. Selain itu, nafsu ASI berkurang juga dapat menyebabkan masalah lain pada bayi seperti rasa kantuk berlebihan yang menjadi indikator penyakit kuning. Orang tua perlu waspada karena berkurangnya nafsu makan pada bayi akan berdampak pada hal lainnya.

4. Bayi Lebih Rewel

Mengetahui ciri penyakit kuning pada bayi ternyata dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat kerewelan bayi. Bayi dengan penyakit kuning secara umum lebih rewel dibandingkan biasanya. Di mana sang bayi jadi harus digendong secara terus-menerus. Bagi beberapa orang tua, hal ini dapat menghambat aktivitas lainnya.

Cara menenangkannya, orang tua dapat menimang dan mengayunkan bayi secara perlahan sampai tenang. Supaya tidak kelelahan, orang tua bisa menggunakan cara lain dengan menggendong bayi di atas gymball sambil menenangkannya. [5]

5. Bayi Lahir Prematur

Bayi prematur ialah bayi yang lahir kurang lebih 3 minggu sebelum estimasi kelahiran normal. Bayi lahir normal apabila sudah mencapai 37 minggu di dalam rahim Ibu. Artinya, bayi prematur lahir saat kandungan berusia sekitar 34 minggu.

Bayi prematur dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kuning. Hal ini karena kadar bilirubin pada bayi prematur belum sepenuhnya siap untuk dikeluarkan. Metabolisme bayi prematur juga masih sedikit mulai dari asupan ASI yang diterima hingga kotoran yang dikeluarkan. [1]

Pengobatan pada Bayi Penyakit Kuning

Kebanyakan bayi yang mengalami penyakit kuning setelah lahir memang tidak menjadi masalah serius. Namun, ketika penyakit kuning ini mengalami komplikasi kernikterus, perlu penanganan yang lebih serius lagi. Kernikterus adalah komplikasi langka yang mengakibatkan kerusakan otak karena tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi. [4] Di samping gangguan kerusakan otak, Kernikterus pada bayi dengan penyakit kuning dapat menyebabkan gangguan pendengaran, masalah pengelihatan, kerusakan gigi, hingga cacat intelektual.

  • Terapi cahaya

Pengobatan terhadap penyakit kernikterus ini dapat dilakukan dengan terapi cahaya menggunakan cahaya khusus. Tujuannya untuk mengurangi kadar bilirubin dalam darah bayi. Nantinya, cahaya tersebut dapat memecah kadar bilirubin pada bayi. [6]

  • Transfusi plasma

Adapun, ketika terapi cahaya dianggap kurang efektif. Maka pengobatan kernikterus dilakukan dengan transfusi plasma. Cara ini mengharuskan terjadinya pergantian darah bayi dengan danah hasil donor secara bertahap yang memiliki kadar bilirubin lebih rendah.[6]

Deteksi dini terhadap penyakit kuning dapat mencegah kernikterus pada bayi. Tanda tersebut dapat dilihat dari nafsu makan bayi, metabolisme tubuh, hingga menangis berlebihan. Oleh karena itu, beri asupan ASI kepada bayi secara teratur sehingga merangsang metabolisme tubuh lebih cepat. Kernikterus perlu ditanggapi ketika masuk stadium lanjut, ditandai dengan kejang otot, epilepsi, masalah pernapasan, dan badan lemas.[6]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment