Micin merupakan zat penambah rasa pada makanan yang sudah sejak lama digunakan di masyarakat. Layaknya garam dan merica penggunaan micin atau biasanya dikenal dengan nama MSG alias monosodium glutamat merupakan sesuatu yang wajar dan aman-aman saja jika digunakan secara tepat.
Monosodium glutamat dikenal lama sebagai bahan tambahan makanan yang paling sering digunakan dalam makanan komersial di mana penerapan nya telah meningkat dari waktu ke waktu dan bisa ditemukan pada banyak bahan makanan olahan dari pasar atau toko kelontong di belahan dunia manapun. MSG memberikan aroma dan rasa yang khas pada makanan olahan dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah Umami sensasi rasa ini juga disebut gurih [1]. Banyak negara mengenal MSG sebagai nama lain dari garam Cina.
Meski merupakan penambah rasa turunan asam l-glutamat yang sebenarnya terdapat pada bahan bahan makanan secara alami. Asam glutamat l ini merupakan asam amino non esensial dengan kata lain tubuh manusia sendiri bisa memproduksi tanpa harus menambahkan kadar asam glutamat ini dari luar. Karakteristik MSG adalah bubuk kristal berwarna putih tanpa warna, mudah larut dalam air, dan dalam industri makanan dikenal dengan nama lain e621 [2].
Micin sendiri bisa ditemukan secara alami dalam berbagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi seperti daging sapi rumput laut keju parmesan kecap hingga tomat. Meski begitu tubuh manusia sebenarnya tidak bisa membedakan antara MSG alami dari bahan makanan atau MSG tambahan dari bahan makanan.
Berikut ini beberapa efek samping jika jika manusia mengkonsumsi micin alias MSG secara berlebihan berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan
Daftar isi
1. Mengganggu sinyal kenyang
Tubuh manusia memiliki hormon bernama leptin yang terletak di otak berfungsi untuk memberikan sinyal kenyang atau sinyal bahwa asupan kalori sudah tercukupi. Mengkonsumsi makanan mengandung micin yang akan membuat makanan terasa lebih enak faktanya dapat mengganggu efek sinyal hormon leptin di dalam otak sehingga membuat orang yang mengkonsumsi micin terus menerus ingin makan dan menyebabkan overeating atau makan secara berlebihan [5].
2. Kegemukan
Berkaitan dengan efek samping yang telah dibahas sebelumnya konsumsi micin pada makanan yang menyebabkan sinyal hormon leptin terganggu dan makan secara berlebihan tentu pada akhirnya berdampak kepada masalah kesehatan lainnya yaitu kegemukan[6].
Sebuah penelitian yang dilakukan pada hewan yang mengonsumsi MSG menemukan bahwa asupan MSG dapat mengakibatkan keseimbangan energi terganggu dengan cara meningkatkan palatabilitas makanan dan gangguan kaskade bencinya lagi putar musik yang dimediasi oleh leptin atau hormon kenyang sehingga berpotensi menyebabkan kegemukan[6].
Penelitian yang sama pada hewan usia neonatus menyebabkan neonatus tersebut menjadi preseden yang selanjutnya berkembang menjadi obesitas di kemudian hari. Resistensi insulin dan penurunan toleransi glukosa pada hewan pengerat dikarenakan konsumsi MSG ini juga meningkatkan kecemasan tentang perkembangan obesitas pada manusia yang mengkonsumsi MSG [6].
3. Sindrom restoran Cina atau CRS
Istilah CRS atau sindrom restoran Cina ini digunakan pertama kali lebih dari 4 dekade lalu di mana ditandai dengan gejala awal pasien mengalami keluhan rasa terbakar di belakang leher melepuh di kedua lengan dan kadang-kadang di dada anterior, kelemahan umum kelelahan hingga palpitasi [8].
Gejala pada sindrom restoran Cina ini akan mulai ditemukan pada 20 menit setelah mengkonsumsi makanan dengan konsentrasi MSG tinggi. Gejala lain yang ditemukan adalah pusing dan tekanan wajah [7]. Sebuah penelitian yang mengeksplorasi efek makanan negatif MSG dilakukan dengan double blind dan jalur terkontrol plasebo dimana pemberian MSG dimulai dari dosis 57 hingga 150 mg per kg[8].
Dibandingkan dengan pemberian dosis 24 MG per kg NaCl. Baik pemberian MSG ataupun NaCl menyebabkan nyeri otot dan atau perubahan sensitifitas mekanik. Meski begitu pemberian MSG diketahui menyebabkan keluhan lain seperti sakit kepala dan nyeri otot pericranial [8]
4. Mengganggu sistem reproduksi
Penelitian yang dilakukan baik pada hewan maupun manusia menunjukkan efek toksisitas MSG pada sistem reproduksi di mana pemberian MSG dengan dosis 2 mg per gram selama berbagai periode kehidupan perinatal mengakibatkan peningkatan jumlah sel stadium pachytenedi antara spermatosit primer dibandingkan dengan kontrol dalam spermatogenesis [9]. MSG atau micin juga menyebabkan gangguan vakuola si sel stroma dan membran basal dan hipertrofi sel theca folikuler di ovarium [10].
5. Meningkatkan risiko penyakit kronis
Sebuah penelitian mengemukakan profil inflamasi dari obesitas yang diinduksi MSG bahwa MSG memicu ekspresi mikro Erna dari internal 6 tumor necrosis factor Alfa resisten dan latin dalam jaringan adiposa. Gangguan ini pada waktunya akan mengakibatkan peningkatan insulin resisten dan konsentrasi leptin dalam sirkulasi dan pada akhirnya menyebabkan toleransi glukosa terganggu[12].
Masih dalam penelitian yang sama yang dilakukan roman Ramos mendapatkan fakta bahwa MSG juga menginduksi penurunan signifikan pada transaminase hati dan menyebabkan kerusakan hati dimana kerusakan ini kemungkinan diakibatkan steatohepatitis non alkohol yang berhubungan dengan peradangan jangka panjang [11]. Pemberian MSG dosis tinggi lebih dari 75 mg per kg juga menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik secara signifikan [12].
6. Mengganggu kesehatan otak
Glutamat pada MSG sebenarnya melainkan banyak peran penting dalam fungsi otak dimana dia bertindak sebagai neurotransmitter yaitu zat kimia merangsang sel-sel saraf untuk mengirimkan sinyal. Namun beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kandungan MSG yang banyak dapat menyebabkan toksisitas otak dikarenakan kadar glutamat berlebihan di otak sehingga memicu rangsangan sel saraf secara berlebihan dan bisa berdampak pada kematian sel [4].
Karakteristik micin adalah serbuk kristal berwarna putih tidak berbau dan sangat mudah larut di dalam air sementara di dalam sodium, micin akan terpisah dan membentuk glutamat bebas [4].
Food and drug association Amerika mempertimbangkan penambahan MSG pada makanan sebagai GRAS (Generally recognized as safe) di mana kadar yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi MSG adalah kurang dari 0,5 gram dalam setiap sajian makanan. Penggunaan 3 gram MSG tanpa makanan dalam sekali waktu sangat tidak disarankan [3].
Dari sekian banyak efek samping toksisitas yang disebabkan oleh konsumsi MSG di atas bisa disimpulkan bahwa meski memiliki manfaat besar bagi industri makanan, penggunaan bahan tambahan makanan ini harus diawasi secara serius oleh bidang terkait demi kesehatan masyarakat.