Efek Samping Kebanyakan Makan Wortel Pada Bayi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Wortel merupakan salah satu sayuran yang mudah ditemukan dan diolah menjadi banyak panganan lezat, mulai dari jus, keripik, hingga cake. Disamping kaya akan nutris seperti beta karoten yang juga dikenal sebagai sumber vitamin A, antioksidan, antikarsinogen, dan imunoenhancer yang dapat mencegah kita terkena kanker[1]. Itulah sebabnya wortel masih menjadi pilihan utama para ibu untuk memperkenalkan makanan padat pertama (MPASI) bagi bayi mereka.

Namun di balik segudang manfaatnya, wortel memiliki resiko yang cukup berbahaya bagi bayi jika dikonsumsi secara berlebihan, resiko ini akan berlipat ganda jika tidak diolah secara benar. Berikut resiko yang harus dihadapi bayi anda jika salah mengkonsumsi wortel ditahun pertama hidupnya:

1. Karatonema

Resiko karatonema pada bayi lebih besar terjadi dibandingkan orang dewasa. kondisi ini ditandai dengan pigmentasi kuning pada kulit (xanthoderma) akibat peningkatan kadar betakaroten dalam darah setelah makan wortel dalam jumlah yang besar atau terus menurus[2].

Hal ini bukanlah konsisi yang serius, gejala karatonema akan berangsur menghilang begitu konsumsi wortel dihentikan. Namun perlu dicatat gejala karatonema dapat menyebabkan kesalahan diagnosa dengan penyakit lainnya seperti penyakit kuning neonates [2].

2. Alergi

Wortel mengandung protein Dau c 1 (Protein patogenesis terkait PR-10 dan anggota family Bet v 1) yang merupakan senyawa allergen tunggal[3] yang dapat menimbulkan gejala gatal-gatal, mual, muntah, diare dan sesak napas pada bayi. Kasus alergi pada wortel sangat jarang terjadi namun menurut laporan Childhood Food Allergies in the United States tahun 2018 menemukan bahwa 8% bayi dan anak di Amerika memiliki alergi yang dipengaruhi oleh makanan[4].

Sebagai awal perkenalan makanan padat berbahan wortel, anda dapat menggunakan wortel murni sebagai bubur dalam dosis kecil sembari mengamati reaksi bayi anda. Mencampur bahan lain dalam makanan akan meningkatkan potensi reaksi zat Cyclophilin dan isoflavonoid reductase. Keduanya merupakan senyawa antigen yang bereaksi silang dengan sayuran lain pemicu alergi[5].

3. Methemoglobinemia

Nitrat sebenarnya tidak memiliki racun, namun komposisi kimianya dapat berubah menjadi nitrit saat terpapar bakteri selama penyimpanan maupun selama proses pencernaan dalam tubuh. Selain itu, jika nitrit bereaksi dengan hemoglobin menyebabkannya teroksidasi menjadi methemoglobin. Jika senyawa tersebut terakumulasi dalam jumlah yang bnyak akan menyebabkan methemoglobinemia i[6].

Kekurangan oksigen pada aliran darah akibat methemoglobinemia menyebabkan kondisi yang serius pada bayi ditandai dengan kulit biru (sianosis), gangguan pernapasan, kejang, koma, henti jantung,  hingga kematian[7].  Pure campuran sayur buatan sendiri merupakan penyebab potensial methemoglobinemia pada bayi berusia lebih dari 6 bulan[8].

4. Bahaya Tersedak

Wortel dan jenis sayuran yang berbentuk batang memiliki potensi besar menyebabkan bayi tersedak. Bayi belum memiliki koordinasi tangan dan jari yang matang, ini berarti mereka tidak dapat dengan mudah mengeluarkan sesuatu yang mereka masukkan ke dalam mulutnya[9].

Pada bayi, muntah merupakan refleks pelindung alami dimana kontraksi bagian belakang tenggorokan terjadi untuk melindunginya dari tersedak. Karena itu penting bagi para orang tua untuk menyesuaikan tekstur makanan dengan usia dan perkembangan motorik bayi[9].

5. Anemia

Anemia disebabkan oleh kadar zat besi yang rendah dalam darah. Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan tertentu. kandungan nitrat pada wortel yang menyebabkan tumpukan methemoglobin dalam darah dapat menghambat penyerapan zat besi yang sangat diperlukan dalam pembentukan sel darah merah[10].

Hal ini meningkatkan resiko anemia pada bayi dan anak jika mengkomnsumsi wortel berlebihan[10]. Anemia pada bayi dapat dapat ditandai dengan tubuh bayi berwarna biru pucat, ini juga dapat menghambat tumbuh kembangnya.

6. Sembelit Pada Bayi

Makanan bayi yang rendah serat namun tinggi pati (karbohidrat) dapat membuat kotoran bayi lebih keras dan menyebabkan sembelit pada bayi. Bahan makanan yang dapat meningkatkan resiko sembelit pada bayi seperti wortel ubi jalar, labu kuning, psang, beras dan sereal [11].

Tindakan pencegahan dapat dilakuan tidak dengan menolak sama sekali bahan makanan tersebut. Anda hanya perlu menghindari mengkombinasikan dua atau lebih jenis bahan makanan tersebut[11]. Sebagai gantinya, seimbangkan makanan ini dengan makanan yang tinggi serat dan rendah pati.

Takaran Pemberian Wortel yang Aman Bagi Bayi.

Secara umum pemberian makanan selain ASI pada bayi sebaiknya dilakukan saat bayi berusia 6 bulan.  Takaran pemberian wortel maupun sayuran lain pada bayi tergantung pada umur dan perkembangan bayi itu sendiri. Setiap bayi memiliki periode perkembangannya sendiri. Saat pertama kali mengenalkan makanan hingga berumur satu tahun, bayi hanya butuh sekitar 4 ons pure sayuran[12].

Lebih atau kurangnya makanan yang diterima bayi, anda tidak perlu cemas sebab kebutuhan nutrisi bayi masih terpenuhi dari ASI maupun susu formula. Jika anda memutuskan memberi wortel sebagai makanan pendamping ASI, beberapa hal berikut ini harus anda perhatikan[13]:

  • Bersabarlah hingga bayi anda berusia minimal 8-12 bulan sebelum memberinya wartel sebagai makanan.  Bayi di bawah 8 bulan masih sangat rentan terhadap bahan kimia yang mungkin melekat pada wortel seperti nitrat.
  • Jika tetap ingin memberi bayi anda wortel, hindari membuat sendiri pure wortel dan sebaiknya gunakan pure komersil/kemasan sebab  industri makanan bayi memliki regulasi yang ketat terhadap bahan-bahan terutama mengenai kontaminasi bahan berbahaya.
  • Hindari memberikan wortel mentah ataupun beku pada bayi sebelum 12 bulan untuk menghindari bayi tersedak.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment