Dakriosistitis : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Dakriosistitis?

Dakrosistitis merupakan sebuah kondisi infeksi pada saluran air mata (sakus nasolakrimal) yang ditandai dengan menitiknya air mata secara tak terkendali [1,2,4,5].

Dakriosistitis pun lebih rentan terjadi pada wanita daripada pria dengan usia yang sudah lebih dari 40 tahun.

Terdapat sejumlah kondisi yang juga membuat risiko dakriosistitis ini lebih tinggi pada seseorang.

Tinjauan
Dakriosistitis adalah sebuah kondisi infeksi di saluran air mata yang umumnya ditandai dengan keluarnya air mata secara tidak terkontrol dan diawali dari adanya sumbatan pada saluran air mata.

Fakta Tentang Dakriosistitis

  1. Prevalensi dakriosistitis kongenital atau bawaan adalah sekitar 1 dari 3.884 kelahiran dan anak-anak keturunan kulit putih (etnis Kaukasia) adalah yang memiliki risiko lebih tinggi [1].
  2. Prevalensi dakriosistitis pada wanita dari seluruh kasus mencapai 75% [1].
  3. Angka kematian akibat dakriosistitis tergolong rendah, namun jika dakriosistitis kongenital tidak ditangani dengan baik dan tepat, maka risiko kematian pada penderitanya cukup signifikan [1].
  4. Dacryocystorhinostomy (DCR) adalah bentuk penanganan dakriosistitis yang dengan tingkat keberhasilan tinggi dengan persentase 93-97% sehingga meminimalisir risiko komplikasi dan kematian penderita [1].
  5. Pada dakriosistitis kongenital, kondisi biasanya akan membaik ketika usia bayi mencapai 6 bulan hingga 1 tahun bayi ketika kondisi diatasi menggunakan metode konservatif. Tingkat keberhasilan penggunaan metode konservatif pada penderita dakriosistitis yang masih bayi adalah 90% [1].
  6. Dari 129 pasien yang terlibat pada sebuah studi mikrobiologi dakriosistitis di barat laut Iran tahun 2016-2017 oleh departemen oftalmologi Hamadan University of Medical Sciences, diketahui sebanyak 65,9% pasien mengidap dakriosistitis kronik dan 34,1% menderita dakriosistitis akut [2].
  7. Di Indonesia, prevalensi dakriosistitis belum diketahui pasti.

Penyebab Dakriosistitis

Saluran air mata yang mengalami penyumbatan akan memudahkan infeksi untuk menyerang.

Infeksi tersebut umumnya disebabkan oleh bakteri aerob, seperti Pneumococcus sp, Pseudomonas sp, Streptococcus sp, Staphylococcus epidermis, dan Staphylococcus aureus [1,2].

Bakteri aerob adalah jenis bakteri yang dapat bertahan karena oksigen.

Namun selain itu, terdapat pula bakteri anaerob, yaitu bakteri yang bertahan hidup tanpa oksigen, seperti Fusobacterium sp, Prevotella sp, Propionibacterium sp, dan Peptostreptococcus spp [3].

Pada kasus dakriosistitis yang menyerang anak, sifatnya bersifat akut dan umumnya disebabkan oleh Haemophylus influenzae [1].

Beberapa penyebab sumbatan yang pada akhirnya memicu infeksi antara lain adalah [1,2] :

  • Tumor atau kanker hidung
  • Cedera pada mata
  • Cedera pada hidung
  • Peradangan sinus
  • Operasi sinus
  • Polip hidung
  • Benda asing di saluran air mata

Selain sejumlah faktor yang mampu menjadi penyebab sumbatan saluran air mata di atas, penting untuk mengetahui bahwa terdapat sejumlah faktor lain yang meningkatkan risiko dakriosistitis, yaitu [1,2,4] :

  • Faktor bawaan; dakriosistitis paling umum terjadi pada bayi karena menjadi kondisi bawaan di mana saluran air mata yang tersumbat terjadi saat bayi baru lahir.
  • Faktor jenis kelamin, karena wanita lebih berpotensi besar mengalami dakriosistitis daripada pria.
  • Faktor usia; usia wanita paruh baya atau di atas 40 tahun lebih rentan terkena dakriosistitis karena saluran air mata akan menyempit secara alami seiring pertambahan usia sehingga sumbatan lebih mudah terjadi.
  • Penderita rhinitis, yaitu kondisi radang pada membran mukosa hidung yang dapat kemudian memengaruhi saluran air mata.
  • Deviasi septum, yaitu sebuah kondisi ketika dinding tipis di antara lubang hidung atau yang disebut septum tidak tepat berada di tengah sehingga salah satu sisi lubang hidung tampak lebih kecil dari lainnya.
  • Hipertrofi turbinat inferior, yaitu kondisi pembengkakan pada salah satu struktur tulang hidung yang bertugas utama menjadi pelembab dan penyaring udara yang masuk ke hidung.
  • Kurang tidur hampir setiap malam dalam jangka panjang.
  • Sering menangis dalam jangka panjang.
  • Bekerja terlalu lama dan dalam jangka panjang di ruangan tertutup.
Tinjauan
Infeksi bakteri adalah penyebab dakriosistitis, namun untuk faktor penyebab sumbatan sendiri sangat beragam. Mulai dari penyakit hidung, penyakit mata, cedera, operasi mata, dan sejumlah kebiasaan buruk sehari-hari dapat menjadi pemicu sumbatan di saluran air mata.

Gejala Dakriosistitis

Pada kasus dakriosistitis akut, berikut ini adalah beberapa gejala yang perlu dikenali dan diwaspadai [1,2,5] :

  • Mata berair
  • Mata memerah
  • Mata nyeri
  • Mata serasa berpasir
  • Mata gatal
  • Mata bengkak, terutama pada sudut bagian dalam mata
  • Demam
  • Terdapat kotoran, cairan atau nanah yang keluar dari sudut mata dekat hidung
  • Tubuh lebih mudah lelah dan terasa lesu
  • Mata lebih mudah mengeluarkan air mata walau hanya terpapar angin

Gejala dakriosistitis kronik sekalipun biasanya menimbulkan gejala yang ringan, seperti air mata yang terus mengalir keluar dan cairan atau nanah yang terdapat di sudut mata.

Hanya saja pada dakriosistitis kronik pembengkakan justru tidak separah pada kondisi akut.

Epifora adalah sebutan istilah yang umum bagi gejala khas dakriosistits, yaitu banjir air mata karena produksi air mata oleh kelenjar air mata cenderung berlebih [2].

Hal ini disebabkan oleh saluran air mata yang mengalami sumbatan.

Untuk gejala dakriosistitis kongenital, biasanya orang tua akan memerhatikan bagian mata bayi, di mana biasanya salah satu sisi mata si kecil akan terlihat merah.

Orang tua perlu segera memeriksakan bayi ke dokter jika kemerahan pada mata tidak kunjung hilang dan bahkan disertai keluarnya nanah dan timbul bengkak pada pangkal hidung.

Tinjauan
Untuk dakriosistitis akut, umumnya gejala yang ditimbulkan meliputi mata berair, mata memerah, mata nyeri, mata serasa berpasir, mata gatal, mata bengkak, terutama pada sudut bagian dalam mata, demam, serta terdapat kotoran, cairan atau nanah yang keluar dari sudut mata dekat hidung. Tubuh pun menjadi lebih mudah lelah dan lesu, air mata juga mudah keluar saat hanya terkena angin sekalipun.

Pemeriksaan Dakriosistitis

Ketika memeriksakan diri atau anak ke dokter, maka biasanya sejumlah metode pemeriksaan berikut ini yang perlu ditempuh :

  • Pemeriksaan Riwayat Medis dan Fisik

Dokter seperti biasa akan mengawali langkah pemeriksaan dengan menanyakan riwayat gejala serta riwayat medis pasien [1].

Dokter kemudian akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui lebih detail kondisi gejala yang dialami pasien.

  • Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang, yaitu melalui penerapan hitung darah lengkap supaya dokter dapat mendeteksi adanya peningkatan leukositosis atau sel darah putih [1,2].

Hitung darah lengkap bertujuan untuk mengeliminasi adanya kemungkinan leukemia pada pasien yang mampu menjadi penyebab dakriosistitis.

  • John’s Dye Test, Fluorescein Clearance Test dan Dye Disappearance Test

Ketiga tes ini juga merupakan tes penunjang di mana dokter akan menggunakan zat warna khusus [6].

2% zat warna fluorescin akan sangat diperlukan pada prosedur pemeriksaan ini.

  • Tes Kultur

Tes kultur adalah pengambilan sampel cairan tubuh pasien untuk mendeteksi jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi [1].

Melalui tes ini, hasilnya dapat membantu dokter dalam menentukan jenis obat yang perlu diresepkan.

  • Tes Pemindaian

Tes pemindaian seperti CT scan hanya akan diterapkan apabila dokter masih memerlukan metode diagnosa penunjang [1].

CT scan akan membantu dokter mengidentifikasi bagian dalam tubuh pasien untuk menemukan adanya kondisi infeksi ekstensif maupun selulitis orbital.

  • ANA atau Antinuclear Antibody

Metode diagnosa ini dapat direkomendasikan oleh dokter hanya pada kondisi tertentu [1].

Khusus bagi pasien dengan dugaan adanya erimatosis Lupus sistemik, maka metode diagnosa ANA akan diterapkan.

  • Antineutrophilic Cytoplasmic Antibody Testing

Pemeriksaan penunjang lainnya yang kemungkinan dibutuhkan adalah antineutrophilic cytoplasmic antibody testing [1].

Jika dokter memiliki dugaan adanya kondisi granulomatosis Wegener, metode diagnosa ini akan diperlukan.

Tinjauan
Untuk mendiagnosa dakriosistitis, dokter biasanya menggunakan pemeriksaan riwayat medis dan fisik, pemeriksaan laboratorium, tes kultur, tes pemindaian, antinuclear antibody, antineutrophilic cytoplasmic antibody testing, dan John’s dye test, fluorescein clearance test dan dye disappearance test.

Pengobatan Dakriosistitis

Untuk mengobati dakriosistitis, biasanya metode konservatif, pemberian obat obatan dan sejumlah prosedur untuk mengatasi sumbatan pada saluran air mata.

Walau perawatan ini bukan untuk mengobati secara permanen kondisi pasien, pengobatan tetap diperlukan untuk meminimalisir risiko komplikasi.

Bahkan beberapa prosedur perawatan perlu ditempuh oleh pasien setiap tahunnya beberapa kali untuk mengurangi risiko infeksi berulang.

1. Kompres Hangat dan Crigler Massage

Kompres hangat adalah salah satu cara konservatif yang dapat diterapkan pada kondisi dakriosistitis akut [1,7].

Selain itu, biasanya Crigler massage yang tergolong sebagai metode pijat ini juga dibutuhkan oleh pasien bersama dengan kompres hangat.

Cara konservatif semacam ini lebih umum digunakan pada pasien dakriosistitis yang masih bayi atau anak-anak.

2. Obat Antibiotik

Bila infeksi disebabkan oleh bakteri atau fungi, maka biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi tersebut [1,2,5,6].

Umumnya, antibiotik oral adalah yang paling umum diresepkan, yaitu hanya bagi pasien dengan kondisi dakriosistitis yang tidak memiliki risiko komplikasi.

Namun bagi kasus dakriosistitis dengan risiko komplikasi atau pada tahap yang lebih berat, antibiotik intravena akan diberikan oleh dokter.

3. Dacryocystorhinostomy (DCR)

Prosedur operasi ini adalah tindakan medis yang dokter biasanya rekomendasikan apabila kondisi infeksi terus terjadi dan bahkan pasien alami menahun [1,5,6].

Langkah operasi ini akan menghubungkan kanong air mata dengan selaput lendir hidung dan untuk memperbaiki aliran air mata.

Sebelum operasi dilaksanakan, dokter kemungkinan meminta pasien menempuh dacryocystography (atau pasien dapat meminta untuk menempuhnya lebih dulu).

Tinjauan
Penanganan dakriosistitis umumnya meliputi metode konservatif (kompres hangat dan pijat), pemberian obat antibiotik, serta DCR atau dacryocystorhinostomy.

Komplikasi Dakriosistitis

Pada kasus infeksi akut, gejala dapat berkembang menjadi kronik ketika penderita tidak mendapatkan penanganan yang lebih cepat.

Pada kasus dakriosistitis kongenital atau dakrisosititis yang menyerang bayi baru lahir, keterlambatan penanganan akan berakibat pada penyebaran infeksi hingga rongga mata.

Sejumlah risiko komplikasi di bawah ini kemudian dapat terjadi ketika kondisi gejala semakin memburuk tanpa adanya penanganan yang benar [1,2,5] :

  • Selulitis orbita
  • Trombosis sinus kavernosus
  • Fistula lakrimal
  • Meningitis, yaitu peradangan pada membran di sekitar sumsum tulang dan otak.
  • Abses otak, yaitu penumpukan nanah pada otak.
  • Sinusitis parah
  • Sepsis, yaitu peradangan yang menyebar hingga ke seluruh tubuh
  • Kehilangan penglihatan permanen
  • Kematian

Pencegahan Dakriosistitis

Dakriosistitis dapat dicegah dengan mengetahui apa saja faktor yang mampu menyebabkannya.

Jika infeksi dapat terjadi karena cedera, maka melindungi mata agar tidak mudah cedera saat beraktivitas tentu sangat penting.

Menangani berbagai kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko dakriosistitis juga dapat membantu meminimalisir risikonya.

Untuk pencegahan supaya infeksi tidak terjadi kembali, DCR atau dacryocystorhinostomy adalah prosedur medis yang perlu ditempuh.

Saluran air mata perlu menempuh jalur pelebaran supaya tak mudah tersumbat dan terkena infeksi berulang.

Pada kasus infeksi pada anak, orang tua dapat mencoba mencegahnya dengan mengeringkan kantong air mata anak.

Cuci tangan terlebih dulu agar bersih, gunakan kain atau handuk basah hangat untuk menempelkan dan mengusapkannya pada kantong air mata.

Beri tekanan pada area tersebut dengan jari yang diletakkan secara pelan di bagian sudut mata dekat hidung.

Setelah cairan atau nanah keluar, kompres hangat kembali bagian mata.

Tinjauan
DCR adalah prosedur yang perlu ditempuh pasien secara tahunan untuk meminimalisir risiko kembalinya infeksi. Namun menjaga kebersihan dan menjalani pola hidup sehat juga sangat dianjurkan agar terhindar dari berbagai bentuk infeksi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment